Akhirnya! Untuk Kali Pertama Kulonprogo Punya Renkon Bencana Tanah Longsor

Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Pemkab Kulonprogo terus melakukan upaya mitigasi bencana alam. Untuk pertama kalinya, Pemkab melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulonprogo membuat rencana kontingensi (renkon) tanah longsor.
Kepala BPBD Kulonprogo, Joko Satyo Agus Nahrowi mengatakan bahwa ada 12 ancaman bencana di Kulonprogo seperti gempa bumi, tsunami, dan tanah longsor. “Kalau renkon tanah longsor di Kulonprogo baru pertama kali ini dibuat. Sebelumnya belum ada. Ini sudah dua kali kami lakukan forum group discussion [FGD]. Terakhir akan kami lakukan finalisasi,” kata Nahrowi, Rabu (26/7/2023).
Advertisement
Dalam proses penyusunan renkon tanah longsor, BPBD melibatkan lima kapanewon di Kulonprogo yang menjadi lokasi rawan longsor. Kelima kapanewon tersebut masing-masing adalah Kokap, Girimulyo, Samigaluh, Kalibawang, dan sebagian Pengasih.
Setelah dokumen renkon tersebut tersusun maka untuk pengesahan atau legalisasi akan menggunakan peraturan bupati. Dokumen tersebut juga akan dikaji ulang secara rutin setiap lima tahun sekali.
Menurut Nahrowi, dokumen renkon tersebut sangat penting karena di dalamnya telah mengatur penanganan paska bencana secara terstruktur dan sistematis dari berbagai pihak yang berkepentingan.
BACA JUGA: Mitigasi Bencana, BPBD Bantul Bentuk 3 Kaltana Baru
Selama ini, tanah longsor yang terjadi di Kulonprogo pernah memakan korban dan menghancurkan bangunan. Sekitar tahun 2017, satu keluarga tertimbun tanah setelah longsor yang terjadi di Kapanewon Kalibawang.
“Kalau sewaktu saya menjabat sebagai Kepala Pelaksana BPBD, sejak 2021 ada korban juga akibat tanah longsor. Bukan tertimbun tetapi tanah longsor menghancurkan rumah dan satu orang tertimpa atap rumah di Kalirejo. Satu orang lain ada yang terkena batu setelah longsor tapi beda daerah,” katanya.
Lebih jauh, Nahrowi menyoroti banyaknya warga Kulonprogo yang membangun rumah di daerah rawan longsor seperti di lereng perbukitan. Bangunan akan memberikan beban kepada tanah dan air hujan yang jatuh di satu titik melalui genting akan menggerus tanah atau lereng.
Dia juga menjelaskan Japan International Cooperation Agency (JICA) atau Badan Kerja Sama Internasional Jepang pernah membuat rumah yang dihibahkan kepada beberapa warga di Kulonprogo. Rumah tersebut dibangun agar warga yang tinggal di daerah rawan longsor dapat pindah.
“Ada bantuan rumah dari JICA Jepang, sekitar dua belas unit. Tapi warga tidak mau pindah. Sekarang rumahnya sudah rusak-rusak. Alasan warga tidak mau pindah itu karena pekerjaan atau kebunnya di lahan lama,” ucapnya.
Disinggung soal lubang besar atau sink hole yang muncul di halaman rumah warga Banjararum bernama Karyo Dimedjo, Nahrowi mengatakan pihaknya telah menggandeng UGM untuk melakukan penelitian terhadap lubang tersebut. “Sebentar lagi kami ketemu pihak peneliti dari UGM untuk mencari tahu informasi terkait sink hole itu,” lanjutnya.
Saat ini, Nahrowi mengatakan Karyo Dimedjo mengungsi ke rumah istrinya sekadar untuk tidur. Hanya saja untuk kesehariannya, Karyo masih tetap pergi untuk bekerja di sekitar rumahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Taksi Terbang Disiapkan untuk Moda Transportasi di IKN, Ketua MPR: 100 Persen Ramah Lingkungan
Advertisement

Danau Toba Dikartu Kuning UNESCO, Sandiaga: Ini Jadi Alarm
Advertisement
Berita Populer
- Program Padat Karya DIY Menyerap Tenaga Kerja 34.656 Warga DIY
- Pencermatan Rancangan DCT, KPU DIY Terima Perubahan dari Sejumlah Parpol
- Penutupan Selokan Mataram, Dinas Pertanian DIY Berupaya Minimalkan Dampak
- Agar Penonton Menikmati Pertunjukan, Wayang Jogja Night Carnival Hadirkan Tribun Berbayar
- Mengoptimalkan Bonus Demografi, Karang Taruna DIY Dorong Inovasi Sosial di Kalangan Anak Muda
Advertisement
Advertisement