Advertisement
Tahun Depan Ada Pemilu, Ekonomi Diprediksi Bergeliat

Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN– Memasuki tahun politik 2023, ekonomi Indonesia diproyeksikan masih akan tumbuh 4,5 - 5 persen. Hal tersebut disampaikan oleh Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Akhmad Akbar Susamto.
Akhmad membenarkan situasi ekonomi memang tidak seperti yang diharapkan. Tidak terlalu bagus, tapi juga tidak terlalu buruk. Ekonom dari berbagai lembaga menurutnya masih memproyeksikan ekonomi Indonesia di kisaran 5 persen.
Advertisement
"Bagi saya tidak ada alasan 2023 gelap gulita. Nah saya sebagai ekonom, sebagai bagian dari CORE Indonesia memproyeksikan laju pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 4,5 persen-5 persen," ucapnya dalam diskusi bertajuk 'Resesi dan Masa Depan Perekonomian 2023' di UGM, Senin (16/1/2023).
Dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi ini disokong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga. Setelah dua tahun diterpa pandemi Covid-19 dan tidak bepergian, kini masyarakat giat berwisata sehingga dari sisi konsumsi meningkat.
Kondisi untuk investasi menurutnya biasa saja tidak terlalu buruk dan tidak terlalu baik. Memasuki tahun politik kemungkinan investor akan menahan, khususnya investasi di Ibu Kota Nusantara (IKN).
"2023 memang begitu polanya, sebagian pelaku ekonomi khususnya yang besar wait and see ketika situasi politik misalnya mau investasi. Belum terlalu terasa [2023] yang sensitif paling IKN," jelasnya.
Sementara itu, untuk ekspor diperkirakan akan turun karena negara-negara tujuan di 2023 pertumbuhan ekonominya turun. Seperti Amerika Serikat (AS), negara-negara Eropa, dan Jepang.
BACA JUGA: Jumlah Warga Miskin Naik 200.000 Jiwa Per September 2022, Ternyata Ini Biangnya
"Karena situasi ekonomi turun, maka ekspor turun. Saran saya para pelaku bisnis tak perlu khawatir. Secara umum situasi ekonomi bagus. Terutama mereka yang berorientasi pada pasar domestik. Memang yang berorientasi pada pasar ekspor perlu perhitungan lebih."
Berdasarkan berbagai perkiraan ini, dia optimis di 2023 tidak terjadi resesi. Akhmad menyebut ada dua pandangan terkait resesi. Pertama pertumbuhan ekonomi minus dua triwulan berturut data year on year (yoy) disebut resesi. Semantara bagi ekonom resesi tidak dibatasi dua kali pertumbuhan ekonomi minus, tapi dua kali ekonomi jatuh berlanjut dan belum bisa kembali ke posisi awal.
"Bagi saya tidak ada alasan 2023 gelap gulita, bagi saya yang terjadi adalah memang situasi ekonomi tidak seperti yang kami harapkan, gak bagus tapi gak jelek banget."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Mantan Presiden Duterte Ditahan ICC Justru Terpilih Jadi Wali Kota Davao
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Ini Ketentuan SPMB DIY 2025 Jalur Domisili Pengganti Zonasi, KK Famili Lain Tak Bisa Daftar Sekolah Terdekat
- Kasus Perusahaan Tahan Ijazah Karyawan Terjadi di Bantul, Dinas Upayakan Mediasi
- 5 Warga Sleman Gagal Berangkat Haji di 2025, Ini Penyebabnya
- Pungutan Liar oleh Petugas Rutan Kelas II A Jogja, Kepala Kanwil Ditjenpas DIY: Pelaku Ditindak Tegas
- Libur Panjang, Okupansi Hotel di Bantul Mencapai hingga 100 Persen
Advertisement