Ada Lato-Lato, Pasar Hewan Gunungkidul Jalan Terus

Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Perdagangan Gunungkidul memastikan tidak ada rencana penutupan pasar hewan, meski ditemukan kasus penyebaran penyakit lato-lato atau Lumpy Skin Diases (LSD). Total hingga sekarang ada 328 ekor sapi yang terjangkit penyakit ini.
Kepala Dinas Perdagangan Gunungkidul, Kelik Yuniantoro mengatakan, tidak ada masalah dengan penyebaran penyakit lato-lato. Pasalnya, meski ada temuan kasus di pasaran tidak sampai menghentikan aktivitas.
“Pasar hewan jalan terus dan tidak ada rencana penutupan,” kata Kelik kepada wartawan, Jumat (17/3/2023).
Menurut dia, pasar hewan tetap buka seperti biasa. Sebagai contoh, setiap pasaran Wage lokasinya berada di Pasar Siyonoharjo, sedangkan Pasar Hewan Munggi buka setiap pasaran Kliwon.
Kelik memastikan sudah ada upaya pencegahan agar tidak ada penularan di lingkungan pasar. Adapun pelaksanaannya bekerjasama dengan tim dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul.
“Langsung dimonitor oleh dokter hewan. Setiap pasaran juga ada pemeriksaan rutin,” katanya.
Baca juga: Diduga Stres, PNS di Bantul Tewas Gantung Diri
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Gunungkidul, Retno Widiastuti mengatakan, jumlah penularan penyakit lato-lato masih terus bertambah. Hingga sekarang sudah ada 328 sapi yang terindikasi penyakit kulit ini.
“Dari jumlah ini ada tiga sapi yang mati karena LSD,” katanya.
Menurut Retno untuk area penyebaran ada 14 kapanewon. Adapun wilayah yang masih terbebas dari penyakit lato-lato berada di Kapanewon Saptosari, Tanjungsari, Tepus dan Paliyan.
“Upaya pencegahan dan penaggulangan terus kami lakukan,” katanya.
Ia mengungkapkan, cara paling ampuh mencegah penyakit lato-lato dengan menjaga kebersihan, maka lalat, nyamuk hingga caplak penyebab penyebaran penyakit ini hilang dari kadang. Meski demikian, Retno mengakui sulit direalisasikan karena proses pemeliharaan masuk kategori peternakan rakyat.
Hal ini jauh berbeda dengan peternakan yang masuk kelas indsutri sudah ada petugas khusus yang membersihkan area kandang. Akan tetapi, sambung dia, tak lantas penanggulangan LSD tak bisa dilakukan.
Menurut Retno masih ada cara lain dengan mengusir serangga seperti nyamuk, lalat dan caplak yang menjadi penyebab penyakit LSD. Ia tidak menampik, masayarakat sudah terbiasa mengusirnya dengan membuat asap di sekitar kadang.
Hanya saja, ia mengakui cara ini bisa berbahaya karena malah dapat membakar kandang apabila tidak dilakukan dengan benar. “Jangan membakar sampah dengan tujuan membuat asap guna mengusir hewan penyebab LSD. Nanti kalau salah atau lupa mematikan malah bisa membakar kandang,” katanya.
Ia menambahkan, untuk mengusir lalat, caplak atau nyambuk dapat dilakukan dengan penyemprotan insektisida sesuai takaran. “Bisa disemprot dengan pestisida, tapi dosisnya tidak boleh berlebihan,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Polsek Muntilan, Magelang Amankan 9 Pelajar yang Hendak Gelar Perang Sarung
Advertisement

Deretan Negara di Eropa yang Bisa Dikunjungi Bagi Pelancong Berduit Cekak
Advertisement
Berita Populer
- Dishub Sleman Segera Cek Kondisi PJU di Jalur Mudik
- Padat Karya Sleman Sasar 137 Titik Dengan Alokasi Anggaran Rp17 Miliar
- Pengendara Motor Tabrak Truk di Jalan Parangtritis, 1 Meninggal Dunia
- Geruduk Kantor Disnakertrans DIY, Buruh Tolak Pengesahan UU Cipta Kerja
- Mobil Hangus Terbakar di Ruas Jalan Saptosari-Paliyan Gunungkidul, Sopir Terluka
Advertisement