Advertisement

Bikin Mereka Merasa Bermakna, Cara Perempuan Ini Memuliakan Lansia di Jogja

Sirojul Khafid
Sabtu, 11 Februari 2023 - 16:07 WIB
Arief Junianto
Bikin Mereka Merasa Bermakna, Cara Perempuan Ini Memuliakan Lansia di Jogja Dwi Endah Kurniasih. - Dok. Pribadi

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA — Pada waktunya nanti, seseorang akan beranjak menua. Itulah, bagi Dwi Endah Kurniasih, memuliakan orang lanjut usia (lansia) sama halnya memuliakan diri kita sendiri.

Di Indonesia, DIY dikenal sebagai provinsi dengan jumlah populasi lansia yang melimpah. Endah, sapaan akrabnya, melalui Indonesia Ramah Lansia berusaha membuat rumah yang nyaman bagi lansia, yang nantinya juga untuk anak-anak muda.

Advertisement

Orang tua Endah sudah masuk usia senja. Dia bersama ibunya merawat ayah yang memiliki penyakit jantung dan saraf kejepit.

Endah merasa beruntung, selain kondisinya baik, dia juga paham tetek bengek cara merawat orang tuanya. Belum tentu semua orang bisa seperti itu.

Pernah suatu ketika Endah melihat kondisi lansia tetangganya. Meski tinggal di rumahnya sendiri, tetapi lansia itu tidur di bagian paling belakang rumah.

Penanganan lansia seperti ini kontradiksi dengan ilmu kursus tentang lansia yang ia dapatkan, baik di Korea Selatan maupun di Jepang. Sekitar 2016, Endah belajar cara merawat lansia di negara yang memang terkenal dengan harapan usia yang tinggi tersebut.

“Kalau di Jepang dan Korea Selatan, sistemnya sudah bagus, sudah sadar apabila lansia merupakan investasi, bukan beban tapi subjek pembangunan. Bonus demografi yang berhasil dikelola dengan baik, dan sistematis. Lansia tidak memiliki ketergantungan, mereka mandiri, sehingga tidak ada sandwich generation,” kata Endah, Rabu (25/1/2023).

BACA JUGA: Viral di Media Sosial, Ini Profil Pemilik RamenYA

Di Jepang, ada jaminan hari tua, pengelolaan aspek fisik yang baik, sampai nursing home apabila lansia membutuhkan.

Sehingga keluarga tidak kerepotan. Sementara di Korea Selatan ada pemanfaatan teknologi digital dan robotik, salah satunya dalam menangani kepikunan.

Ilmu ini yang coba Endah dan beberapa orang lain terapkan di Indonesia. Tentu dengan model dan kearifan lokal yang berbeda. Berbeda dengan Jepang dan Korea Selatan yang wajar menempatkan lansia di nursing home, di Indonesia lansia menua di rumah bersama keluarga. Sehingga perlu ada upaya mengedukasi lansia itu sendiri, serta tentunya keluarga dan masyarakat sekitar tentang cara berhadapan dengan lansia.

Tekad untuk memberi manfaat pada kehidupan lansia juga semakin kuat lantaran Endah beberapa kali meneliti tentang lansia, khususnya di DIY. Dia ingin hasil penelitiannya bisa diimplementasikan dalam bentuk program berkelanjutan.

“Persentase lansia di Jogja tergolong tinggi, di atas 10 persen, sudah mencapai populasi menua. Kami melihat ini kebutuhan mendesak untuk adanya program simultan yang fokus pada penanganan lansia. Pada 2018, kami membentuk Yayasan Indonesia Ramah Lansia,” kata perempuan berusia 36 tahun ini.

Terus Belajar

Setidaknya ada tiga aspek yang Indonesia Ramah Lansia coba bentuk agar lansia bisa hidup sehat dan bahagia. Pertama, aspek mikro atau lansianya itu sendiri. Salah satu programnya berupa Sekolah Lansia. Program dua kali sebulan ini akan saling berbagi pada pra lansia (45-59 tahun) dan lansia (60 tahun ke atas) tentang tujuh dimensi lansia tangguh.

Hal yang menentukan kesejahteraan dan kesuksesan lansia meliputi dimensi spiritual, intelektual, sosial, vokasional, lingkungan, fisik, dan emosional.

Tujuannya agar lansia semakin pintar, bisa mengendalikan sensitivitasnya, bisa mengontrol emosi, sampai tahu misal sakit tertentu harus berbuat apa. Ada tingkatan Standar 1 sampai 5 untuk Sekolah Lansia.

Dwi Endah Kurniasih (kanan) bersama seorang wisudawan lansia./Dok. Pribadi

Peningkatan standar yang ditandai dengan wisuda biasanya berlangsung setahun, setelah menjalani kurikulum tertentu.

Sejauh ini sudah ada sekitar 50 Sekolah Lansia di DIY. Adapula Sekolah Lansia yang tersebar di 10 provinsi di luar DIY. Total lulusan sudah lebih dari 10.000 lansia. “Ini jenis pembelajaran seumur hidup,” kata Endah yang menjabat sebagai Executive Director Indonesia Ramah Lansia ini.

“Pernah kami punya Sekolah Lansia di Gunungkidul yang 90 persen enggak bisa baca tulis. Padahal kami sudah nyiapin slide powerpoint dari berbagai macam jurnal. Pembelajaran kami sesuaikan, dan mereka bangga saat wisuda. Dari yang sebelumnya enggak bisa baca tulis hingga mendapat gelar S1 lansia dan sebagainya.”

Lansia yang sudah menempuh S4 bisa menjadi duta lansia. Dia bisa membimbing lansia lain di Sekolah Lansia.

Program ini bahkan berkembang menjadi subkegiatan lain seperti pramuka lansia sampai kunjungan ke TK dan SD. Lansia berbagi pengalaman dan budi pekerti pada anak-anak.

“Hal terpenting adalah lansia merasa berarti dan bermakna. Enggak dibayar untuk kegiatan sosial engak apa-apa, mereka udah seneng banget. Kebermanfaat jauh lebih bermakna, para lansia bilang berbagi ilmu itu amal jariyah, tidak hanya ganjaran di dunia, tapi bahkan sampai akhirat,” kata Endah yang juga Dosen Prodi Kesehatan Masyarakat Universitas Respati Yogyakarta.

Setelah pengembangan lansia, berikutnya menyasar keluarga. Ada berbagai pelatihan berkomunikasi dan merawat dengan lansia. Semua ada ilmunya, seperti misal bagaimana merawat lansia yang pikun.

Tidak kalah penting juga aspek komunitas, dalam hal ini seperti kampung atau desa ramah lansia. Masyarakat perlu tahu dan memenuhi hak para lansia.

Ramah Lansia

Sebuah kampung bisa dianggap ramah lansia ketika ada ruang terbuka, penghormatan pada lansia, partisipasi lansia, rumah layak lansia, pekerjaan ramah lansia, informasi dan edukasi pada lansia sampai layanan kesehatan.

Sejauh ini, baru ada tiga Kampung Ramah Lansia di DIY. Inisiasi Kampung Ramah Lansia terdekat akan menyasar Kotagede, Jogja.

Upaya ini agar lansia bisa mandiri dan tidak menjadi beban ke depannya. Berbeda dengan penanganan ledakan kelahiran yang bisa dengan program Keluarga Berencana, tidak bisa menghentikan ledakan usia lansia.

Meski terkesan menyiapkan ruang aman dan nyaman untuk lansia, namun sebenarnya ini merupakan upaya menyiapkan “rumah” untuk diri kita sendiri. Pada saatnya nanti, anak-anak muda juga akan menjadi lansia. Perlu persiapan mulai sekarang.

“Dengan adanya kawasan ramah lansia, harapannya lansia bisa merasa nyaman, menikmati hari-hari dengan sehat, berkualitas, dan bahagia selamanya,” kata Endah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Seorang Polisi Berkendara dalam Kondisi Mabuk hingga Tabrak Pagar, Kompolnas: Memalukan!

News
| Sabtu, 20 April 2024, 00:37 WIB

Advertisement

alt

Pengunjung Kopi Klotok Membeludak Saat Libur Lebaran, Antrean Mengular sampai 20 Meter

Wisata
| Minggu, 14 April 2024, 18:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement