Advertisement
Separuh Pengidap Sifilis Jogja Tak Berobat, Ini Penyebabnya..

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Separuh pengidap sifilis atau raja singa di Jogja tak diobati karena merasa malu. Data Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY menyebut pada 2020 dari 67 pengidap hanya 43 yang mengobatinya.
Pada 2021 dari 141 orang hanya 83 yang mengobati sifilisnya. Kemudian pada 2022 terdapat total 333 orang sedangkan yang mengobati hanya 105 orang. Terakhir, per April 2023 ada 89 kasus sifilis dimana yang sudah mengobatinya hanya 26 orang.
Advertisement
BACA JUGA : Separuh Pengidap Sifilis Raja Singa di Jogja Tak Berobat
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DIY menyebut rasa malu yang menghambat pengidap sifilis tak berobat karena rendahnya kesadaran dan pemahaman Kesehatan reproduksi masyarakat DIY. “Malu ini karena mereka tak tahu pentingnya Kesehatan reproduksi, padahal kalau tidak diobati bisa lebih fatal,” kata Direktur PKBI DIY Budhi Hermanto, Jumat (19/5/2023).
Budhi menyoroti terus meningkatnya kasus sifilis di DIY juga karena minimnya pendidikan Kesehatan reproduksi. “Kalau mereka paham dan sadar akan kesehatan reproduksi maka angkanya tidak sebanyak ini, makanya perlu digencarkan pendidikan kesehatan reproduksi supaya angka kasus dapat ditekan dan pasien yang ada dapat berobat,” jelansya.
Pendidikan kesehatan reproduksi, jelas Budhi, jadi kunci pencegahan penyakit seksual menular. “Karena kalua masyarakat paham dan sadar maka mereka akan mengantisipasi perilaku seks berisiko, misalnya dengan memakai kondom, tidak gonta-ganti pasangan, dan semacamnya,” terangnya.
BACA JUGA : Pasien Sifilis di DIY Terus Melonjak, Terbanyak
Soal rasa malu pengidap sifilis, lanjut Budhi, bisa disebabkan ketakutan mendapat layanan kesehatan yang tidak ramah. “Mislanya dihakimi, dipersalahkan, dan semacamnya, padahal yang mereka butuhkan hanya layanannya, tapi mungkin takut mendapat layanan tak ramah jadi malu untuk mengobati,” ujarnya.
Budhi menilai layanan kesehatan di DIY sudah cukup ramah terhadap pengidap penyakit seksual menular. “Kalau saya lihat sudah cukup ramah, tapi mungkin satu dua tenaga medis, ada yang kurang ramah. Tapi tetap harus diobati, karena itu hak mereka juga dan sudah tercover BPJS juga jadi gratis,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

19% Lahan di Jateng Belum Bersertifikat, Pemprov dan Kementerian ATR/BPN Siap Kolaborasi Sertifikasi Tanah Tak Bertuan
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Top Ten News Harianjogja.com, Kamis 17 April 2025; Dari 29 Orang Asal Bantul Terkena Pungli Sampai Advokat Senior Hotma Sitompul Meninggal Dunia
- Alasan Pemkab Bantul Rekomendasikan Seluruh Lurah Jadi Anggota Koperasi Desa Merah Putih
- Layanan dan Lokasi SIM Keliling di Kota Jogja, Kamis 17 April 2025
- Pemda Siapkan Raperda Pengelolaan Ekosistem Karst di DIY, Ini Tujuannya
- Sempat Kehabisan Stok, Disdukcapil Bantul Kini Sediakan 2.000 Blangko e-KTP
Advertisement