Advertisement

Hebat! Petani di Bantul Ini Kembangkan Padi Organik Mutiara, Lebih Menguntungkan

Ujang Hasanudin
Minggu, 07 Mei 2023 - 22:07 WIB
Abdul Hamied Razak
Hebat! Petani di Bantul Ini Kembangkan Padi Organik Mutiara, Lebih Menguntungkan Sumantara, petani asal Dusun Sirat, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Bambanglipuro, saat menunjukan gabah varietas Mutiara hasil persilangan padi batang lembang dan menur di rumahnya, Minggu (7/5 - 2023)

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Sumantara, petani asal Dusun Sirat, Kalurahan Sidomulyo, Kapanewon Bambanglipuro, Bantul, tengah mengembangkan tanaman padi organik Mutiara. Varietas padi hasil persilangan dari padi lokal batang lembang dan menur tersebut diklaim lebih unggul dibanding padi lokal lainnya.

“Keunggulan batang padi lebih tinggi dan kuat, batang dan akarnya kuat, tidak mudah rubuh, tidak mudah kena hama, bijinya lebi besar, nasinya enak pulen,” katanya saat ditemui di kediamannya Minggu (7/5/2023).

Advertisement

BACA JUGA: Ribuan KWT Pakem dan Turi Bekumpul di Kali Boyong, Ada Apa?

Sepintas beras Mutiara itu terlihat putih seperti beras ketan. Namun setelah dimasak dan menjadi nasi sama dengan beras lain pada umumnya. Hanya saja teskturnya lebih pulen, tidak lengket, dan baunya wangi. Selain itu produktivitasnya juga cukup tinggi. “Dari 1.000 meter bisa menghasilkan empat kwintal beras. Sementara padi lokal lainnya di bawah itu,” ucapnya.

Pria kelahiran 8 Mei 1964 itu awalnya tidak tertarik mengembangkan padi Mutiara. Varietas tersebut merupakan hasil temuan temannya yang biasa di panggil Pak Gie di Sleman. Karena tidak memiliki lahan, temannya tersebut memintanya untuk mengembangkan padi Mutiara di Bantul.

Ia pun mulai menanam padi Mutiara tersebut sejak Januari lalu dan panen setelah 90 hari kemudian. Hampir sama dengan usia padi pada umumnya. Keunggulan lainnya ternyata gabah hasil panen bisa dijadikan bibit untuk ditanam kembali. Berbeda dengan padi lokal lainnya, ketika dipanen tidak bagus untuk dijadikan bibit kembali.

“Jadi padi Mutiara ini bisa berkesinambungan. Kita tidak perlu lagi membeli bibit dari orang lain ketika ingin menenam kembali,” ujarnya.

Lantaran hasilnya dinilai bagus, ia kemudian mengajak petani lain untuk mengembangkan pertanian padi Mutiara. Soal bibit, ia tidak memperjualbelikannya. Semua benih atau bibit gabah diberikan secara cuma-cuma kepada petani.

BACA JUGA: DKPP Bantul Klaim Perubahan Iklim Tak Ganggu Produktivitas Pertanian, Ini Respons Petani

“Setiap petani kami beri lima kilogram benih namun mereka harus mengembalikan 10 kilogram. Jadi saya tidak memperjualbelikannya. Hasil pengembalian dari petani ini menjadi bank benih padi untuk dibagikan kembali kepada petani lainnya yang ingin mengembangkan padi Mutiara,” ucapnya.

Untuk menghasilkan lebih dari yang diharapkan, pria yang juga sebagai Ketua DPC Rewalan Perjuangan Demokrasi (Repdem) Bantul ini tidak hanya menanam dan mengembangkan padi Mutiara namun penanamannya menggunakan pupuk organik hasil fermentasi sendiri.

Sumantara memang sudah terbiasa menanam padi dengan pupuk organik untuk memerangi pupuk kimia dan mengembalikan kesuburan tanah. Hasilnya selain lebih bagus juga dinilai menyehatkan. Termasuk menanam padi Mutiara proses pemupukannya dengan pupuk organik hasil racikannya sendiri.

Proses pembuatan pupuk organik terdiri dari rumput dan dedaunan sekitar 90 kilogram, kemudian dimasukkan dalam drum. Rumput dan dedaunan tersebut dicampur dengan satu liter tetes tebu, satu kilogram arang, dua sendok susu formula, satu liter air cucian beras. Kemudian ditambah ikan mujair atau ikan lele yang dicacah untuk proses pembusukan. Setelah tiga bulan, pupuk siap untuk digunakan.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKP) Bantul, Joko Waluyo justeru belum mengetahui jika di Bantul ada penanaman padi varietas Mutiara. Menurutnya di Bantul yang paling banyak ditanam adalah jeis Impari 42 dan Impari 32, serta Ciherang. “Kalau itu varietas Mutiara hasilnya lebih tinggi dari padi lokal lainnya kenapa tidak untuk dikembangkan di Bantul. Saya akan cek dulu ke petaninya,” kata Joko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Satuan Pendidikan Diwajibkan Memperhatikan Kebutuhan Siswa dengan Kondisi Khusus

News
| Jum'at, 26 April 2024, 10:57 WIB

Advertisement

alt

Sandiaga Tawarkan Ritual Melukat ke Peserta World Water Forum di Bali

Wisata
| Sabtu, 20 April 2024, 19:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement