Advertisement
Dengar Curhatan Emak-emak, Dekan UGM Buat Melon Seukuran Apel
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Berawal dari curhatan emak-emak yang mengaku kesusahan membawa melon saat bepergian, Dekan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Budi Setiadi Daryono membuat inovasi dengan menciptakan melon seukuran apel.
Melon seukuran apel yang diberi nama Hikapel ini memiliki berat 250-300 gram per buah. Selain punya kandungan vitamin C, hikapel ini juga mengandung vitamin A. Kandungan beta karoten yang tinggi ini bisa dimanfaatkan sebagai pengganti wortel.
Advertisement
Hikapel yang lahir pada 2012 lalu memiliki makna mendalam baginya. Bertepatan dengan lahirnya sang buah hati bernama 'Fadhil Hikari Setiadi', buah melon yang dia teliti diberi nama Hikapel. Hika adalah nama anaknya, sementara melon yang diteliti bentuknya mirip apel, maka diberi nama Hikapel.
"Ada banyak keluhan dari ibu-ibu yang saya sebut emak-emak. Melon yang besar memang memberatkan. Kemudian mereka membuat challenge [mengecilkan ukuran] meski melon saya sebelumnya sudah enak," ucapnya saat konferensi pers di Fakultas Biologi UGM, Senin (9/1/2023).
BACA JUGA: Taman Budaya Bantul Dibangun di Kamijoro Tahun Ini, Pemkab: Dokumen Amdal Segera Diuji
Dia mejelaskan setidaknya ada 17 jenis melon yang dia kembangkan, namun yang bisa dimakan hanya 16, karena satu di antaranya digunakan untuk bahan parfum.
Masa tanam melon ini sekitar 60 hari dan jika menggunakan hidroponik dibutuhkan waktu 65 hari. Perkiraan ini untuk penanaman di dataran rendah. Penanaman melon di dataran tinggi masa panennya akan lebih lama lagi.
"Saya pernah nyoba tanam di Pangalengan dan hasilnya lain, kalau high land 1.500-2.000 [mdpl] akan menjadi cukup lama ada tambahan 20-25 hari. Menjadi 80-85 hari baru bisa panen," jelasnya.
Produk melon menengah premium ini dijual dengan harga Rp35.000 per kilogram (kg). Per kg berisi sekitar tiga sampai empat buah melon. Dia mengatakan kendala penanaman melon adalah perubahan iklim. Perubahan iklim membuat petani yang selama ini berpatokan pada musim menjadi susah. Musim kemarau ternyata hujan, dan musim hujan kadang malah kering.
Selain itu hama dan penyakit juga menjadi hambatan. Indonesia negeri yang subur, namun juga subur hama dan penyakit.
"Ini problemnya, sehingga kami pakai green house. Sebelumnya enggak pernah sebelum 2015. Kami bingung ini musim hujan panas, ini musim kemarau hujan deras."
Salah satu warga Sleman, Candra, 28, mengaku suka dengan Hikapel ini, karena rasanya yang manis. Juga ukurannya yang mungil membuat melon ini mudah dibawa bepergian. "Saya suka dengan rasanya yang manis."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Jangan Berenang Melawan Arus, Begini Cara Keluar Saat Terjebak di Rip Current
- Buntut Penggunaan Foto Tanpa Izin, Kemenkum DIY Dorong Fotografer Daftarkan Hak Cipta Karya
- Harlah NU ke-102, PCNU Sleman Berkomitmen Jaga Kemajemukan Bangsa
- Sigab Terus Berkomitmen Dampingi Difabel Berhadapan Dengan Hukum
- Jadwal Terbaru KRL Jogja-Solo Minggu 2 Februari 2025, Berangkat dari Stasiun Tugu, Lempuyangan dan Maguwo
Advertisement
Advertisement