Sempat Kolaps, Kerajinan Kendang Gilangharjo Kembali Hidup Ditolong Campursari
Advertisement
Harianjogja.com, BANTUL—Kalurahan Gilangharjo, Pandak, memiliki produsen kendang yang permintaannya dari berbagai daerah di Indonesia. Produksi kendang merupakan salah satu dari beberapa potensi yang ada di wilayah Gilangharjo dan akan terus dikembangkan.
Lurah Gilangharjo, Pardiyana, menjelaskan produksi kendang di kalurahannya ada di Dusun Daleman RT 3. Kerajinan tersebut telah diturunkan dari generasi ke generasi. “Alhamdulillah lancar perkembangannya. Sekarang produknya bagus-bagus, pemesanan banyak,” ujarnya, Kamis (14/9/2023).
Advertisement
Dia menceritakan produksi kendang itu dimulai sekitar 1950. Lalu sempat mengalami kolaps dan mulai berkembang lagi setelah perkembangan campursari. “Mulai meledak, sekarang ada bantuan bantuan gamelan [Dana Keistimewaan] jadi lebih berkembang lagi,” kata dia.
Produksi kendang di Gilangharjo juga turut didukung oleh pihak kalurahan dengan digelarnya pertunjukan wayang. Selain kendang, di Kalurahan Gilangharjo juga memiliki sejumlah potensi lainnya yang juga akan dikembangkan, yakni gamelan, keris, batik dan wayang.
“Setelah kami petakan potensi, di tahun yang akan datang pengembangan potensi ada empat, ada gamelan, keris, batik dan wayang. Selain kuliner. Kuliner ada lagi. Kendang kan termasuk perangkat gamelan. Arahnya peningkatan ekonomi,” ungkapnya.
BACA JUGA: Berkat Kreativitas Membuat Kerajinan, Sarjiman Mampu Pekerjakan Puluhan Orang
Perajin Kendang Daleman, Joko Purnomo, menuturkan pihaknya telah mulai menggeluti produksi kendang sejak 2005 silam, melanjutkan apa yang dilakukan ayah dan kakeknya. “Belajarnya otodidak karena orang tua tiap hari lihat, bantu membantu. Karena bapak sudah sepuh, terus saya pegang sendiri,” katanya.
Dalam pembuatan kendang, biasanya ia sudah memesan kayu yang dibutuhkan. Kemudian Joko mengolah kulit untuk dijadikan tutup kendang. Dalam sehari rata-rata ia bisa memproduksi lima kendang. “Sebulan bisa 50-100 kendang,” paparnya.
Dia menjual kendang dengan harga bervariasi, mulai dari Rp800 hingga Rp5 juta, tergantung jenis kayu yang dipakai dan ukuran kendang. “Kayunya paling bagus Nangka, kemudian ada munggur, mahoni, pelem. Kalau dulu pakai pohon kelapa juga,” kata dia.
Penjualan kendang Joko Purnomo telah mencapai berbagai daerah di Indonesia, seperti Sumatra, Kalimantan, Jawa Timur dan sebagainya. “Modelnya juga bermacam-macam, menyesuaikan daerahnya,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Bawaslu Bakal Terapkan Teknologi Pengawasan Pemungutan Suara di Pilkada 2024
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Dinkes DIY Peringati HKN sekaligus Kampanyekan Pencegahan Stunting lewat Fun Run 5K
- Tarik Uang Taruhan dari 10 Orang, Pemain Judi Online asal Bantul Ditangkap Polisi
- Awasi Masa Tenang, Bawaslu Siagakan Semua Petugas Pengawas
- Selamatkan Petani karena Harga Cabai Anjlok, Pemkab Kulonprogo Gelar Bazar dengan Harga Tinggi
- Kantor Imigrasi Yogyakarta Catat 26.632 Turis Asing Masuk Yogyakarta via YIA pada Agustus-Oktober 2024
Advertisement
Advertisement