Advertisement
Kisah Febru Danar Surya, Otak di Balik Koreografi Suporter Timnas Bertekad Kenalkan Indonesia Lewat Citra

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Kemeriahan sepak bola tidak hanya berasal dari para pemainnya. Aru, bersama Sultan Desain, berkontribusi mengenalkan Indonesia melalui citra atau gambar-gambarnya.
"Sultan Desain itu belum pernah bikin ilustrasi tema sepak bola. Tahun 2024 itu, first time banget dihubungi oleh [kelompok suporter] La Grande Indonesia," kata Febru Danar Surya, Jumat (28/3/2025).
Advertisement
Mungkin anda masih asing dengan nama Sultan Desain. Namun apabila kamu pecinta sepak bola, khususnya Timnas Indonesia, harusnya sudah tidak asing dengan karya Sultan Desain. Mereka adalah desainer dua koreografi yang mejeng di Stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.
Karya pertama mereka berupa gambar Gundala dan Godzilla saat Timnas Indonesia melawan Jepang pada 24 November 2024. Sementara karya keduanya berupa gambar Garuda, saat Timnas Indonesia menjamu Bahrain pada 25 Maret 2025. Febru Danar Surya, atau biasa disebut Aru, merupakan pendiri dan pemilik Sultan Desain.
BACA JUGA: Begini Cerita La Grande Ciptakan Koreografi Raksasa Gundala vs Gojira saat Laga di SUGBK
Awal Oktober 2024, Aru mendapat pesan daring dari Benediktus Arden, pendiri La Grande Indonesia. Aru mendapat permintaan mendesain koreografi Gundala dan Godzilla. Gundala merupakan karakter superhero lokal dari novel karya Harya Suraminata tahun 1969. Sementara Godzilla merupakan karakter monster fiksi dari Jepang yang sudah muncul sejak tahun 1954. Kedua karakter itu menjadi perlambangan masing-masing negara.
"Koreografi kemarin meledak [ramai menjadi perbincangan],” katanya.
"Dari [proyek koreografi pertama tahun] 2024 itu kita bikin langsung pecah, dan yang kedua kalinya di 2025 juga Alhamdulillah euforianya kayaknya lebih oke."
Keberhasilan dua desain yang menyemarakkan pertandingan Timnas Indonesia, membuat beberapa orang beranggapan Sultan Desain sudah sering berkecimpung di dunia sepak bola. "Padahal itu betul-betul karya kita tentang sepak bola untuk pertama kali," kata Aru, yang saat ini berusia 27 tahun.
Dari Distro Lokal
Perkenalan secara 'resmi' Aru dengan desain bermula saat sekolah. Dia belajar di Jurusan Desain Komunikasi Visual SMK Koperasi Jogja. Aru lulus tahun 2016.
Minat dan ruang belajar yang cocok membawa Aru untuk hidup dari desain, sebagai ruang untuk mencari uang. Selepas lulus, dia sempat bekerja sebagai ilustrator freelance. Pernah juga Aru bekerja sebagai ilustrator di salah satu agensi desain di Jogja.
Saat bekerja di agensi, Aru juga mulai mendirikan usahanya sendiri. Itu masih di tahun 2016. Sehingga pagi sampai sore bekerja di agensi, malamnya dia mengurus usahanya sendiri. Setelah merasa masa depan usahanya cukup baik, Aru fokus ke usahanya sendiri, Sultan Desain.
"Sultan Desain itu segmen bergeraknya di bidang jasa ilustrasi untuk merchandise, jadi untuk distro gitu," katanya. "Distro dari lokal maupun luar negeri jadi target kami. Kami keseluruhan pengerjaannya tentang fun art anime, itu portofolio yang kami garap untuk bisnis."
BACA JUGA: Kisah Ilustrator, Dari Banguntapan, Gundala dan Gojira Menyala di GBK
Saat ini, Sultan Desain mampu mengerjakan 15-20 desain dalam sebulan. Proyek tersebut dikerjakannya bersama dengan tiga orang anggota Sultan Desain lain.
Mengenalkan Indonesia
Kemeriahan sepak bola ternyata bukan hanya tentang para pemainnya. Namun euforia penonton menjadi daya tarik tersendiri. Termasuk kerja-kerja koreografi, yang Sultan Desain jadi bagian di dalamnya, berpotensi membuat nama Indonesia melambung tinggi.
Para pemain Timnas Indonesia, yang banyak bermain di liga sepak bola luar negeri, mengunggah karya koreografi tersebut di media sosialnya. Begitupun dari penonton lawan. Misalnya saat Timnas Indonesia melawan Jepang, banyak penonton dari Jepang yang mengunggah dan mengapresiasi koreografi di Stadion GBK.
Dengan kontribusi membuat desain, Aru berharap Sultan Desain bisa terus berkembang. Seperti nama usahanya, dia juga berharap Sultan Desain bisa merajai jasa desain di Jogja bahkan dunia. “Harapan ke depan kami jadi raja desain di Jogja. Dari Jogja untuk dunia,” katanya.
Dinamika di Lapangan
Dalam membuat dua koreografi untuk kelompok suporter La Grande Indonesia, Aru menjadi eksekutor yang menerjemahkan dari konsep. Dia berupaya membuat hasil desain lebih bagus dari yang klien bayangkan. Khusus untuk pesanan La Grande, koreografi menyesuaikan dengan yang terjadi di lapangan.
Misalnya saat Timnas Indonesia melawan Jepang, koreografinya berbentuk Gundala yang menyerang Godzilla. Ukuran Godzilla lebih besar dari Gundala, yang memang simbol bahwa peringkat Timnas Indonesia di bawah Jepang. Namun bukan berarti Indonesia menyerah, karena "Untungnya, Ku Tak Pilih Menyerah," tulisan di bawah Gundala dan Godzilla.
Sementara koreografi yang kedua, bentuk utamanya Burung Garuda. "Kalau yang kedua kenapa ambil Garuda, kami ingin menunjukkan kepada Bahrain dan kepada dunia siapa sih negara kita itu," kata Aru yang tinggal di Banguntapan, Bantul ini. "Sehingga kita di match kemarin ingin membuktikan kepada Bahrain, dan ingin memberikan dukungan kepada Timnas indonesia, jadi dua hal yang langsung tersiratkan dalam satu visual."
BACA JUGA: Erick Thohir: Program Timnas Indonesia Berjenjang dari U-17 hingga Senior
Ada juga beberapa simbol yang berupa harapan. Misalnya warna pink dan puncak Gunung Jayawijaya, yang harapannya Indonesia juga bisa mencapai puncak prestasinya. Terdapat juga Bulan Biru, atau simbol dari sesuatu yang jarang terjadi. Harapannya Indonesia bisa menciptakan sesuatu yang jarang terjadi, yaitu masuk Piala Dunia.
Di Garuda, terdapat juga simbol armor atau baju perang di bagian sayap. "Jadi kalian Timnas Indonesia enggak sendirian, di belakang kalian ada perisai kita, rakyat indonesia, dari Sabang sampai Merauke," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Kasus Suap Ketua PN Jaksel, Hardjuno: Perampokan Keadilan Paling Brutal
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Kisah Febru Danar Surya, Otak di Balik Koreografi Suporter Timnas Bertekad Kenalkan Indonesia Lewat Citra
- Balai Budaya Minomartani: Ruang Masyarakat Meluapkan Ekspresinya
- Pendaki Ilegal Gunung Merapi Ternyata Anggota Mapala, BTNGM Buat Edaran ke Seluruh Mapala se-Indonesia
- Wisatawan Asal Banjarnegara Terseret Ombak Pantai Parangtritis Belum Ditemukan
- Gadaikan Motor Sewaan, Pria Asal Lampung Dicokok Polisi
Advertisement