Advertisement
Penyakit Lato-Lato Menyebar Cepat, Pasar Hewan di Gunungkidul Kian Sepi

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL — Dampak penyebaran penyakit lato-lato atau Lumpy Skin Disease (LSD) membuat pasar hewan di Gunungkidul semakin sepi. Kondisi ini terlihat di Pasar Hewan Siyonoharjo di Kalurahan Logandeng, Playen, Kamis (9/3/2023) yang diklaim aktivitas jual belinya mengalami penurunan hingga 50%.
Pengelola Pasar Hewan Siyonoharjo, Isnaning Suindarti mengatakan dampak penyebaran penyakit lato-lato semakin terlihat. Pasalnya, aktivitas di pasar hewan jadi semakin sepi dengan penurunan mencapai 50% dari kondisi normal. “Tidak hanya aktivitas, harga sapi juga ikut turun,” kata Isnaning kepada wartawan, Kamis siang.
Advertisement
Menurut dia, banyak masyarakat khawatir penularan penyakit LSD akan menjangkiti ternak yang dipelihara. “Penyebarannya memang cepat. Jadi ada kekhawatiran penularannya semakin meluas,” katanya.
Isnaning mengantakan, untuk pencegahan sudah ada koordinasi dengan Dinas dan Peternakan Kesehatan Hewan Gunungkidul. Menurut dia, ada petugas yang jaga guna melakukan pemeriksaan terhadap hewan di pasar. “Pasti diperiksa. Kalau ada tanda-tanda kurang sehat diminta dibawa pulang terlebih dahulu untuk diobati sampai sembuh,” katanya.
BACA JUGA: Update Sapi LSD Sleman: Hingga 9 Februari Sudah Ada 100 Kasus
Hal tak jauh berbeda diungkapkan oleh Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Wibawanti Wulandari. Menurut dia, upaya pencegahan penyebaran penyakit lato-lato pada sapi terus dilakukan agar kasusnya bisa dikendalikan. “Untuk trennya kasus masih bertambah, tapi kami terus berusaha agar penularan terkendali,” katanya.
Menurut dia, hingga sekarang sudah ada 303 sapi yang dinyatakan terjangkit penyakit lato-lato. Dari jumlah ini, tiga ekor sapi mati karena tertular. Adapun penyebarannya sudah diketemukan di 14 kapanewon. “Yang belum ada kasusnya berada di Kapanewon Paliyan, Saptosari, Tepus dan Tanjungsari,” kata Wibawanti.
Dia berharap untuk pencegahan ada partisipasi dari masyarakat. Salah satunya dengan menjaga kebersihan kandang sehingga potensi penyebarannya terkendali. “LSD disebabkan karena gigitan seranga seperti nyambuk, lalat dan caplak. Tapi, kalau kondisinya bersih maka hewan tersebut tidak akan muncul di area kandang,” katanya.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Retno Widiastuti mengatakan, untuk pencegahan sudah mengajukan vaksin ke Pemerintah Pusat sebanyak 5.000 dosisi di tahap awal. Meski demikian, jumlah pengiriman belum sesuai harapan karena yang diberikan baru sekitar 100 dosis. “Masih proses pengiriman. Jelas, belum mencukupi karena 100 dosis hanya cukup untuk 100 ekor sapi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Kapolri Jenderal Sigit Pamer Hasil Panen Raya Jagung 2,5 Juta Ton di HUT Bhayangkara
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Pemkab Sleman Siapkan Rp210 Juta untuk Bantu Pendanaan Penulisan Skripsi Hingga Tesis ASN
- Ingin Bekerja ke Luar Negeri, Pemkab Imbau Warga Gunungkidul Gunakan Jalur Resmi
- Disdikpora Kota Jogja Perpanjangan Pengajuan Akun SPMB SMP Sampai 2 Juli 2025
- Volume Sampah Plastik di Sleman Capai 222 Ton Per Hari
- Teringat Dendam Saat Pesta Miras, Pria di Kulonprogo Menombak Temannya Sendiri
Advertisement
Advertisement