Advertisement

Promo November

Sejarah Sekaten Kraton Jogja, Telah Ada Sejak Zaman Kerajaan Demak

Sunartono
Minggu, 24 September 2023 - 14:07 WIB
Sunartono
Sejarah Sekaten Kraton Jogja, Telah Ada Sejak Zaman Kerajaan Demak Warga dan wisatawan berebut beragam sesaiji yang terdapat pada gunungan dalam upacara tradisi Garebeg Sawaltahun Dal 1951 di halaman Masjid Gedhe Kauman, Keraton Ngayogyakarta. - Harian Jogja/Desi Suryanto

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menggelar rangkaian Hajad Dalem Sekaten 2023/Jimawal 1957 untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW. Rangkaian upacara akan digelar mulai dari 21 September hingga 28 September 2023 atau versi penanggalan Jawa dari tanggal 5 sampai dengan tanggal 12 Mulud (Rabi’ul Awal).

Banyak referensi menyebut Sekaten digelar Kraton untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi pendapat lain menyebut Sekaten berasal dari kata sekati. Adapun Sekati merupakan seperangkat gangsa atau gamelan yang diyakini berasal dari Majapahit yang kemudian dimiliki oleh Kerajaan Demak dan dibunyikan selama pelaksanaan Sekaten. Versi lain juga mengungkap Sekaten berasal dari kata syahadatain yang merupakan kalimat untuk menyatakan memeluk Islam.

Advertisement

BACA JUGA : Catat Tanggalnya! Ini Jadwal Rangkaian Hajad Dalem Sekaten yang Digelar Keraton Yogyakarta

Berdasarkan situs resmi Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, menuliskan bahwa upacara Sekaten telah dilaksanakan sejak zaman Demak atau kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Upacara ini digelar sebagai salah satu dakwah untuk menyebarkan agama Islam di kala itu.

Hal ini merupakan rangkaian proses Islamisasi yang tidak bisa dilepas dari usaha Wali Songo dengan menggunakan sarana budaya dalam menjalankan dakwah. Para wali menyadari bahwa penyebaran agama tidak bisa dilakukan dengan paksaan. Oleh karena itu membunyikan seperangkat gamelan sekati dianggap sebagai salah satu media dakwah untuk menarik masyarakat kala itu agar mendekat ke Masjid.

Prosesi membunyikan gamelan saat sekaten ini sampai saat ini juga masih digelar di lingkungan Kraton Jogja saat jelang Garebeg Mulud. Kraton Ngayogyakarta memiliki dua gamelan yaitu Kiai Gunturmadu yang merupakan warisan dari Kerajaan Mataram dan duplikasi dari Kiai Guntursari yang kemudian diberinama Kiai Nagawilaga. Kiai Guntursari yang asli sendiri diserahkan ke Kasunanan Surakarta ketika pecah perjanjain Giyanti pada 1755. 

BACA JUGA : 6 Rangkaian Garebeg Mulud Sekaten 2023 di Kraton Jogja, Terbuka untuk Umum

Rangkaian penting prosesi upacara  Hajad Dalem Sekaten 2023/Jimawal 1957: 

Miyos Gongso

Upacara mengeluarkan dua perangkat gamelan pusaka Kraton Jogja yaitu Kyai Guntur Madu dan Kyai Nogo Wilogo menuju pagongan depan Masjid Gede. Diawali dengan pembagian udhik-udhik oleh Putra Dalem. Upacara digelar di Kagungan Dalem Bangsal Ponconiti (pelataran Kamandungan Lor/Keben) pada 21 September 2023 pukul 19.30 WIB. 

Numplak Wajik

mplak Wajik merupakan upacara yang menandai dimulainya proses merangkai gunungan, simbol sedekah raja kepada rakyat. Sebakul besar wajik ditumplak pada jodhang, bentuknya serupa silinder. Rangka Gunungan Wadon yang terbuat dari bambu kemudian dipasang, diikat erat pada pasak besi yang terdapat pada jodhang Mustaka gunungan yang telah dipersiapkan sebelumnya diangkat dan ditancapkan pada wajik tersebut. 

Upacara ini digelar di Panti Pareden Kompleks Magangan, Kraton Jogja pada 25 September 2023 pukul 15.00 WIB hingga 17.00 WIB. 

Kondur Gongso

Merupakan upacara mengembalikan dua gamelan ke Kraton Jogja yaitu Kanjeng Kyai Guntur Madu dan Kanjeng Kyai Nagawilaga. Diawali dengan pembagian udhik-udhik, pada 27 September 2023 pukul 19.30 WIB di Halaman Masjid Gede Kraton Jogja. 

Hajad Dalem Garebeg Mulud

Prosesi upacara Garebeg dimulai Prajurit Kraton  mengawal keluarnya gunungan dari Kraton melewati pagelaran. Gunungan dengan beragam macamnya ini dikirab dari dalam Keraton menuju ke Masjid Gedhe. Setelah Gunungan selesai didoakan oleh Kyai Penghulu Keraton maka khalayak pun akan beramai-ramai mendapatkan makanan yang ada di gunungan tersebut. 

Upacara ini digelar dari Kraton hingga Masjid Gede pada  28 September 2023 pukul 08.00 WIB-12.00 WIB. 

Bedhol Songsong

Bedhol Songsong  merupakan prosesi mencabut payung sebagai penanda berakhirnya rangkaian Hajad Dalem Garebeg dan Ngabekten. Payung yang dimaksud dalam Bedhol Songsong merupakan payung yang dimiliki para pejabat administratif Sultan dari luar kraton.

Dalam rangkaian ini akan digelar pementasan wayang kulit lakon Pandhawa Mahabiseka bertempat di Tratag Bangsal Pagelaran Kraton Jogja pada 28 September 2023 pukul 19.00 WIB hingga selesai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kementerian PPPA Menggodok Rancangan Peraturan Pemerintah Melindungi Anak dari Judi Online

News
| Sabtu, 09 November 2024, 04:27 WIB

Advertisement

alt

Minat Berwisata Milenial dan Gen Z Agak Lain, Cenderung Suka Wilayah Terpencil

Wisata
| Senin, 04 November 2024, 10:47 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement