Advertisement

Promo November

Pastur yang Kena Bacok di Gereja Bedog 2018 Silam Terima Gelar Doktor HC dari ISI Jogja

Yosef Leon
Kamis, 11 Mei 2023 - 19:17 WIB
Arief Junianto
Pastur yang Kena Bacok di Gereja Bedog 2018 Silam Terima Gelar Doktor HC dari ISI Jogja Suasana penganugerahan Doktor Honoris Causa kepada Romo Prier dan Prof. Gunnar Spellmeyer, Kamis (11/5/2023). - Istimewa

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Masih ingat dengan Karl-Edmund Prier atau yang lebih dikenal dengan Romo Prier? Pada 2018 silam, Romo Prier yang merupakan pastor tarekat Yesuit, menjadi korban teror penyerangan saat misa di Gereja Katolik Roma Santa Lidwina Bedog, Sleman pada 2 Februari 2018. Dia akhirnya pulih setelah mendapat bacokan di bagian kepala.

Pada Kamis (11/5/2023), Institut Seni Indonesia (ISI) Jogja menganugerahkan gelar Doktor Honoris kepada Romo Prier. Tak sendiri, gelar itu diberikan pula kepada Prof. Gunnar Spellmeyer. Pemberian gelar kehormatan itu dilakukan pada prosesi Sidang Senat Terbuka ISI Jogja di Concert Hall ISI Jogja.

Advertisement

“Pemberian gelar kehormatan Doktor Honoris Causa bagi dua tokoh ini berdasarkan tingkat kepakaran dan pengabdian mereka di bidang musik dan desain,” kata Rektor ISI Jogja, Prof. Timbul Raharjo, Kamis.

Romo Prier merupakan tokoh yang sangat sangat berjasa dalam bidang keilmuan musik khususnya musik liturgi. Bagi ISI Jogja, Romo Prier juga berjasa dalam pendirian dan pengembangan Jurusan Musik.

Dia telah mengajar di Jurusan Musik sejak jurusan ini berdiri di Akademi Musik Indonesia (AMI) hingga menjadi Institut Seni Indonesia Yogyakarta (ISI). “Beliau mengajar selama 33 tahun [1971-2024] pada mata kuliah Sejarah Musik, Tinjauan Repertoar Musik, Ilmu Bentuk Musik, dan Kontrapung di ISI Jogja,” jelas Timbul.

BACA JUGA: Teliti Gerabah Kasongan, Timbul Raharjo Dikukuhkan Jadi Guru Besar ISI Jogja

Sementara, Prof. Gunnar Spellmeyer adalah Professor di bidang Industrial Design Process and Presentation di University of Applied Sciences and Arts Hannover, Jerman sejak 2000.

Dia juga mendapatkan gelar Professor Honoris Causa dari United University of Hefei China. Professor Gunnar menjadi tokoh yang berjasa dalam menginisiasi kerja sama ISI Jogja dan University of Applied Sciences and Arts Hannove dengan menyelenggarakan lokakarya tahunan yang telah berlangsung selama 9 tahun dan masih berlangsung hingga saat ini.

“Selain itu dia juga menginisasi kegiatan staf dan student mobility program yang didanai oleh Erasmus Plus sehingga memberikan kesempatan beberapa mahasiswanya untuk riset di Indonesia dan juga magang di beberapa perusahaan di Jogja,” kata Timbul. 

Prof. Triyono Bramantyo selaku promotor menyebutkan, Romo Prier dinilai telah menyumbangkan ilmu pengetahuan termasuk menanamkan teknik musik kepada mahasiswa Jurusan Musik maupun Jurusan Etnomusikologi ISI Jogja yang saat ini para lulusannya sudah tersebar di seluruh Indonesia.

“Romo Prier juga berjasa melahirkan aransemen lagu-lagu daerah di Indonesia. Berkat ketekunan, ketangguhan, etos dan spirit-nya laik dianggap sebagai ahli musik sekaligus guru besar sejati,” kata dia.

Dalam pidato pengukuhannya, Romo Pier membacakan makalah ilmiah berjudul Hidup untuk Musik dengan diiringi oleh instrumen gamelan yang dimainkan oleh para mahasiswa setempat. Ia duduk di atas kursi dengan setelan jas hitam dan mengenakan topi.

“Saya mohon maaf harus duduk karena ada masalah pada kaki. Dan pakai topi karena ada luka pada kepala, sejak saya dicintai seseorang di Gereja Bedog beberapa tahun lalu, sekarang masih ada lubang di sini,” ujarnya.

Menurut Romo Pier meski tugas pihaknya sebagai Pusat Musik Liturgi berfokus pada musik gereja, namun tujuan ini hanya dapat dicapai dengan mempelajari musik khas Indonesia.

Pasalnya, gereja sejak pertengahan abad lalu mengakui bahwa di wilayah-wilayah tertentu, terutama di daerah misi, terdapat bangsa-bangsa yang mempunyai tradisi musik sendiri yang memainkan peran penting dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat.

“Artinya mau tidak mau Pusat Musik Liturgi bekerja sama dengan tokoh musik di luar gereja. Bukan untuk mengkristenkan orang tetapi agar musik itu mendapat penghargaan selayaknya dan tempat yang sewajarnya, baik dalam membentuk sikap religius mereka, maupun dalam menyesuaikan ibadat dengan sifat-perangai mereka,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Transfer Tahanan Mary Jane, Menteri Supratman Sebut Prabowo Sudah Berikan Lampu Hijau

News
| Senin, 25 November 2024, 22:27 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement