Advertisement
Sesalkan Pernyataan ORI soal Seragam, Berikut Respons Beberapa Sekolah di Sleman

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN — Ombudsman Republik Indonesia (ORI) DIY menyebut keuntungan yang didapat sekolah dalam jual beli seragam sekolah saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2022 mencapai Rp10 miliar. Sekolah memanfaatkan paguyuban orang tua untuk mengakali larangan jual beli seragam.
Merespons ekspos dari ORI DIY tersebut, sejumlah sekolah di Sleman menyesalkannya. Mereka menilai seharusnya ORI DIY juga mempertimbangkan sisi positif dari keberadaan seragam dan sejumlah praktik baik dalam pengadaan seragam sekolah.
Advertisement
Kepala SMA Negeri 1 Sleman, Fadmiyati menilai keberadaan seragam memiliki dampak baik di sekolah, salah satunya mencegah terjadinya perundungan. Pasalnya, dengan memakai seragam tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang, semua berpakaian sama.
Soal pengadaan seragam di sekolah, menurutnya sudah berjalan sesuai dengan aturan, yakni dikelola oleh orang tua siswa dan tidak ada masalah jika orang tua siswa mau belanja seragam di mana saja.
"Orang tua yang mampu gotong royong mengadakan seragam agar mereka tidak minder, apakah yang seperti ini dilihat ORI? kan enggak sama sekali," sesalnya.
Menurutnya yang dilihat hanya keuntungan dari jual beli seragam saja, padahal ada banyak praktik baik dari seragam. "Saya pernah trauma ada anak gantung diri karena seragam beda dengan temannya. Ini terjadi di Gunungkidul beberapa tahun yang lalu, saat saya bertugas di sana. Saya mendengar ada anak SMP seragamnya tidak sama lalu di-bully," ucap dia.
Dia menegaskan tidak ada mark up seragam di sekolahnya, karena selalu dilakukan pemantauan. Saat orang tua akan mengadakan seragam maka akan dibandingkan dengan toko-toko lain. "Kami gak ngurusin, yang mengurusi komite terserah mau seperti apa," kata dia.
Jika seragam dibebaskan tanpa ada rambu-rambu dia sebut akan ada kesenjangan yang luar biasa. Secara prinsip, terkait dengan seragam menurutnya akan taat pada aturan secara nasional.
Sementara itu, Kepala SMAN 2 Sleman, Sunarya mengatakan setiap sekolah memiliki kebijakan yang berbeda, tetapi pengadaan seragam, semuanya dilakukan oleh orang tua. Di sekolahnya saat ini masih banyak yang memakai seragam SMP pembelian seragam dibebaskan. "Bebas beli di manapun, maka sampai sekarang masih banyak yang berseragam SMP," ucapnya.
Senada, Kepala SMPN 3 Prambanan, Nurani menyebut soal seragam sudah diserahkan kepada orang tua. "Menurut saya kalau seragam sudah diserahkan orang tua itu lebih baik," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Tegas! Menhub Pastikan Kebijakan Zero ODOL Berlanjut, Lebih Cepat Lebih Baik
Advertisement

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025
Advertisement
Berita Populer
- Libur Sekolah, Museum Sandi Ramai Dikunjungi Wisatawan Keluarga
- Leptospirosis di Jogja Meningkat Signifikan, Ada 18 Kasus dengan Lima Kematian
- Asrama Sekolah Rakyat BBPPKS Purwomartani Sleman Siap Ditempati, Begini Fasilitasnya
- Jadwal KRL Jogja Solo Terbaru, Naik dari Stasiun Tugu Turun di Palur, Rabu (9/7/2025)
- Jadwal KRL Solo Jogja Hari Ini, Rabu (9/7/2025), Naik dari Stasiun Palur, Jebres, Purwosari dan Solo Balapan
Advertisement
Advertisement