Uang Ganti Rugi Tol Jogja Solo Beda-Beda, Warga Sleman Protes
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN—Sejumlah warga terdampak tol Jogja-Solo di wilayah Nglarang dan Karangbajang, Kalurahan Tlogoadi, Kapanewon Mlati, Sleman menolak nominal Uang Ganti Rugi (UGR) dari tim appraisal. Mereka menilai harga yang diberikan di bawah harga pasaran.
Salah satu warga Karangbajang, Anang Wiyadi, menjelaskan nominal UGR yang diberikan dari hasil penilaian tim appraisal menurutnya tidak layak dan adil. Hal ini terlihat dari nilai UGR yang didapat warga Tlogoadi lebih kecil daripada Tirtoadi.
Advertisement
Padahal menurutnya harga pasaran normalnya lebih tinggi Tlogoadi. “Yang terjadi justru tinggi Tirtoadi dibanding Tlogoadi. Kenapa bisa terjadi? Apa ada yang salah dengan aprasialnya? padahal timnya sama,” ujarnya, Rabu (18/1/2023).
Ia mencontohkan seperti di wilayah yang cukup pelosok di Tirtoadi mendapatkan ganti rugi Rp4,1 juta dan Rp4,2 juta. “Dan tanah terendah di sana yang notabene tidak ada akses jalan itu Rp3,8 juta. Ini tim apprasialnya gimana?” katanya.
Sedangkan di Karangbajang, di lahannya sendiri yang lokasinya mangku jalan per meter hanya dihargai Rp2,8 juta. Sementara lahan milik bapaknya dihargai Rp2,6 juta sampai Rp3,3 juta. Ia juga membandingkan harga tanah di Karangbajang yang berbatasan dengan Nglarang pada 2016 harganya sudah mencapai Rp3 juta.
BACA JUGA: Konflik di Pantai Widodaren Tak Kunjung Usai, Ini Harapan Dinas Pariwisata Gunungkidul
Menurutnya nilai yang diberikan oleh tim appraisal rata-rata lebih rendah dibanding harga pasar. Ia pun menyebutkan harga yang layak untuk tanah di wilayah Nglarang setidaknya Rp4 juta sampai Rp4,5 juta. Hal ini mempertimbangkan agar warga bisa mencari lahan pengganti tidak jauh dari lahan yang terdampak tol.
“Bagaimana kita bisa pindah secara layak sedangkan dari harganya kita susah mencari tanah lagi. Belum rumah yang kecil, tanah kecil, tapi keluarga banyak. Mereka mau dikemanakan? Kita sangat mendukung program tol, tapi kita ingin mendapat harga yang layak dan adil,” tegasnya.
Warga Nglarang terdampak tol, Supriadi, menyayangkan hasil penilaian tim appraisal, yang menurutnya tidak punya hati nurani. Senada dengan warga Karangbajang, ia menilai nominal UGR yang ditawarkan di bawah harga pasaran.
“Penunjukan tim apprasial tidak tepat. Di Nglarang dapat Rp2,9 juta per meter. Harga noramal 3 juta. Harga mangkujalan cuma dapet Rp3,3 juta. Harga pasaran paling bagus [mangkujalan] Rp3,5 pun bisa. Saya kira harusnya pikirannya aprasial harusnya punya harti Nurani,” ungkapnya.
Kepala Kanwil BPN DIY, Suwito, mengatakan masih akan menunggu 14 hari untuk memberi waktu warga berdiskusi kembali. Sembari menunggu keputusan warga, pihaknya akan mencoba berkomunikasi dengan tokoh-tokoh masyarakat.
“kami akan tetap menunggu selama 14 hari kedepan, perkembangannya seperti apa. Kami setelah ini akan mencoba berkomunikasi dengan lurah, kadus [dukuh], tokoh-tokoh, nanti seperti apa. Kami tunggu rentang waktu yang tersedia,” ujarnya,
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Berani ke Italia, Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant Bisa Ditangkap
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Kronologi Truk Box Tabrak Motor di Jalan Turi-Tempel yang Tewaskan Satu Orang
- Stok Darah dan Jadwal Donor Darah di Wilayah DIY Hari Ini, Kamis 21 November 2024
- Pilkada Bantul: TPS Rawan Gangguan Saat Pemungutan Suara Mulai Dipetakan
- BPBD Bantul Sebut 2.000 KK Tinggal di Kawasan Rawan Bencana Longsor
- Dua Bus Listrik Trans Jogja Senilai Rp7,4 Miliar Segera Mengaspal
Advertisement
Advertisement