Advertisement
Masuk Kemarau, BPBD Bantul: Belum Ada Warga Minta Dropping Air
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul menyatakan sampai saat ini belum ada warga yang mengajukan dropping atau suplai air bersih meski sudah memasuki musim kemarau. Meski demikian BPBD tetap mempersiapkan untuk menghadapi bencana kekeringan.
“Sampai saat ini belum ada laporan warga yang mengajukan permintaan dropping air bersih ke kami,” Kata Kepala Pelaksana BPBD Bantul, Agus Yuli Herwanta saat dihubungi, Senin (22/5/2023).
Advertisement
Agus mengatakan berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geoisika (BMKG) DIY bahwa kemarau pada tahun ini diprediksi lebih kering dan lebih panjang dibanding tahun-tahun sebelumnya. Karena itu persiapan menghadapi kekeringan perlu dilakukan, salah satunya kekurangan air bersih.
Ia mengaku sudah menyiapkan anggaran untuk suplai air bersih ke lokasi-lokasi yang rawan kekeringan. Anggaran suplai air bersih sekitar Rp22 juta atau setara dengan 76 tangki air yang setiap tangkinya kapasitas 5.000 liter. “Kami juga akan membuat SK Siaga Darurat Kekeringan apabila dibutuhkan dengan dasar prakiraan cuaca atau pers realease dari BMKG dan berdasarkan kondisi di lapangan,” ujarnya.
BACA JUGA: Waspada! Tahun Ini Ada Puluhan Kecamatan DIY Rawan Kekeringan
Adapun sejumlah wilayah yang rawan kekeringan hampir sama dengan tahun lalu. Wilayah kekeringan paling tinggi atau zona merah kekeringan yang sudah langganan setiap tahun ada di kawasan perbukitan seperti kapanewon Dlingo, Piyungan, dan Pundong.
Kemudian potensi kekeringan sedang atau zona kuning ada di wilayah kapanewon Imogiri, Pleret, dan sebagian kapanewon Pajangan, sebagian kapanewon Kretek, dan sebagian kapanewon Sedayu.“Sementara untuk yang lainnya aman dari bencana kekeringan atau masuk zona hijau kekeringan,” ucapnya.
Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Mlati BMKG DIY, Etik Setiyaningrum mengatakan kemarau 2023 akan lebih panas dan kering daripada tiga tahun sebelumnya karena curah hujan lebih sedikit. “Tiga tahun sebelumnya ada siklus La Nina. Musim kemarau saat itu curah hujan lebih banyak. Sekarang situasinya normal, tidak ada La Nina lagi, jadi akan lebih kering,” katanya.
Etik menyebut musim kemarau sudah terjadi sejak April lalu akhir musim kemarau akan terjadi pada September mendatang. Karena itu kewaspadaan krisis air perlu ditingkatkan pada kemarau ini karena lebih kering dengan curah hujan yang sedikit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
KPK Panggil Dirjen Anggaran Kemenkeu Terkait Dugaan Kasus Gratifikasi Eks Bupati Kukar
Advertisement
Menengok Lagi Kisah Ribuan Prajurit Terakota Penjaga Makam Raja di Xian China
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal KA Bandara YIA Hari Ini, Selasa 22 Oktober 2024
- Jadwal KRL Solo Jogja dari Stasiun Palur hingga Purwosari, Selasa 22 Oktober 2024
- Jadwal KA Prameks dari Kutoarjo ke Jogja, Selasa 22 Oktober 2024
- Jadwal Layanan Perpanjangan SIM di MPP Bantul, Selasa 22 Oktober 2024, Kuota Terbatas!
- Jadwal KRL Jogja Solo Keberangkatan Selasa, 22 Oktober 2024, dari Stasiun Tugu, Lempuyangan, dan Maguwo
Advertisement
Advertisement