Haramkan Anggota Punya Jejak Penipuan, Komunitas Ini Terus Bangun Komitmen Jualan Sehat
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL - Dalam menjalankan usaha, kepercayaan dari pembeli adalah hal yang mahapenting. Itulah sebabnya, melalui komitmen bersama, komunitas penjual tanaman Jogja-Jateng Online Plant Seller (JOPS), terus menjaga derasnya orderan dari pembeli.
Edukasi soal penipuan dan kepercayaan dalam jual beli menjadi salah satu yang utama bagi JOPS, selain kualitas barang yang dijual, tentu saja.
Advertisement
“Karena tidak cuma penjual, pembeli juga banyak yang menipu,” kata Ketua JOPS, Aji Yudalaga Hiplarana saat ditemui Harianjogja.com, di Kasihan, Bantul, Rabu (25/10/2022) lalu.
Aji mengisahkan, pernah suatu kali dia mendapatkan orderan. Ketika itu, pesanan tanaman sudah dibungkus dengan rapi dan aman. Tanaman seharga Rp4 juta kemudian ia kirim ke Malang, sesuai alamat si konsumen.
Bukannya sama-sama senang akan jual-beli ini, Aji kaget saat mendapat bukti apabila tanaman yang dia kirim daunnya rusak. Konsumen dari Malang itu bahkan mengirim video sejak tanaman masih di dalam bungkus sampai dibuka.
“Katanya daunnya rusak semua, komplain minta ganti. Tetapi dengan packing yang kami buat, enggak masuk akal bisa rusak seperti itu. Ada indikasi sebelumnya udah dibuka dan dirusakin,” kata Aji.
BACA JUGA: Didampingi UPN, Pasar di Banguntapan Ini Menuju Pasar Digital Ramah Lingkungan
Dengan jaringan Aji di Malang, dia meminta rekannya untuk memeriksa kebenaran kabar itu. Namun, si konsumen tidak berani untuk membuktikan apabila tanamannya rusak.
Aji menduga konsumennya juga penjual tanaman yang mencari untung. Modusnya, dengan laporan tanaman yang rusak, konsumen akan meminta uang kembali setengahnya. Sementara daun yang rusak bisa tumbuh kembali.
Belum lagi setiap ruas batang bisa menjadi tanaman baru secara terpisah. “Dia enggak berani waktu mau dicek, bisa jadi rusaknya berupa guntingan atau apa. Di video juga ada yang janggal, kardus enggak remuk,” katanya.
Dalam kasus itu, jaringan Aji di Malang menjadi solusi atas masalah tersebut. Jaringan ini juga yang coba diperkuat oleh JOPS. Awal pembentukan pada September 2018, Aji bersama teman-temannya ingin agar distribusi tanaman di Jogja lancar.
Jauh sebelum tanaman ramai karena pandemi Covid-19, para seller tanaman di Jogja sering kesulitan mendapat jenis tanaman tertentu. Alhasil, mereka membeli terlebih dahulu dari Bogor atau Malang, tempat yang sudah lebih dahulu menjadi sentra tanaman.
Tidak jarang pesanan berasal dari Jakarta, tetapi didapatkan justru dari seller Jogja. Tanaman dari Bogor di kirim ke Jogja, baru setelahnya ke Jakarta.
Banyak ongkos kirim dan tidak efisien secara waktu. Itulah sebabnya, lewat JOPS, satu pedagang dengan yang lain bisa saling melengkapi koleksi jualan.
Aji yang sering pulang kampung ke Jakarta dan bermain ke Bogor juga membeli beberapa bibit langsung ke petani. Dia kembangkan bibit-bibit itu di Jogja. “Dulu teman-teman sebelum join JOPS, belinya ke sesama seller, kalau aku belinya langsung di petani terus dibudidayakan di Jogja. Jadi teman-teman enggak usah cari di sana lagi,” kata lulusan Seni Murni Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja itu.
“Kalau sekarang, semuanya udah main, udah nyambi budi daya juga.”
Riwayat Penipuan
Dari awalnya tiga orang, kata Aji, jumlah anggota JOPS terus berkembang menjadi enam, 24, dan hingga sekarang mencapai 46 anggota. Dari yang hanya di Jogja, wilayah JOPS berkembang ke Jawa Tengah, seperti Magelang, Klaten, Solo, dan Semarang.
Untuk bisa menjadi anggota JOPS, kata dia, setiap anggota setidaknya punya akun jualan online di Instagram. Selain itu, dia harus sudah aktif berjualan setidaknya tiga bulan. “Satu lagi, paling penting, tidak ada riwayat penipuan kepada konsumen. Riwayat menipu konsumen bisa dilihat dari testimoni di akun jualannya. Ada juga rekomendasi dari anggota JOPS lain. Misal ada dua rekomendasi negatif dari anggota, maka dia enggak masuk,” kata pria 42 tahun itu.
Dengan bergabung JOPS, anggota bisa mendapat jaringan sesama penjual. Para anggota JOPS juga secara rutin mengedukasi perawatan, pembelian, dan hal-hal lain terkait tanaman di media sosialnya masing-masing.
Bagi konsumen yang mungkin ragu membeli online, JOPS menjamin anggotanya bebas dari rekam jejak penipuan. “Salah satu cara agar
menghindari penipuan, langsung kontak Whatsapp pembeli, dan minta untuk video call bersama barang dagangan. Itu juga banyak yang menolak video call, karena enggak pegang langsung tanamannya,” katanya.
Meski sekali lagi, semua cara itu hanya upaya menghindari penipuan. Suatu kali Aji pernah membeli tanaman. Proses pembungkusan tanaman sampai dikirim ke kargo sudah divideo. “Tetapi barangnya enggak ada sampai sekarang,” kata Aji.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Puncak Arus Mudik Liburan Natal Diprediksi Terjadi pada 24 Desember
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- KPU Bantul Mulai Mendistribusikan Undangan Nyoblos di Pilkada
- KPU Bantul Pastikan Pemilih Tidak Memenuhi Syarat Telah Dicoret dari DPT
- KPU Sleman Memprediksi Pemungutan dan Perhitungan Suara di TPS Rampung Maksimal Jam 5 Sore
- Indeks Masih Jomplang, Penguatan Literasi Keuangan Sasar Mahasiswa UGM
- Undangan Memilih Pilkada Gunungkidul Didistribusikan ke 612.421 Warga
Advertisement
Advertisement