Album 'Kenduri' Rara Sekar: Hidangan Musik dan Gerakan Menghargai Alam
Advertisement
Krisis iklim jadi masalah besar yang harus dipecahkan bersama dewasa ini. Menanam adalah salah satu langkah. Semangat ini jadi cikal kelahiran Album 'Kenduri' Rara Sekar. Dalam turnya, musik dan gerakan menghargai alam berjalan beriringan. Berikut laporan wartawan Harian Jogja, Anisatul Umah.
Tumbuh
Advertisement
Gugur
Tumbuh
Gugur
Kulantunkan
Tembang Tandur
Sepenggal lirik lagu berjudul 'Tembang Tandur' dari Album 'Kenduri' menjadi tembang pembuka dalam Tur Kenduri 2022 bertajuk 'Gulma yang Benar'. Kokok ayam, gonggong anjing, dan bunyi-bunyian lain dari alam mengiringi hidangan musik tanpa sound system di Omah Lor, Kapanewon Pakem, Sleman, Sabtu (17/9/2022) sore.
Sore yang cerah menambah kenyamanan menikmati hidangan musik di alam terbuka. Penonton duduk di antara gulma-gulma yang dibiarkan meliar. Di depan penonton 20-an orang, Rara Sekar bernyanyi dengan iringan gitar yang dia mainkan sendiri, ditambah satu pemain selo. Ada tujuh lagu yang dia bawakan dalam Tur Kenduri ini.
Dibandingkan pentas musik pada umumnya yang dihadiri ribuan orang, Tur Kenduri ini sangat intim. Interaksinya hangat, dan masing-masing lagu dibedah latar belakang penciptaannya. Seperti lagu 'Tembang Tandur' ini, Rara bercerita jika pembuatannya berangkat dari kegiatannya berkebun di Bogor.
Menurutnya, lagu pengiring untuk kegiatan berkebun masyarakat kota belum ada. Sementara lagu pengiring untuk petani sudah ada, baik saat mulai tanam hingga panen.
"Lagu 'Tembang Tandur' ceritanya lebih saat aku berkebun di Bogor. Kok masyarakat kota enggak ada lagu yang mengiringi berkebun," ucapnya di hadapan peserta Tur Kenduri sebelum tembang dinyanyikan.
'Akar Wangi' jadi lagu kedua yang dia bawakan. Tercipta atas kegelisahannya pada sungai yang kotor dengan sampah di sebelah rumahnya. Ia mengibaratkan alam, dalam hal ini sungai, sebagai Ibu. Semantara manusia yang merusak adalah anak tak tahu malu.
Sungai yang mulanya jernih, berubah jadi bau akibat sampah yang nyaru dengan air sungai. Di perkotaan masalah sampah menjadi sangat kompleks. Tidak semua orang punya ongkos untuk membayar tukang sampah agar tidak buang di sungai, hingga belum adanya sistem pengelolaan sampah yang terpadu.
Selanjutnya Rara membawakan tembang Kebun Terakhir, Arumdalu, Growing Up, Seroja, dan terakhir Perempuan. Tidak semua tembang yang dibawakan menceritakan soal lingkungan. Misalnya lagu Seroja, sebuah single yang dia ciptakan untuk mengenang kehilangan salah satu seniman Gunawan Maryanto atau yang biasa dikenal dengan Cindil.
Kepada Harian Jogja, Rara Sekar bercerita acara Sabtu sore ini mejadi konser kelimanya dalam Tur Kenduri yang sebelumnya juga telah di gelar di Bantul. Pesan yang disampaikan juga tidak terlalu beda, karena lagu yang dibawakan sama.
"Album 'Kenduri' memang terinspirasi 100 persen dari kebun. Jadi ada hubungannya dengan alam," ucapnya menceritakan album yang telah rilis pada 2020 ini.
Rara bercerita, saat ini kita hidup di tengah krisis iklim. Berdasarkan obrolan langsung dengan petani, krisis iklim ini memiliki dampak buruk di sektor pertanian. Panen yang mulanya lancar, kini sering gagalnya.
Kondisi ini tentu akan berdampak pada pekerjaan sebagai petani, hingga lebih jauh lagi pada minat untuk bertani. Menurutnya ketika kita tidak mengakui kondisi krisis ini, maka kita akan semakin merusak. "Kita bisnis as usual, kita harus tahu cara bertanam dan pola konsumsi," ujar Rara.
Implementasi 'Gulma yang Benar'
Di benak beberapa orang, mungkin gulma merupakan tanaman pengganggu yang perlu dimusnahkan keberadaannya. Tapi di Omah Lor, gulma ini justru dimanfaatkan sebagai bahan pangan hingga obat.
Peserta Tur Kenduri antusias saat diajak meramban. Secara harfiah meramban adalah mencari daun-daunan muda untuk pakan kambing dan lainnya. Meramban kali ini beda, peserta mencari daun-daunan dari gulma yang aman dikonsumsi.
Anggota Keluarga Omah Lor, Sabrina Aulia Nisa, memandu peserta memilah dan mengenalkan jenis-jenis gulma yang bisa langsung dimakan atau diolah. Pengetahuan baru tentang gulma ini disimak peserta dengan seksama.
Beberapa nama tanaman yang dikenalkan seperti sintrong, ginseng jawa, leunca, bayam brazil, bunga pacar, kol banda, dan lainnya. Tanaman-tanaman yang nampak tak berguna ini ternyata bisa diolah jadi makanan.
Sabrina Aulia yang akrab disapa Uli mempersilahkan peserta untuk mencoba memakan langsung daun dan buah dari gulma yang dipanen ini. "Ini namanya kol banda, biasanya kami pakai untuk makan ikan asin. Daunnya menyerap garam, jadi gurih, sementara ikan asinnya jadi gak terlalu asin. Bagi yang suka kol ini juga bisa digoreng," jelasnya sambil memetik daunnya.
Adab meramban juga dikenalkan, di mana bunga-bunga yang masih kuncup dilarang untuk dipetik dan tidak boleh memetik tanaman secara berlebihan.
"Enggak boleh metik yang kuncup, biar dia enggak punah dan berikan hidupnya untuk kita. Biarkan dia mekar dulu kalau sudah baru bisa kita ambil," pintanya kepada peserta.
Dia menjelaskan tema 'Gulma yang Benar' ini dipilih untuk merubah persepsi tentang gulma yang selama ini dikenal. Gulma yang dianggap musuh, ternyata bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan pangan.
"Ada sintrong, ada okalis dan lainnya. Tapi ada gulma yang gak bisa dimakan seperti bandotan dan rumput lain. Tapi bukan berarti dia enggak ada manfaatnya," ucapnya di sela-sela acara Tur Kenduri.
Selain mengenalkan gulma yang bisa dimakan, Omah Lor juga punya pawon tempat praktik langsung mengolah gulma jadi makanan yang tak kalah enak dibandingkan sumber sayur umum lainnya.
Dibandingkan sayuran lain yang bukan asli Indonesia, gulma lebih mudah tumbuh, meliar, dan tanpa perawatan. Pengetahuan tentang gulma jadi salah satu langkah menjaga krisis pangan karena referensi pangan menjadi lebih luas.
"Ini adalah salah satu hal yang bisa membantu kita menjaga ketahanan pangan," lanjutnya.
Selepas acara meramban, peserta Tur Kenduri langsung diajak ke pawon, mengolah langsung hasil meramban gulma. Cara mengolahnya hampir sama dengan sayur-sayuran lain. Tidak ada perlakuan khusus untuk gulma-gulma yang aman dimakan. Bisa diolah jadi keripik dan lainnya.
Konser yang Ideal
Ideal bagi masing-masing pribadi tentu berbeda. Salah satunya buat musisi. Untuk Album 'Kenduri' ini, Rara menyebut konser yang ideal baginya adalah ruang-ruang yang intim dan berada di alam.
Ia mengaku suka dengan soundscape alam yang turut mengisi dan merespon musiknya. Lalu bisa ngobrol langsung dengan penonton karena jumlahnya yang sangat terbatas.
"Secara personal mungkin musisi membutuhkan ruang-ruang untuk pertunjukan musiknya yang berbeda," ucapnya selepas acara.
Kesempatan berbincang dengan penonton secara dekat dan intim, bisa menjadi awal pertemanan baru. Selain itu, Rara juga bisa menceritakan lagu-lagunya secara lebih utuh. Hal yang tidak mungkin bisa dilakukan di panggung besar dengan waktu yang sangat terbatas.
"Buat Album 'Kenduri' ini ideal. Mungkin kalau aku ada album yang berbeda, yang lebih membutuhkan ruangan tertutup sound system yang beda, akan beda lagi," paparnya ramah.
Ia berpandangan, pengetahuan tentang gulma masih nol besar. Padahal tanaman yang selama ini dianggap rumput ternyata memiliki banyak manfaat. Sehingga tema ‘Gulma yang Benar’ diangkat dalam Tur Kenduri ini, untuk sama-sama belajar.
"Jadi Tur Kenduri kali ini lebih ingin memberikan informasi atau pengetahuan tanaman ini [gulma]. Bisa dimakan, diolah, dan bergizi," kata Rara.
Tur Kenduri di Omah Lor berlangsung selama dua hari, Sabtu, (17/9/2022) sampai Minggu (18/9/2022). Jumlah pesertanya sekitar 20-an orang di masing-masing hari.
Acara berlangsung dari jam 14.00 WIB hingga jam 18.00 WIB. Dimulai dengan kegiatan meramban, memasak, dan sajian musik dari Rara Sekar. Menjelang magrib peserta diajak makan bersama hasil olahan dari kebun sekitar. ([email protected])
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Dinas Kebudayaan Gelar Malam Anugerah Kebudayaan dan Launching Aplikasi SIWA
- Pemkab Bantul Kembali Bagikan 250 Pompa Air Berbahan Bakar Gas ke Petani
- KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
- Terbukti Langgar Netralitas, Seorang ASN di Bantul Dilaporkan ke BKN
Advertisement
Advertisement