Advertisement

Sempat Kolaps, Kerajinan Kendang Gilangharjo Kembali Hidup Ditolong Campursari

Lugas Subarkah
Kamis, 14 September 2023 - 22:57 WIB
Arief Junianto
Sempat Kolaps, Kerajinan Kendang Gilangharjo Kembali Hidup Ditolong Campursari

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Kalurahan Gilangharjo, Pandak, memiliki produsen kendang yang permintaannya dari berbagai daerah di Indonesia. Produksi kendang merupakan salah satu dari beberapa potensi yang ada di wilayah Gilangharjo dan akan terus dikembangkan.

Lurah Gilangharjo, Pardiyana, menjelaskan produksi kendang di kalurahannya ada di Dusun Daleman RT 3. Kerajinan tersebut telah diturunkan dari generasi ke generasi. “Alhamdulillah lancar perkembangannya. Sekarang produknya bagus-bagus, pemesanan banyak,” ujarnya, Kamis (14/9/2023).

Advertisement

Dia menceritakan produksi kendang itu dimulai sekitar 1950. Lalu sempat mengalami kolaps dan mulai berkembang lagi setelah perkembangan campursari. “Mulai meledak, sekarang ada bantuan bantuan gamelan [Dana Keistimewaan] jadi lebih berkembang lagi,” kata dia.

Produksi kendang di Gilangharjo juga turut didukung oleh pihak kalurahan dengan digelarnya pertunjukan wayang. Selain kendang, di Kalurahan Gilangharjo juga memiliki sejumlah potensi lainnya yang juga akan dikembangkan, yakni gamelan, keris, batik dan wayang.

“Setelah kami petakan potensi, di tahun yang akan datang pengembangan potensi ada empat, ada gamelan, keris, batik dan wayang. Selain kuliner. Kuliner ada lagi. Kendang kan termasuk perangkat gamelan. Arahnya peningkatan ekonomi,” ungkapnya.

BACA JUGA: Berkat Kreativitas Membuat Kerajinan, Sarjiman Mampu Pekerjakan Puluhan Orang

Perajin Kendang Daleman, Joko Purnomo, menuturkan pihaknya telah mulai menggeluti produksi kendang sejak 2005 silam, melanjutkan apa yang dilakukan ayah dan kakeknya. “Belajarnya otodidak karena orang tua tiap hari lihat, bantu membantu. Karena bapak sudah sepuh, terus saya pegang sendiri,” katanya.

Dalam pembuatan kendang, biasanya ia sudah memesan kayu yang dibutuhkan. Kemudian Joko mengolah kulit untuk dijadikan tutup kendang. Dalam sehari rata-rata ia bisa memproduksi lima kendang. “Sebulan bisa 50-100 kendang,” paparnya.

Dia menjual kendang dengan harga bervariasi, mulai dari Rp800 hingga Rp5 juta, tergantung jenis kayu yang dipakai dan ukuran kendang. “Kayunya paling bagus Nangka, kemudian ada munggur, mahoni, pelem. Kalau dulu pakai pohon kelapa juga,” kata dia.

Penjualan kendang Joko Purnomo telah mencapai berbagai daerah di Indonesia, seperti Sumatra, Kalimantan, Jawa Timur dan sebagainya. “Modelnya juga bermacam-macam, menyesuaikan daerahnya,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Garuda Indonesia Kerahkan 976 Petugas untuk Layani Penerbangan Haji

News
| Rabu, 08 Mei 2024, 17:07 WIB

Advertisement

alt

Piknik dan Camping di Nawang Jagad Kaliurang: Info Lokasi, Jam Buka, dan Biaya Tiket Masuk

Wisata
| Sabtu, 04 Mei 2024, 09:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement