Advertisement

BMKG Ungkap Alasan Suhu Dingin di Jogja

Newswire
Jum'at, 25 Agustus 2023 - 22:37 WIB
Bernadheta Dian Saraswati
BMKG Ungkap Alasan Suhu Dingin di Jogja Ilustrasi. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Suhu udara dingin yang minimum hingga mencapai 19 derajat Celcius di DIY dipengaruhi oleh pergerakan angin Monsoon Australia. Hal tersebut diungkap oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta.  

Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta Warjono saat dihubungi di Yogyakarta, Jumat, mengatakan Monsoon Australia merupakan pergerakan angin yang berasal dari dataran Australia menuju dataran Asia melewati wilayah Indonesia.

Advertisement

"Monsoon Australia ini membawa massa udara yang bersifat dingin dan kering," ujar Warjono dikutip dari Antara, Jumat (25/8/2023).

Dia melanjutkan, ketika massa udara yang bersifat dingin melewati wilayah Indonesia, terutama Indonesia bagian selatan Jawa, Bali, NTT, termasuk DIY akan menyebabkan kejadian jarang hujan dan tutupan awan yang minim.

Baca juga: Pembeli di Pangkalan LPG 3 KG Ada yang PNS, Data Tidak Bisa Diinput

Dengan tutupan awan yang minim tersebut, kata dia, radiasi matahari pada siang hari akan langsung diteruskan ke permukaan bumi sehingga masyarakat akan merasakan panas yang terik.

Sementara saat malam hari, lanjut Warjono, masyarakat akan merasakan suhu udara yang lebih dingin karena tidak ada radiasi matahari.

Panas di permukaan bumi yang diterima saat siang hari, kata dia, langsung dilepaskan ke atmosfer atau angkasa tanpa adanya penghalang. "Karena tutupan awan yang minim, sehingga kita akan merasakan suhu udara yang lebih dingin," jelas dia.

Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menambahkan suhu udara dingin pada Jumat (25/8) pagi pukul 06.00 WIB di DIY tercatat mencapai 19,7 derajat Celcius sehingga memicu munculnya kabut di Kabupaten Sleman dan sekitarnya.

Menurut dia, terbentuknya kabut merupakan fenomena alam yang sering terjadi yaitu saat kandungan udara dekat permukaan tanah cukup jenuh dengan uap air dan biasanya kandungan uap air di dalam udara tersebut mempunyai kelembaban udara mendekati 100 persen. "Setelah kami cek kelembaban udara cukup tinggi sekitar 98 persen dan suhu udara pada pagi hari tadi sekitar pukul 6 pagi cukup dingin 19,7 derajat Celcius sehingga hal itu memungkinkan terjadi kabut di Sleman dan sekitarnya," ujar Reny.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber : Antara

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Gunung Slamet Berstatus Waspada, Pendaki Diminta Patuhi Larangan

News
| Jum'at, 17 Mei 2024, 18:32 WIB

Advertisement

alt

Tak Mau Telat Terbang? Ini 5 Rekomendasi Hotel Bandara Terbaik di Dunia

Wisata
| Selasa, 14 Mei 2024, 22:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement