Advertisement

Cegah Penyakit Lato-Lato pada Sapi, Ini Tips dari Pemkab Gunungkidul

David Kurniawan
Rabu, 01 Maret 2023 - 15:07 WIB
Arief Junianto
Cegah Penyakit Lato-Lato pada Sapi, Ini Tips dari Pemkab Gunungkidul Ilustrasi. - Harian Jogja/Catur Dwi Janati

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL — Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul memberikan tip untuk mencegah sapi terjangkit Lumpy Skin Disease (LSD) atau dikenal dengan penyakit lato-lato.

Cara paling ampuh dengan menjaga kebersihan, maka lalat, nyamuk hingga caplak penyebab penyebaran penyakit ini hilang dari kadang.

Advertisement

Meski demikian, Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Retno Widiastuti menngakui hal itu sulit direalisasikan karena proses pemeliharaan masuk kategori peternakan rakyat.

Hal ini jauh berbeda dengan peternakan yang masuk kelas indsutri sudah ada petugas khusus yang membersihkan area kandang. Akan tetapi, sambung dia, tak lantas penanggulangan LSD tak bisa dilakukan.

BACA JUGA: Tiga Ekor Sapi di Gunungkidul Mati Karena LSD

Menurut Retno masih ada cara lain dengan mengusir serangga seperti nyamuk, lalat dan caplak yang menjadi penyebab penyakit LSD. Ia tidak menampik, masayarakat sudah terbiasa mengusirnya dengan membuat asap di sekitar kadang.

Hanya saja, dia mengakui cara ini bisa berbahaya karena malah dapat membakar kandang apabila tidak dilakukan dengan benar. “Jangan membakar sampah dengan tujuan membuat asap guna mengusir hewan penyebab LSD. Nanti kalau salah atau lupa mematikan malah bisa membakar kandang,” katanya.

Retno menambahkan, untuk mengusir lalat, caplak atau nyambuk dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida sesuai takaran. “Bisa disemprot dengan pestisida, tapi dosisnya tidak boleh berlebihan,” kata Retno, Rabu (1/3/2023).

Selain cara mandiri, pencegahan juga dilakukan secara massal. Hingga saat ini, dinas peternakan dan kesehatan masih menunggu pengiriman vaksin untuk penanggulangan LSD. “Sudah kami ajukan, tapi vaksinnya belum datang,” katanya.

Disinggung soal perkembangan kasus, hingga sekarang sudah ditemukan 220 sapi yang menderita penyakit lato-lato. Adapun penyebarannya sudah ada 14 kapanewon di Gunungkidul. “Ada yang mati tiga ekor. Untuk kapanewon yang masih belum ada kasus berada di Paliyan, Saptosari, Tanjungsari dan Tepus,” ungkap Retno.

Sebelumnya diberitakan, penyakit lato-lato sudah memberikan dampak terhadap harga jual sapi di pasaran. Salah seorang pedagang sapi, Eko Setiyawan mengatakan, penyakit lato-lato sudah diketemukan di Pasar Hewan Munggi. Kondisi ini mulai memberikan dampak terhadap harga jual di pasaran.

Menurut dia, sepinya aktivitas di pasar membuat harga jual sapi ikut anjlok. Eko mencontohkan, harga sapi di Januari 2023 di kisaran Rp12 juta, sekarang pasarannya di bawah Rp10 juta per ekor. “Memang turun dan kisarannya bisa mencapai Rp3 juta per ekor,” ungkapnya.

Ia berharap penyebaran penyakit lato-lato bisa segera hilang agar kondisi kembali normal seperti sedia kala. “Mudah-mudahan tidak semakin meluas dan kondisi di pasar hewan dapat kembali normal,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Menteri Imigrasi & Pemasyarakatan Sebut Rehabilitasi Narkoba untuk Kurangi Kelebihan Kapasitas Lapas

News
| Rabu, 30 Oktober 2024, 07:37 WIB

Advertisement

alt

Rekomendasi Makanan Ramah Vegan

Wisata
| Minggu, 27 Oktober 2024, 08:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement