Advertisement

Akhir Kisah Penghuni Terakhir Kampung Mati di Kulonprogo...

Andreas Yuda Pramono
Jum'at, 11 Agustus 2023 - 11:07 WIB
Abdul Hamied Razak
Akhir Kisah Penghuni Terakhir Kampung Mati di Kulonprogo... Sumiran bersama keluarganya memutuskan pindah ke sebuah rumah yang berada 2,5 kilometer dari rumah lama miliknya di Kampung Labangede. Harian Jogja - Andreas Yuda Pramono

Advertisement

Harianjogja.com, KULONPROGO--Kampung mati yang berada di Padukuhan Watu Belah, Kalurahan Sidomulyo, Pengasih, Kulonprogo akan benar-benar mati. Pasalnya, satu-satunya keluarga yang tinggal di kampung tersebut akan pindah ke rumah baru. Begini kisahnya.

Kampung Suci berjarak sekitar 12 kilometer dari Alun-alun Wates tersebut. Kampung ini akhirnya akan ditinggal oleh satu-satunya penghuni di sana.

Advertisement

Sumiran bersama keluarganya memutuskan pindah ke sebuah rumah yang berada 2,5 kilometer dari rumah lama miliknya di Kampung Labangede.

BACA JUGA: Kisah Keluarga Sumiran Penghuni Kampung Mati di Kulonprogo, Jalan 2 Km ke Rumah Tetangga

Rumah baru tersebut berada di antara rumah-rumah warga dengan akses yang mudah. Situasi tersebut berbeda dari rumah lamanya yang justru berada di antara pepohonan dan tebing-tebing.

Apabila seseorang ingin menuju rumah lama Sumiran maka seseorang akan disuguhi jalan setapak terjal di tengah hutan yang merentang sekitar 2 kilometer. Jalan tersebut hanya memiliki lebar sekitar 60 sentimeter. Menapakinya terasa seperti melakukan perjalanan ke puncak gunung.

Sebelum menginjak halaman rumah lama Sumiran, seseorang juga harus meniti anak tangga batu. Batu tersebut merupakan bongkahan yang tampaknya diambil dari Sungai Wadang yang memisahkan rumahnya di Kampung Suci dari rumah warga lain di Kampung Labangede. Jika diamati betul, susunan batu tersebut tampak seperti susunan batu di candi pada umumnya.

“Saya nanti akan tinggal di sini [rumah baru]. Tapi rumah lama saya di bawah itu juga masih akan saya sambangi. Dadi wira-wiri lah,” kata Sumiran ditemui di rumah barunya, Kamis (10/8/2023).

Ketika Harianjogja.com datang ke rumah baru Sumiran, pria berbadan kekar tersebut tampak sedang beristirahat di dekat tumpukan pasir. Pasir tersebut lah akan digunakan untuk membangun rumah bagian belakang. Toilet yang juga berada di belakang rumah tersebut masih belum jadi.

Rumah bertipe 21 tersebut masih dihiasi susunan bata ringan atau hebel tanpa plester sama sekali. Di dalamnya, pondasi malang melintang dengan tanah masih menghiasi lantai rumah tersebut. Oleh karena itu, rumah Sumiran yang baru belum bisa ditempati.

“Masih belum jadi. Istri saya sekarang juga masih ada di rumah lama sana, sendirian. Septi soalnya juga belum pulang,” katanya.

Rumah lama Sumiran hanya dibangun menggunakan kayu. Tidak ada pondasi rumahnya yang berupa semen apalagi pondasi cakar ayam seperti rumahnya yang baru. Dindingnya berupa gedek dan lembaran kayu dan memiliki rongga panjang di bagian bawahnya. Apabila hujan, air dapat mudah masuk.

Beberapa bulan lalu, Sumiran mengaku masih nyaman tinggal di rumah lamanya karena kampung tersebut merupakan kampung di mana dia menghabiskan masa kecil bersama teman-teman dan tetangga lainnya. Namun, ketika dia telah menikah dan memiliki anak, tetangganya satu per satu pergi hingga menyisakan Sumiran, istri, dan dua anaknya.

Kebanyakan tetangga Sumiran memutuskan pindah karena akses jalan di Kampung Suci sulit. Begitupun dengan akses air dan listrik yang tidak kalah sulit. Sumiran pun harus bersusah payah membawa jeriken untuk membawa air dari sumber mata air di belakang rumahnya. Kalau sumber air tersebut kering, dia hanya mengandalkan air Sungai Wadang. Padahal Sungai Wadang juga menjadi toilet dan kamar mandinya.

Listrik yang mengalir di rumah lamanya juga berasal dari Padukuhan Sonyo, Kalurahan Jatimulyo, Girimulyo. Sumiran harus menarik kabel sepanjang 3.500 meter untuk mendapatkan aliran tersebut. Listrik tersebut juga hanya digunakan untuk menyalakan lampu dan mengisi baterai ponsel. Jika kabel atau aliran listrik tersebut putus maka rumah Sumiran akan sangat gelap.

BACA JUGA: Pemerataan Kualitas Pendidikan Melalui Sistem Zonasi di DIY Perlu Waktu

Dukuh Watu Belah, Sutatik, mengatakan rumah Sumiran yang baru merupakan rumah bantuan stimulan perumahan swadaya (BSPS) beberapa tahun lalu. Hanya saja ketika itu, Sumiran belum ingin pindah. Saat ini, pembangunan rumah tersebut dilanjutkan dengan dana dari donasi pengguna internet yang dikoordinir oleh Youtuber bernama Ibra.

“Tahun 2020 awal itu ada program BSPS di Watu Belah. Ada sebelas unit yang dapat termasuk Pak Sumiran,” kata Sutatik dihubungi, Kamis (10/8/2023).

Sutatik menjelaskan alasan yang semakin membuat Sumiran tidak ingin pindah ke rumah barunya ketika itu adalah karena kepemilikan tanah atau lahan yang ada masih belum beres. “Dulu disediakan dana Rp5 juta tapi belum ada kesepakatan. Akhirnya dari teman-teman Youtuber memviralkan kehidupan Pak Sumiran dan dapat donasi,” katanya.

Saat ini, tanah tersebut berhasil dibebaskan dengan harga Rp12 juta. Sutatik mengaku budaya gotong royong warga Padukuhan Watu Belah masih kuat. Apabila Sumiran memerlukan bantuan maka warga lain akan membantu.

Lurah Sidomulyo, Suprijanto, mengaku pihaknya telah menyarankan Sumiran untuk pindah dari rumah lamanya di Kampung Suci. Alasan utamanya adalah demi keselamatan dan kenyamanan.

“Pak Sumiran sudah mau pindah. Tapi masih persiapan. Hanya sebagian dulu [barang-barang] yang telah pindah,” kata Suprijanto dihubungi, Kamis (10/8/2023).

Koordinator Penggalang Donasi yang juga seorang Youtuber, Ibra, mengaku donasi yang masuk mencapai sekitar Rp35 juta. Dari jumlah tersebut, Rp12 juta telah dipakai untuk membebaskan tanah atau lahan untuk rumah Sumiran.

BACA JUGA: Kebutuhan Rumah Bersubsidi di DIY Tinggi, Sulit Terpenuhi, Ini Penyebabnya...

“Dana donasi sisa untuk membangun dapur dan kamar mandi. Tanah dapat dibeli murah soalnya juga di daerah pelosok,” kata Ibra ditemui di rumah Sumiran, Kamis (10/8/2023). Dia juga mengatakan rumah baru Sumiran masih perlu dibangun untuk kamar tidur dan lantai.

Ibra merupakan Youtuber pertama yang memviralkan kehidupan Sumiran beserta keluarganya. Dari awal dia bertemu Sumiran, Ibra dan Yotuber lain masih mendampingi Sumiran sampai saat ini.

“Alasan saya sendiri karena rasa kemanusiaan saja. Dengan kami dampingi maka akan ada dana donatur mengalir,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Penyelundupan 142 Gram Sabu Asal Malaysia Berhasil Digagalkan

News
| Sabtu, 18 Mei 2024, 21:57 WIB

Advertisement

alt

Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu

Wisata
| Sabtu, 18 Mei 2024, 20:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement