Advertisement

Peluncuran Prangko, Sepotong Malioboro untuk Kenangan Kita

Sirojul Khafid
Rabu, 07 Juni 2023 - 19:37 WIB
Maya Herawati
Peluncuran Prangko, Sepotong Malioboro untuk Kenangan Kita Dari kanan ke kiri. Ikaputra, Singgih Raharjo (Penjabat Wali Kota Jogja), Kanjeng Gusti Bendara, Yetti Martanti (Kepada Dinas Kebudayaan Kota Jogja), dan Astuti Kusumo (pelukis prangko Malioboro) dalam pembukaan pameran prangko Bertemu Malioboro di The Phoenix Hotel, Jogja, Selasa (6/6/2023).- Harian Jogja - Sirojul Khafid

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Kisah-kisah yang tercipta dan tercecer di Malioboro terangkum dalam prangko lukisan. Ini sebagai pintu pembuka narasi Malioboro dengan segala dinamikanya.

“Apa yang ada di pikiranmu saat membayangkan suatu kota? Yang terpikir adalah jalanannya,” kata Ikaputra.

Advertisement

Jalanan, ruang terbesar masyarakat menghabiskan waktu. Dalam kegiatan apa pun, jalan menjadi penyambung satu kegiatan ke kegiatan lain. Penyambung satu kisah ke kisah lain. Cara melewati jalan juga berpengaruh dengan yang tertangkap dalam ingatan.

Saat berjalan cepat, hanya objek besar yang menjadi bahan penglihatan. Dengan berjalan lebih lambat, banyak hal-hal dan perubahan kecil yang tampak dan teramati.

Malioboro salah satunya. Sudah ada lebih dari 250 tahun lalu, perubahan menjadi saksi bisu banyaknya kisah yang pernah tercipta dan ada. Banyaknya kisah, terutama yang bentuknya sama dari berbagai orang, lambat laun menjadi kenangan kolektif.

“Kisah-kisah inilah yang coba kami ambil dan serahkan pada pelukis, yang kemudian mendesain prangko bertema Malioboro,” kata Ikaputra, salah satu anggota tim perancang prangko Malioboro.

Malioboro dengan segala filosofi, sejarah, seni, budaya, desain kota, sampai ruang sosial merupakan warisan penting Jogja, juga Indonesia. Malioboro sebagai bagian dari Sumbu Filosofi menjadi satu dari sedikit kota eksis yang ada di dunia. Tatanan kota yang dirancang sejak dalam pembangunannya mirip dengan Paris, Berlin, Beijing, dan New Delhi.

“Menurut saya sebutan Paris Van Java bukan Bandung, tetapi Jogja. Tata kota Jogja mirip dengan Paris,” kata Dosen Arsitektur UGM ini.

Penanda sejarah Malioboro yang terus berkembang perlu didokumentasikan, salah satunya dengan prangko. Gambaran prangko Malioboro dari berbagai sudut akan melengkapi peringatan ulang tahun ke-76 Pemerintah Kota Jogja pada 7 Juni 2023 ini. Prangko Malioboro juga akan dipamerkan dari 6 sampai 9 Juni 2023 di The Phoenix Hotel, Jogja. Pameran prangko merupakan kerja sama 19 museum yang ada di Jogja.

Sekretaris Daerah Kota Jogja, Aman Yuriadijaya, mengatakan ikon Jogja ini seakan menjadi living museum tempat bertemunya banyak moderasi budaya, sosial, sampai ekonomi. Ada masa Malioboro kental dengan kegiatan keilmuan. Ada pula masa tempat di pusat kota ini sebagai ruang berkesenian. Sampai saat ini lebih terkenal dengan jalanan pusat perekonomian.

Malioboro sebagai peradaban mencerminkan proses bertumbuh.

BACA JUGA: Penjual Obat di Shoppee Ditindak BPOM, Jual Obat Ilegal dengan Nilai Mencapai Rp18 Miliar

“Proses bertumbuh Malioboro seperti ini yang perlu didokumentasikan. Salah satu pilihan dokumentasinya dengan prangko, yang tidak hanya bicara nilai uang, prangko hakikatnya artefak seni. Di dalamnya bicara dokumentasi dan juga seni, bagian penting napas hidup Jogja,” katanya.

Ibarat air dan minyak, prangko dengan zaman modern sekilas mungkin seperti antonim atau lawan kata.

Tak Ada Matinya

Kurator seni rupa, Suwarno Wisetrotomo, berpendapat prangko justru tidak ada matinya, tidak hilang dari praktik kebudayaan. Sampai saat ini, PT Pos Indonesia juga masih terus memproduksi prangko, salah satu penanda prangko masih punya ruang tersendiri di masyarakat.

Agar lebih ramah zaman, prangko Malioboro berisi barcode yang di dalamnya terhubung dengan link khusus. Link tersebut bisa berisi desain prangko yang terus update, sesuai dengan perubahan bentuk Malioboro baik secara fisik maupun sosialnya.

“Prangko menjadi pintu masuk untuk narasi tanpa tepi. Malioboro merupakan jalan yang pendek tapi panjang. Pendek secara ukuran jalan atau angka, namun panjang dalam hitungan memori. Seiring dengan perubahan, banyak yang hilang, tapi banyak yang tumbuh,” kata Suwarno, dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta ini.

Apabila prangko ini menjadi pematri kenangan akan Malioboro, tidak menutup kemungkinan prangko Malioboro itu yang kelak bisa menjadi penyimpan kisah beberapa orang.

Kanjeng Gusti Bendara Raden Ayu (KGBRAy) Paku Alam X sudah membuktikan kuatnya hubungan kenangan dengan prangko. Mengenal prangko sejak SMP melalui kegiatan pramuka, dia punya kenangan terhadap prangko yang semakin berkembang seiring tahapan hidupnya.

Saat muda dan masih tinggal di Semarang, prangko menjadi pengantar suratnya menuju ke Jogja, tepatnya pada Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Paku Alam X yang kemudian hari menjadi suaminya. “Dulu kalau pacaran, cara berkabarnya pakai surat, dan harus pakai prangko,” katanya.

Perkenalan dan kesenangan dengan prangko membuat Kanjeng Gusti Bendara menjadi filateli, atau kolektor prangko. Pada awal-awal mengoleksi prangko, kebanyakan berasal dari Inggris dengan gampar Raja dan Ratu. Baru setelah itu gambar prangko bergeser dengan variasi bentuk alam maupun ikon kota lainnya.

Dengan prangko Malioboro, Kanjeng Gusti Bendara merasa senang, baik sebagai kolektor, maupun sebagai bagian dari Jogja. “Apalagi mengetahui proses desainnya yang panjang, itu luar biasa. Prangko Malioboro dengan bentuk lukisan juga unik. Malioboro menjadi ikon Jogja yang harus dilestarikan dan dikembangkan, tidak hanya pemerintah tapi semua masyarakat, agar Malioboro jadi lebih baik lagi,” katanya.

Mungkin tidak akan ada habisnya membahas Malioboro, tempat di tengah kota yang seakan menjadi destinasi wajib para wisatawan ini. Tempat yang nyaman meski hanya untuk berjalan. Jadi, apa kisahmu di Malioboro?

 

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Patahan Pemicu Gempa Membentang dari Jawa Tengah hingga Jawa Timur, BRIN: Di Dekat Kota-Kota Besar

News
| Kamis, 28 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

alt

Mengenal Pendopo Agung Kedhaton Ambarrukmo, Kediaman Sultan Hamengku Buwono VII

Wisata
| Senin, 25 Maret 2024, 20:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement