Advertisement
Tiga Ekor Sapi di Gunungkidul Mati Karena LSD

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai penyebaran penyakit cacar sapi atau Lumpy Skin Disesase (LSD) pada sapi peliharaan.
BACA JUGA: Sapi Positif LSD di Sleman Bertambah
Advertisement
Sebab, hingga saat ini total ada 178 kasus dan tiga ekor sapi dinyatakan mati karena penyakit ini.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Wibawanti Wulandari mengatakan, penyakit cacar sapi masih menjadi ancaman karena potensi penambahan kasus masih sangat mungkin terjadi. Terlebih lagi, penyakit ini juga bisa menular ke sesama sapi.
Oleh karena itu, ia meminta kepada para peternak untuk mewaspadai penyebaran LSD terhadap sapi peliharaan. Menurut dia, hingga sekarang sudah ada 178 kasus sapi yang terjangkit.
“Sudah ada laporan tiga sapi mati karena penyakit ini,” kata Wibawanti kepada wartawan, Senin (27/2/2023).
Ia menjelaskan, kasus cacar sapi ini sudah ditemukan di 13 kapanewon di Gunungkidul. Adapun kapanewon yang masih nihil kasus ada lima meliputi Saptosari, Tanjungsari, Tepus, Playen dan Paliyan.
“Penyebarannya hampir di seluruh wilayah, karena dari 18 kapanewon kasusnya sudah diketemukan di 13 kapanewon,” katanya.
Menurutnya, upaya penanggulangan terus dilakukan agar jumlah kasus tidak terus bertambah. Meski demikian, ia mengingatkan didalam pencegahan juga membutuhkan partisipasi aktif dari masyarakat sehingga hasilnya dapat dimaksimalkan.
“Partisipasi warga ini sangat penting agar laju penyebaran bisa ditekan,” katanya.
Salah satu upaya pencegahan yang dilakukan dinas peternakan dan kesehatan hewan bekerjasama dengan dinas kesehatan. Kerja sama dilaksanakan untuk memastikan keamanan di pasar hewan.
“Ada petugas di pasar hewan. Kalau ada ternak yang sakit akan diobati dan diminta untuk dibawa pulang terlebih dahulu,” imbuh Wibawanti.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Retno Widiastuti menjelaskan, tanda klinis dari penyakit cacar sapi terlihat di bagian kulit dengan munculnya benjolan-benjolan.
“Biasanya ditemukan leher, kaki, kepala hingga ekor,” katanya.
Menurutnya, untuk pencegahan sudah dilakukan dengan pengobatan terhadap sapi yang terjangkit. Selain itu, juga ada upaya mengajukan bantuan vaksin LSD ke Pemerintah Pusat.
“Penyakit ini disebabkan oleh gigitan nyamuk, lalat dan caplak. Jadi, untuk antisipasinya para peternak diminta menjaga kebersihan di lingkungan kandang,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Tegas! Menhub Pastikan Kebijakan Zero ODOL Berlanjut, Lebih Cepat Lebih Baik
Advertisement

Begini Cara Masuk Gratis ke Candi Borobudur, Prambanan dan Ratu Boko Khusus Bulan Juli 2025
Advertisement
Berita Populer
- Prestasi ORI DIY, Selesaikan 177 Laporan Selama Semester I 2025, Paling Banyak Soal Isu Pendidikan
- Libur Sekolah, Museum Sandi Ramai Dikunjungi Wisatawan Keluarga
- Leptospirosis di Jogja Meningkat Signifikan, Ada 18 Kasus dengan Lima Kematian
- Asrama Sekolah Rakyat BBPPKS Purwomartani Sleman Siap Ditempati, Begini Fasilitasnya
- Jadwal KRL Jogja Solo Terbaru, Naik dari Stasiun Tugu Turun di Palur, Rabu (9/7/2025)
Advertisement
Advertisement