Wujudkan Toleransi di DIY, Tokoh Lintas Agama Hadiri Dialog di Pura Jagatnatha
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA--Toleransi dalam beragama merupakan kunci untuk mencapai harmoni masyarakat beragama di Indonesia yang sangat beragam. Toleransi akan terwujud jika diupayakan dengan melibatkan berbagai pihak.
Sebuah diskusi lintas agama bertajuk Peran Tokoh Agama/Iman dalam Moderasi Beragama untuk Kerukunan Umat menuju Indonesia Hebat digelar di Pura Jagatnatha, Banguntapan, Bantul, Minggu (26/2/2023) malam. Sejumlah narasumber dari semua tokoh agama dihadirkan dalam pertemuan tersebut. Terdiri atas Profesor Putu Sudira dari Hindu, Gregorius Sri Nurhantanto perwakilan dari Katolik, Pendeta Eko Kurniawan dari umat Kristen.
Advertisement
BACA JUGA : Jogja Masuk 10 Terbaik Indeks Kerukunan Beragama
Diskusi juga dihadiri Ki Demang Wangsyafiudin dari perwakilan Sunda Wiwitan, Eka Putra dari Kong Hu Cu, Hasto Bramantyo dari perwakilan Budah dan Gus Irwan Masudqi dari Ponpes Mlangi sebagai perwakilan dari tokoh umat Islam.
Pertemuan itu merupakan rangkaian dari peringatan Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945 Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) DIY. Perwakilan tokoh agama satu per satu menyampaikan ulasan toleransi dalam bingkai kepercayaan masing-masing. Semuanya sepakat bahwa toleransi di DIY harus dijaga dengan baik dan lintas agama harus bergandengan tangan.
“Pada kesempatan ini merupakan rangkaian perayaan Nyepi, kami menghadirkan lintas agama untuk duduk bareng menyampaikan persepsi mereka dari masing-masing kepercayaan yang mereka anut tentang toleransi beragama dalam bingkai moderasi beragama, untuk mewujudkan DIY dalam toleransi,” kata Ketua Panitia Nyepi Tahun Saka 1945 Profesor Wayan T. Artama.
Guru Besar UGM ini menambahkan Jogja merupakan kota budaya, tujuan wisata dan pusat peradaban serta kota pendidikan yang aman dan berbudaya harus terus dijaga lewat harmonisasi lintas agama. Sebagai kota Pendidikan, Jogja harus penuh toleransi, saling menghargai antar umat, bersinergi dalam pembangunan rumah ibadah agama-agama yang berdekatan pada satu area.
Harapannya pertemuan lintas iman itu tidak hanya menjadi simbol toleransi dan cerminan sikap saling menghargai, namun juga memudahkan koordinasi dan kerja sama lintas agama serta menjadi perekat persatuan bangsa dalam membentuk sikap keragaman.
“Pancasila lahir dari semangat mempersatukan berbagai bentuk keragaman dan kemajemukan yang ada di tanah air, mulai dari budaya, suku, etnis, bahasa, hingga keberagaman agama. Untuk merawatnya diperlukan kesadaran dari umat beragama dalam menjaga, melestarikan dan memberi ruang keberagaman dalam bingkai moderasi beragama,” katanya.
BACA JUGA : Jazz Syuhada Bawa Semangat Kerukunan Lintas Agama
Dirjen Bimas Hindu Kemenag RI Profesor I Nengah Duija mengapresiasi hadirnya perwakilan semua agama yang duduk bersama dalam mendiskusikan toleransi. Ia sepakat dalam praktik keagamaan memungkinkan melibatkan umat lain agar ada pengakuan, salah satunya melalui seni budaya. Karena selain sebagai diplomasi kebudayaan, seni juga dapat memainkan peran diplomasi religius. Sehingga tidak ada sekat lagi Ketika berbicara soal agama.
“Ketika ada kegiatan yang sifatnya bisa mendukung Pemda kelompok agama ini bisa melakukan kolaborasi dalam berbagai kegiatan. Artinya keberagaman ini menjadi penting sebagai sebuah identitas budaya,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- KPU Sleman Targetkan Distribusi Logistik Pilkada Selesai dalam 2 Hari
- 20 Bidang Tanah Wakaf dan Masjid Kulonprogo Terdampak Tol Jogja-YIA
- Jelang Pilkada 2024, Dinas Kominfo Gunungkidul Tambah Bandwidth Internet di 144 Kalurahan
- Angka Kemiskinan Sleman Turun Tipis Tahun 2024
- Perluasan RSUD Panembahan Senopati Bantul Tinggal Menunggu Izin Gubernur
Advertisement
Advertisement