Advertisement

Sejarah Peralihan Fungsi Prajurit Kraton Jogja, dari Perang Menjadi Upacara Budaya

Sunartono
Minggu, 05 Maret 2023 - 22:37 WIB
Sunartono
Sejarah Peralihan Fungsi Prajurit Kraton Jogja, dari Perang Menjadi Upacara Budaya Sejumlah pemateri dalam diskusi bertajuk Prajurit Kraton Ngayogyakarta, Bagaimana Melanjutkan Pelestarian dan Pengembangannya di Ndalem Yudonegaran, Sabtu (4/3/2023). - Istimewa.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Penampilan prajurit Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dalam suatu upacara budaya. Kondisi prajurit ini ke depan perlu terus dilestarikan. Materi ini dibahas dalam diskusi bertajuk Prajurit Kraton Ngayogyakarta, Bagaimana Melanjutkan Pelestarian dan Pengembangannya di Ndalem Yudonegaran, Sabtu (4/3/2023).

Prajurit kraton memang mengalami peralihan fungsi, jika zaman dahulu menjadi garda terdepan dalam peperangan dan mengamankan lingkungan kraton. Akan tetapi saat ini menjadi sering menjadi pengawal dalam setiap upacara budaya di lingkungan Kraton.

Advertisement

Abdi Dalem Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat KRT Jatiningrat menjelaskan fungsi prajurit kraton saat ini berbeda dengan zaman dahulu yang digunakan untuk mendukung peperangan melawan penjajah. Pada periode 1945 hingga 1970 melalui Sri Sultan Hamengku Buwono IX, fungsi prajurit kraton mulai diubah dari perang menjadi upacara budaya. Selain itu pakaian prajurit juga turut diubah menjadi lebih berwarna seperti saat ini.

BACA JUGA : Grebeg Mulud Kraton Ngayogyakarta Kali Ini Istimewa

“Karena prajurit Kraton diubah. Saat itu diubah dari perang menjadi untuk upacara. Maka sampai sekarang seperti itu, karena dulu Belanda sangat khawatir terutama setelah Ngayogyakarta bergabung dengan Republik Indonesia. Ini juga mengapa prajurit memiliki pakaian yang menarik, bukan lagi untuk perang tapi upacara,” kata pria yang disapa Romo Tirun ini dalam diskusi tersebut.

GBPH Yudhaningrat menambahkan terciptanya keprajuritan kraton terjadi sejak era Pangeran Mangkubumi bergelar Sri Sultan HB I. Kraton membangun tata kota dengan kampung di mana batalyon atau regu prajurit Kraton tinggal. Di luar itu, ada kampung-kampung pedesaan dan yang paling ujung untuk menghadapi musuh adalah masjid Pathok Negara yang dipimpin Penghulu Kraton.

“Kalau ada musuh, yang mengawali filter adalah di pondok setiap masjid Pathok Negara," ujarnya.

Di Kraton Ngayogyakarta ada prajurit Bugis dan Daeng yang awalnya merupakan pedagang di tanah Jawa memutuskan menetap di wilayah Mataram. Kraton memiliki 10 bregada dengan delapan di bawah Kraton langsung dan dua diberi tugas khusus. Bugis mengawal pemerintahan di Kepatihan dan Surokarso ditugaskan mengawal Putera Mahkota di Mangkubumen.

“Para prajurit sudah diminta Sri Sultan HB I untuk mempelajari budaya adiluhung sejak awal berdirinya Kraton Ngayogyakarta. Prajurit Kraton tugas paling pokok melanjutkan dan melestarikan Kraton. Mereka tidak berperang namun untuk acara budaya, keagamaan seperti Grebeg yang dilaksanakan Kraton,” katanya.

BACA JUGA : Pekan Depan, Labuhan Kraton Kembali Digelar

Founder Indonesiagaya Gayatri Wibisono dalam kesempatan itu menyatakan berbagai hal tentang prajurit Kraton Ngyaogyakarta Hadiningrat memiliki daya Tarik buda tersendiri. Diskusi tentang prajurit kraton sangat dibutuhkan untuk meningkatkan informasi masyarakat. Terutama agar ke depan prajurit kraton ini tetap terjaga kelestriannya.

“Saat ini kami juga fokus pada kerajinan, alam dan budaya yang menjadi unsur penting di Indonesia. Salah satunya di Jogja lewat bincang budaya untuk mendapat informasi. Harapannya prajurit kraton ini tetap lestari ke depan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Jokowi Beberapa Kali Minta Maaf Jelang Akhir Jabatan, Istana: Presiden Menunjukkan Sikap Kerendahan Hati

News
| Kamis, 03 Oktober 2024, 23:57 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Jogja lewat Diorama

Wisata
| Rabu, 02 Oktober 2024, 22:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement