Advertisement
Kasus Miras di SMPN 3 Berbah Kenapa Terjadi? Ini Kata Psikolog..

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Baru-baru ini belasan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) N 3 Berbah kedapatan menenggak minuman keras (Miras). Sekolah pun mengambil langkah memasukkan belasan siswa ini ke pondok pesantren (Ponpes). Lalu kenapa fenomena siswa SMP menenggak Miras bisa terjadi?
Ketua Program Studi S1 Psikologi Universitas Aisyiyah (Unisa) Yogyakarta, Annisa Warastri mengatakan berdasarkan teori psikologi, kehidupan remaja masuk dalam fase storm and stress. Remaja itu ingin dilihat sebagai orang dewasa, meski secara emosi belum dewasa.
Advertisement
Usia remaja mereka ingin mencoba banyak hal. Seperti pacaran, obat-obatan, miras, dan lainnya. Masa remaja menjadi masa pencarian jati diri.
"Remaja ini memang keingintahuannya lagi banyak. Perkembangan fisik, emosi, kognisi berkembang pesat," ucapnya, Jumat (13/1/2023).
Di masa ini menurutnya peran orang tua sangat penting. Harus bisa memposisikan diri sebagai teman. Jika metode pengajaran yang digunakan kerasa, maka anak akan membandel.
Baca juga: Twitter Klaim Tak Ada Bukti Data Bocor Berasal dari Bug
Misalnya dilarang keluar terlalu malam tanpa dijelaskan alasannya. Ini akan bertentangan dengan remaja yang masih banyak ingin tahu, dibenturkan dengan pola pengasuhan zaman dulu.
"Ketika menegur cuma menyampaikan larangan, tanpa menjelaskan kenapa sih gak boleh terlalu malam, sentuh drug, seks bebas."
Ibarat bermain layang-layang, orang tua harus tahu kapan ketat dan sedikit melonggarkan. Melonggarkan ini bukan berarti melepas sepenuhnya.
"Kalau gak nanti remaja bisa kabur, akhirnya curhat ke teman. Kalau dia gak bisa pilih lingkungan yang baik ya bablas," paparnya.
Lalu terkait dampak pembelajaran daring ke luring, Annisa belum bisa memastikan seperti apa dampaknya ke perilaku remaja. Diperlukan riset dan kajian secara mendalam untuk membuktikannya.
"Tapi memang pandemi ini membawa perubahan perilaku. Dampak PPKM, salah satu hal yang mungkin agak menyeramkan gak bisa komunikasi silaturahmi."
Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo menyayangkan kejadian ini. Menurutnya lingkungan sekolah harusnya ketat dengan pengawasan. "Tempat yang seharusnya bebas dari rokok, narkoba dan bahkan miras," kata Kustini.
Ini menjadi tamparan keras bagi dunia pendidikan. Atas kejadian ini dia meminta agar segera dilakukan evaluasi dan tindak lanjut.
"Saya harap ada evaluasi besar. Tidak hanya untuk SMPN 3 Berbah, tetapi semua sekolah tolong lebih ditingkatkan lagi sistem pengawasan," pintanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Berita Pilihan
Advertisement

Puncak DBD di Indonesia Diprediksi pada April dan Mei 2023
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Brio Oleng, Tabrak Pembatas Jalan hingga Hantam Bus di Ringroad Utara
- Tol Jogja-Bawen Habiskan 3 Juta Meter Kubik Tanah Uruk, Ditambang di Area DIY!
- Tanah Uruk Tol Jogja-Bawen Diambil di DIY, Ini Penjelasan Pemda Terkait Perizinan
- Jalan Godean & Kaliurang Terpadat di Sleman, Jalan Wates Paling Banyak Kecelakaan
- Kasus Menurun, Covid-19 di Kulonprogo Banyak Ditemukan Pada Lansia
Advertisement
Advertisement