Yogyakarta Food Truck, Lebih dari Sekadar Komunitas Pedagang
Advertisement
Harianjogja.com, SLEMAN — Sebagai salah satu inovasi gerai kuliner, food truck kian ngetren di Jogja. Yogyakarta Food Truck pun dibentuk sebagai wadah untuk edukasi, berbagi informasi, sampai aksi charity.
Pernah saat berjualan dengan food truck di bahu jalan, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) datang. Mereka menertibkan dengan cara mengambil beberapa peralatan berjualan.
Advertisement
Tidak jarang kursi terangkut, tempat cuci tangan juga diangkut. Bahkan pernah suatu kali, saat salah satu anggota Yogyakarta Food Truck (YFT) sedang berjualan di sekitar Stadion Kridosono, Jogja, Satpol PP mengangkut mobil yang digunakan untuk berjualan.
Itu baru beberapa kisah. Belum lagi saat cuaca kurang cerah seperti hujan, tingkat penjualan makanan atau minuman dengan food truck bisa sangat rendah. Tentu semua usaha ada duka dan sukanya. Meski begitu, dibanding beberapa duka itu, jauh lebih banyak sukanya.
Berjualan dengan food truck sejak 2016 membuat Amos Leonardo cukup paham geliat industri ini. Keunggulan utama penjualan menggunakan food truck, Amos bisa jemput bola dan memobilisasi “dapurnya” dengan lebih leluasa.
Dalam kondisi terburuk, semisal nantinya bangkrut atau sejenisnya, kerugian juga tidak sebanyak apabila berjualan dengan gedung permanen. “Pernah bisnis kafe dan sebagainya, sewa lima tahun, misal gagal enggak bisa balik modal. Kalau pakai food truck, modif dengan modal tertentu, misal gagal, kami masih mungkin jual dengan harga yang sama, low risk ibaratnya,” kata pendiri komunitas YFT ini saat ditemui di Foodcourt Barsa, Kledokan Babarsari, Kapanewon Depok, Sleman, Senin (9/1/2023).
BACA JUGA: Berkarya Bersama, Komunitas Ini Terus Berusaha Bikin Orang Tertawa
Lantaran bentuknya yang seringkali nyentrik, food truck juga tidak jarang meramaikan berbagai acara seperti konser, bazar, dan lainnya. Mereka biasa mengisi di bagian makanan dan minuman. Beberapa penyelenggara yang membutuhkan food truck dengan berbagai jenis makanan dan minuman inilah yang membuat YFT lahir.
Komunitas ini menjadi wadah komunikasi yang bisa memudahkan hubungan antara pelaku food truck dan klien. Semisal klien butuh 10 food truck dengan beberapa jenis dagangan, maka pelaku food truck tidak bingung lagi mencarinya.
Dibentuk pada 2017, anggota YFT terbilang fluktuatif. Pernah mencapai titik anggota terbanyak pada 2018-2019 dengan 20 anggota, kini YFT fokus pada tujuh anggota inti. Namun, mereka tetap menjalin komunikasi dengan pengguna food truck di luar anggota inti tersebut.
“Kami punya tagline Bisnis, Friendship, dan Charity. Bisnis dulu, kalau bisnis udah bener baru friendship, kalau bisnis baik pasti berteman. Sedangkan charity sifatnya berbagi, seperti saat pandemi, ada progam berbagi makanan sehat untuk tenaga kesehatan,” kata pria berusia 39 asal Balikpapan ini.
Program yang awalnya bentuk charity justru berkembang menjadi produk. Banyak perusahaan yang ingin membuat program serupa dengan eksekutornya YFT.
Tidak semua pihak bisa mengakses rumah sakit yang memiliki kriteria khusus dalam program sosial. Namun, riwayat kerja sama YFT dengan rumah sakit membuat mereka dipercaya. “Meski saat pandemi banyak event yang tutup, tetapi kami masih bisa running [secara usaha food truck],” kata Amos.
Karakter Komunitas
Pada dasarnya semua jenis food truck bisa menjadi anggota atau bekerja sama dengan YFT. Anggota bisa dari korporasi atau UKM, asalkan jenis kendaraannya roda empat ke atas. Ini lebih kepada identitas dan karakter komunitas.
Setiap food truck juga perlu memperhatikan unsur keselamatan, termasuk pemasangan alat pemadam api ringan di dalam kendaraan.
Lantaran beberapa anggota sudah bergelut dengan food truck cukup lama, sehingga mereka juga bisa berbagi ilmu cara membangun jenis kendaraan ini. “Enggak sekadar nyari informasi event, tetapi ada upaya edukasi, perizinan, dan lainnya. Itu lebih gamblang kalau di komunitas,” kata Amos.
Dalam kelayakan food truck misalnya, pembuatan kendaraan dan seperangkatnya tidak boleh asal. Sebagai contoh mobil tahu bulat.
Secara semangat, kendaraan tahu bulat dengan tenda dan alat masak di mobil itu masuk dalam jenis food truck. Namun, secara kesalamatan kurang layak. Pernah terjadi beberapa kali ada minyak yang kemudian tumpah. Bahkan jenis food truck yang lebih bagus, apabila tidak benar secara pembangunannnya juga bisa berdampak buruk. “Pernah ada konsumen food truck yang kesetrum,” ucap dia.
Di samping unsur keselamatan, ruang yang proporsional sesuai jenis dagangan juga perlu. Jangan sampai pemasak butuh ruang yang luas, tetapi malah dibuat sempit. Meski perlu sesuai standar dan sebagainya, bukan berarti membangun food truck harus mahal.
“Misal modalnya sedikit, bisa beli kendaraan bekas atau hasil lelang dari pemerintahan. Biasanya kendaraan pemerintah sudah terbuka dan didesain untuk pelayanan, itu sebenarnya proper untuk dialihkan menjadi kendaraan food truck. Tinggal kreativitasnya saja,” katanya.
Untuk gambaran biaya membuat food truck, setidaknya perlu Rp20 juta untuk proses modifikasi. Namun bisa berbeda apabila kebutuhannya juga berbeda. “Jadi tidak ada alasan tidak punya modal apabila pengin buat food truck,” kata Amos.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
BPJS Ketenagakerjaan Tingkatkan Sinergi PLKK untuk Pelayanan Kecelakaan Kerja yang Lebih Cepat
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Dinas Kebudayaan Gelar Malam Anugerah Kebudayaan dan Launching Aplikasi SIWA
- Pemkab Bantul Kembali Bagikan 250 Pompa Air Berbahan Bakar Gas ke Petani
- KPH Yudanegara Minta Paguyuban Dukuh Bantul Menjaga Netralitas di Pilkada 2024
- Mendorong Pilkada yang Inklusif dan Ramah Difabel
- Terbukti Langgar Netralitas, Seorang ASN di Bantul Dilaporkan ke BKN
Advertisement
Advertisement