Advertisement
BMKG Ungkap Alasan Suhu Dingin di Jogja

Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Suhu udara dingin yang minimum hingga mencapai 19 derajat Celcius di DIY dipengaruhi oleh pergerakan angin Monsoon Australia. Hal tersebut diungkap oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta.
Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta Warjono saat dihubungi di Yogyakarta, Jumat, mengatakan Monsoon Australia merupakan pergerakan angin yang berasal dari dataran Australia menuju dataran Asia melewati wilayah Indonesia.
Advertisement
"Monsoon Australia ini membawa massa udara yang bersifat dingin dan kering," ujar Warjono dikutip dari Antara, Jumat (25/8/2023).
Dia melanjutkan, ketika massa udara yang bersifat dingin melewati wilayah Indonesia, terutama Indonesia bagian selatan Jawa, Bali, NTT, termasuk DIY akan menyebabkan kejadian jarang hujan dan tutupan awan yang minim.
Baca juga: Pembeli di Pangkalan LPG 3 KG Ada yang PNS, Data Tidak Bisa Diinput
Dengan tutupan awan yang minim tersebut, kata dia, radiasi matahari pada siang hari akan langsung diteruskan ke permukaan bumi sehingga masyarakat akan merasakan panas yang terik.
Sementara saat malam hari, lanjut Warjono, masyarakat akan merasakan suhu udara yang lebih dingin karena tidak ada radiasi matahari.
Panas di permukaan bumi yang diterima saat siang hari, kata dia, langsung dilepaskan ke atmosfer atau angkasa tanpa adanya penghalang. "Karena tutupan awan yang minim, sehingga kita akan merasakan suhu udara yang lebih dingin," jelas dia.
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menambahkan suhu udara dingin pada Jumat (25/8) pagi pukul 06.00 WIB di DIY tercatat mencapai 19,7 derajat Celcius sehingga memicu munculnya kabut di Kabupaten Sleman dan sekitarnya.
Menurut dia, terbentuknya kabut merupakan fenomena alam yang sering terjadi yaitu saat kandungan udara dekat permukaan tanah cukup jenuh dengan uap air dan biasanya kandungan uap air di dalam udara tersebut mempunyai kelembaban udara mendekati 100 persen. "Setelah kami cek kelembaban udara cukup tinggi sekitar 98 persen dan suhu udara pada pagi hari tadi sekitar pukul 6 pagi cukup dingin 19,7 derajat Celcius sehingga hal itu memungkinkan terjadi kabut di Sleman dan sekitarnya," ujar Reny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber : Antara
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Kepulauan Tokara di Jepang Masih Terus Diguncang Gempa, Hingga Hari Ini Sudah Lebih dari 1.200 Kali
Advertisement

Kampung Wisata Bisa Jadi Referensi Kunjungan Saat Liburan Sekolah
Advertisement
Berita Populer
- Januari-Juni 2025, Polres Bantul Catat Penipuan, Narkoba dan Curat Paling Banyak Terjadi
- Kepastian Operasional Trans Jogja ke Gunungkidul Masih Dikaji
- Dua Pemuda di Pajangan Bantul Duel, Satu Orang Alami Luka Serius
- SPMB SMA/SMK Jalur Afirmasi Kacau, Dinsos Sleman Tegaskan Data Keluarga Miskin Tidak Ada Perubahan
- Dampak Kehadiran Jembatan Pandansimo, Panewu Galur Dorong Warganya Menjadi Pemain Tidak Hanya Penonton
Advertisement
Advertisement