Membaca Sejarah Sepak Bola Indonesia Melalui Pameran Jersey
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Komunitas Kolektor Jersey Timnas Indonesia (KJTI) menggelar pameran jersey bertajuk KJTI Dolan ke Jogja di Garasi Tirtodipuran, Jogja. Berlangsung 22-27 Desember 2022, ada berbagai jersey Timnas Indonesia dari tahun ke tahun.
KJTI bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Bawah Skor sebagai panitia lokal. Founder Bawah Skor, Dimaz Maulana, mengatakan ada sekitar 36 jersey timnas dari berbagai kolektor. Namun hanya sekitar 24 jersey yang dipajang, tidak semuanya dipamerkan.
Advertisement
“Kami juga mengambil momen Piala AFF [ASEAN Football Federation] 2022 yang sedang berlangsung. Mayoritas jersey yang dipajang juga yang dipakai pemain saat kejuaraan AFF, dari tahun 1994 sampai saat ini,” kata Dimas, saat ditemui di ruang pameran, Sabtu (24/12/2022).
“Adapula jersey timnas edisi selain AFF, termasuk yang paling tua tahun 70-an.”
Penyesuaian ruang dan waktu persiapan membuat display dibuat secara sederhana. Penempatan kaus seperti berada di museum. Tidak ada biaya untuk mengunjungi pameran ini. Semangat edukasi dan membagikan cerita jersey menjadi yang utama.
Para pengunjung kebanyakan kelahiran 1980 sampai 1990-an.
“Banyak pencinta jersey, sebenarnya saling terhubung, tetapi jarang dibingkai dalam satu statement atau satu acara. Semoga ke depan bisa membuat semacam festival,” katanya.
“Kami pengin pemaran ini berlanjut ke beberapa kota.”
Di samping pameran, adapula diskusi tentang cerita-cerita Timnas Indonesia yang jarang muncul di media.
Salah satu founder KJTI, Budi Frastio, mengatakan apabila setiap jersey menyimpan ceritanya masing-masing.
Sebagai contoh jersey nomor 4 milik Yeyen Tumena. Laki-laki yang kala itu baru 20 tahun dipercaya membela Indonesia pada Piala Tiger 1996 yang saat ini bernama Piala AFF.
Ketika tampil di Piala Tiger 1996, Yeyan baru pulang dari Italia mengikuti program Indonesia Primavera. Saat itu Yeyen membela PSM Makassar.
Piala Tiger 1996 adalah Piala AFF pertama yang digelar tiap dua tahun sekali. Piala Tiger bertahan jadi nama turnamen hingga 2004.
Adapula cerita dari jersey nomor 11 dari Bima Sakti. Pada Piala Tiger 1998 di Vietnam, di laga terakhir grup A, Indonesia dan Thailand bermain ‘sepak bola gajah’. Kedua tim sama-sama tidak ingin menang untuk menghindari tuan rumah Vietnam di semifinal.
Indonesia berhasil kalah dengan skor 2-3. Mursyid Effendi memasukkan bola ke gawang timnya sendiri. Kekalahan yang justru mendapat tepuk tangan dari sesama pemain. Kisah yang tentu menjadi perhatian dunia kala itu.
Terhindar dari Vietnam, Indonesia tetap kalah saat melawan Singapura di semifinal dengan skor 1-2.
“Kalau sebatas takut ketemu Vietnam, sebetulnya agak enggak masuk akal. Tapi, balik lagi, memang kontroversi itu enggak bisa terjawab,” kata Budi.
“Jadi, selain melihat desainnya, kita bisa tahu sejarahnya [sepakbola kala itu].”
Jogja dipilih sebagai lokasi pameran, juga sebagai pengingat apabila embrio Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) didirikan 19 April 1930 di kota pendidikan ini.
“Kami pengin Jogja jadi awalan membuka jalan kami untuk ke depan bisa punya museum. Penginnya suatu saat di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, orang datang bukan hanya melihat pertandingan, tapi juga jersey, piala, sepatu, atau sejarah yang dibungkus melalui berbagai memorabilia,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Otak Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang Bakal Diringkus Polri
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Pemadaman Jumat 22 November 2024: Giliran Depok dan Pasar Godean
- Jadwal Terbaru KA Bandara YIA Xpress Jumat 22 November 2024
- Jadwal SIM Keliling Bantul di Akhir Pekan Bulan November 2024
- Jadwal Terbaru Kereta Api Prameks Jurusan Jogja-Kutoarjo Jumat 22 November 2024
- PakNas Desak Penyusunan Kebijakan Pertembakauan Melibatkan Konsumen
Advertisement
Advertisement