Cegah Penyakit Lato-Lato pada Sapi, Ini Tips dari Pemkab Gunungkidul
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL — Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul memberikan tip untuk mencegah sapi terjangkit Lumpy Skin Disease (LSD) atau dikenal dengan penyakit lato-lato.
Cara paling ampuh dengan menjaga kebersihan, maka lalat, nyamuk hingga caplak penyebab penyebaran penyakit ini hilang dari kadang.
Advertisement
Meski demikian, Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Retno Widiastuti menngakui hal itu sulit direalisasikan karena proses pemeliharaan masuk kategori peternakan rakyat.
Hal ini jauh berbeda dengan peternakan yang masuk kelas indsutri sudah ada petugas khusus yang membersihkan area kandang. Akan tetapi, sambung dia, tak lantas penanggulangan LSD tak bisa dilakukan.
BACA JUGA: Tiga Ekor Sapi di Gunungkidul Mati Karena LSD
Menurut Retno masih ada cara lain dengan mengusir serangga seperti nyamuk, lalat dan caplak yang menjadi penyebab penyakit LSD. Ia tidak menampik, masayarakat sudah terbiasa mengusirnya dengan membuat asap di sekitar kadang.
Hanya saja, dia mengakui cara ini bisa berbahaya karena malah dapat membakar kandang apabila tidak dilakukan dengan benar. “Jangan membakar sampah dengan tujuan membuat asap guna mengusir hewan penyebab LSD. Nanti kalau salah atau lupa mematikan malah bisa membakar kandang,” katanya.
Retno menambahkan, untuk mengusir lalat, caplak atau nyambuk dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida sesuai takaran. “Bisa disemprot dengan pestisida, tapi dosisnya tidak boleh berlebihan,” kata Retno, Rabu (1/3/2023).
Selain cara mandiri, pencegahan juga dilakukan secara massal. Hingga saat ini, dinas peternakan dan kesehatan masih menunggu pengiriman vaksin untuk penanggulangan LSD. “Sudah kami ajukan, tapi vaksinnya belum datang,” katanya.
Disinggung soal perkembangan kasus, hingga sekarang sudah ditemukan 220 sapi yang menderita penyakit lato-lato. Adapun penyebarannya sudah ada 14 kapanewon di Gunungkidul. “Ada yang mati tiga ekor. Untuk kapanewon yang masih belum ada kasus berada di Paliyan, Saptosari, Tanjungsari dan Tepus,” ungkap Retno.
Sebelumnya diberitakan, penyakit lato-lato sudah memberikan dampak terhadap harga jual sapi di pasaran. Salah seorang pedagang sapi, Eko Setiyawan mengatakan, penyakit lato-lato sudah diketemukan di Pasar Hewan Munggi. Kondisi ini mulai memberikan dampak terhadap harga jual di pasaran.
Menurut dia, sepinya aktivitas di pasar membuat harga jual sapi ikut anjlok. Eko mencontohkan, harga sapi di Januari 2023 di kisaran Rp12 juta, sekarang pasarannya di bawah Rp10 juta per ekor. “Memang turun dan kisarannya bisa mencapai Rp3 juta per ekor,” ungkapnya.
Ia berharap penyebaran penyakit lato-lato bisa segera hilang agar kondisi kembali normal seperti sedia kala. “Mudah-mudahan tidak semakin meluas dan kondisi di pasar hewan dapat kembali normal,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kena OTT KPK, Gubernur Bengkulu Dibawa ke Jakarta untuk Pemeriksaan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Pelaku Praktik Politik Uang Bakal Ditindak Tegas Polres Kulonprogo, Ini Hukumannya
- 3 Alasan Relawan Bolone Mase Mendukung Penuh Kustini - Sukamto di Pilkada Sleman
- KPU Bantul Petakan TPS Rawan Bencana Hidrometeorologi, Ini Lokasinya
- Lestarikan Warisan Budaya Tak Benda, Kementerian Kebudayaan Gelar Indonesia ICH Festival di Jogja
- Kampanye Pilkada Kulonprogo Rampung, Logistik Siap Dikirim
Advertisement
Advertisement