Advertisement
Berkat Cara Ini, Ongkos Petani di Bantul Kian Irit, Hasil Panen Melejit

Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Ribuan petani di Bantul mulai beralih sistem irigasi dari semula menggunakan mesin disel menjadi pompa listrik. Dengan biaya operasional yang jauh lebih murah, penggunaan listrik mampu meningkatkan produktivitas pertanian.
Setelah memanen bawang merah pada Juli lalu, di lahan sekitar 1.000 meter miliknya, Anton kini menanam cabai dan jagung. Berbeda dengan musim tanam sebelumya, kali ini Anton menggunakan sistem irigasi yang bersumber dari energi listrik, dengan mengambil air dari sumur.
Advertisement
Anton tergabung dalam Kelompok Tani Tarunatani, di Dusun Sompok, Kalurahan Sriharjo, Imogiri, Bantul. Tiga petani dari Tarunatani, termasuk Anton, telah beralih sistem irigasi menggunakan listrik.
Ketika masih menggunakan mesin disel yang sumber energinya dari bahan bakar minyak (BBM), Anton mengambil air dari sungai yang kemudian dihubungkan menggunakan selang. “Selangnya digulung-gelar, dari sungai sampai sawah sekitar 150 meter. Paling enggak butuh waktu tiga jam untuk gelar-gulung,” ujarnya, Kamis (24/8/2023).
Untuk biaya operasional, dalam sehari biasanya Anton membutuhkan BBM sekitar 13-14 liter. Karena tidak bisa beli di SPBU, harga BBM mengikuti harga eceran, yakni Rp12.000 per liter. Setiap hari biaya operasional yang dibutuhkan untuk pengairan ini bisa mencapai Rp168.000. “Itu seminggu sekali, berarti dalam sebulan bisa Rp600.000-an,” katanya.
Sementara jika menggunakan listrik, biaya operasional sebulan hanya di kisaran Rp100.000. Kemudian karena menggunakan sumur, sistem irigasinya jadi lebih hemat waktu dan efektif. “Jumlah air yang dibutuhkan tanaman cukup. Karena kalau dari sungai, sekali hidup nanti tergenang di bedengan, di situ terbuang percuma,” katanya.
Untuk beralih ke sistem irigasi ini, ia memang harus merogoh kocek dalam-dalam untuk modal, yakni pembuatan instalasi dan sumur bagi yang belum memiliki. Meski demikian, modal awal ini menurutnya masih terjangkau dan sama dengan modal awal penggunaan disel.
Biaya yang perlu dikeluarkan yakni untuk pembuatan sumur sekitar Rp4 juta dengan kedalaman 20 meter. Kemudian instalasi listrik sekitar Rp2,2 juta dan pompa Rp1,6 juta. Totalnya sekitar Rp8 juta. “Biaya modalnya hampir sama. Katakanlah disel itu yang bagus Rp5,5 juta. Belum nanti selangnya, totalnya sekitar Rp8 juta,” katanya.
Dengan biaya modal yang sama dan biaya operasional yang lebih murah, menurutnya penggunaan listrik sebagai sumber energi irigasi akan berpengaruh dalam produktivitas petani. “Dengan cost yang rendah, tapi hasil panennya bisa sesuai target. Mempermudah penyiraman dan sebagainya,” ungkapnya.
BACA JUGA: Sultan HB X Serahkan Pengelolaan Sampah ke Kabupaten dan Kota, Pemda DIY Hanya Memfasilitasi
Selain Anton, ada 15 petani lain di Sriharjo yang sudah beralih menggunakan listrik untuk sistem irigasi. Di Imogiri, petani Dusun Nawungan, Selopamioro, sudah lebih dulu menggunakan sistem ini. Hal ini yang memotivasi petani di Sompok untuk beralih juga.
Manajer PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Bantul, Kemas Ferri Rahman, mengatakan program listrik untuk pertanian atau electrify agriculture merupakan program yang digagas PLN pusat untuk menyediakan listrik ke sektor pertanian. “Tidak hanya pada tanaman, tapi juga peternakan, perikanan, dan sebagainya,” katanya.
Di DIY, program ini telah menjangkau petani di dua kabupaten, yakni Bantul dan Kulonprogo. Dua wilayah tersebut dipilih karena memiliki potensi pertanian yang besar. “Dari 2021 sampai sekarang, setidaknya sudah ada lebih dari 1.500 petani yang sudah diberi listrik oleh PLN,” katanya.
Berdasarkan hasil evaluasi PLN dan informasi dari sejumlah kelompok tani yang telah menggunakan listrik, efisiensi biaya operasionalnya mencapai 60%-80%.
“Bahkan di Samas, efisiensinya sampai 91 persen. Yang tadinya biaya operasional rutin sekitar Rp960.000 itu jadi sekitar Rp80.000. Ini menjadi sesuatu yang menggembirakan,” ungkapnya.
Hasil evaluasi juga menyebutkan hasil pertanian yang telah menggunakan listrik meningkat sampai tiga kali lipat. “Hasil panennya meningkat. Karena pengairannya lebih banyak, lebih lancar, jadi kebutuhan airnya benar-benar bisa dikontrol dengan suplai listrik yang tidak mahal,” kata dia.
Ia mengakui dalam program ini, fasilitas yang diberikan PLN sebatas pemasangan jaringan hingga KWH meter. Sementara, instalasinya menjadi tanggung jawab petani sehingga tetap membutuhkan modal awal. Meski demikian, ia memastikan modal awal tersebut masih terjangkau. “Tapi ke depannya itu akan digunakan terus,” katanya.
Untuk bisa mendapatkan aliran listrik dalam program ini, petani bisa mengajukan proposal ke PLN secara kolektif. Dalam pengajuan tersebut harus ada koordinator utama yang mengkoordinasi para petani dan menghubungkannya dengan PLN.
Setelah proposal diajukan, PLN akan mengecek ketersediaan jaringan di lapangan. “Jika belum ada jaringan listriknya, pemasangan tidak bisa langsung dilakukan. Untuk daerah seperti Dlingo, itu masih perlu ditambah perluasan jaringannya. Itu yang menjadi PR kami,” ungkapnya.
Namun, jika jaringan listrik sudah mendukung, proses pemasangan akan berlangsung maksimal satu bulan. Ia tidak membatasi para petani yang ingin mengakses program ini. Saat ini, yang sedang dalam proses pemasangan adalah instalasi untuk 18 petani di wilayah Nawungan, Selopamioro, Imogiri.
Program electrify agriculture bertujuan mempermudah petani dalam menjalankan usahanya dengan biaya operasional yang lebih terjangkau dan produktivitas yang lebih tinggi. Efisiensi ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para petani.
BACA JUGA: Beli LPG 3 Kg Pakai KTP, Pedagang Warung Bilang Ribet
Kementerian Pertanian mengapresiasi hasil panen bawang merah di Kabupaten Bantul yang disebut melebihi rata-rata dari hasil panen tingkat nasional. Hasil positif itu berkat diterapkannya sistem electrify agriculture.
Dalam acara Panen Perdana Bawang Merah Agro Agriculture Electrifying di Kalurahan Parangtritis, Kapanewon Kretek, Bantul, Kamis kemarin, Direktur Jenderal Pertanian Hortikultura Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto, menilai wilayah selatan mulai dari Kabupaten Bantul hingga Kulonprogo yang merupakan lumbung pangan di DIY telah punya kemampuan melebih taksiran neraca nasional. “Kalau hasil panen bawang merah disebut mencapai 20 ton per hektare dalam satu musim, ini artinya lebih banyak dari perhitungan nasional,” ujar Prihasto.
Prihasto menilai dengan adanya listrik untuk pertanianm, energi yang dibutuhkan lebih rendah.
“Kalau dilihat tadi ini tidak tercium pestisida, apalagi dengan angin kencang seperti ini harusnya sudah tercium bau [pestisida]. Artinya dengan konsep daerah di selatan DIY, ini [electrify agriculture] cukup positif,” ucap dia.
Bupati Bantul, Abdul Halim Muslih mengungkapkan listrik untuk pertania berperan penting dalam meningkatkan produktivitas.
“Komoditas pertanian bawang merah di Kabupaten Bantul mencapai 1.360 hektare atau mencapai 10 persen dari total lahan secara keseluruhan,” ujar Halim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Aksi Demo di Kawasan Patung Kuda Jakarta, Polisi Klaim Tak Ada Massa yang Diamankan
Advertisement

Menikmati Gua-Gua yang Tidak Boleh Dilewatkan saat Berwisata ke Turki
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal KA Prameks Hari Ini, Jumat 21 Februari 2025, dari Stasiun Tugu Jogja hingga Kutoarjo Purworejo
- Jadwal SIM Keliling di Bantul Hari ini, Jumat 21 Februari 2025
- Jadwal DAMRI di Jogja Hari Ini, Jumat 21 Februari 2025, Cek Lokasi Keberangkatan di Sini
- Cek! Jadwal SIM Keliling di Kulonprogo Hari Ini, Jumat 21 Februari 2025
- Prakiraan Cuaca di Jogja Hari Ini, Jumat 21 Februari 2025, BMKG: Cerah Berawan
Advertisement
Advertisement