Advertisement
Bimtek Keselamatan Kerja, Petani Bawang Merah Tergolong Pekerja Rentan

Advertisement
Harianjogja.com, KULONPROGO—Organisasi Riset Pertanian dan Pangan (OR-PP) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menggelar bimbingan teknis Peningkatan Kesadaran Keselamatan Kerja pada Pekerja Pertanian Bawang Merah di Kapanewon Sentolo dan Panjatan, Kulonprogo, Kamis-Jumat (19-20/10/2023).
Bimtek tersebut ditujukan meningkatkan kesadaran keselamatan kerja petani bawang merah, khususnya petani perempuan. Pasalnya, petani perempuan menjadi salah satu golongan pekerja rentan dibandingkan dengan laki-laki.
Advertisement
Periset dari Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan (PR HP) OR-PP BRIN, Rini Murtiningsih, mengatakan bahwa bimtek tersebut merupakan bagian dari kegiatan kerja sama antara Organisasi Riset Pertanian dan Pangan BRIN dan University of New England, Australia yang berjudul Investigating and Identifying Proper Strategies to Empower Agricultural Female Workers for Reducing Pesticide Exposure Health Risks in Shallot Cultivation.
“Kegiatan kerja sama ini ada tiga tahapan. Pertama survei ke petani bawang merah perempuan dan laki-laki. Tapi kami fokus ke petani perempuan. Survei kami lakukan di Bantul dan Kulonprogo,” kata Rini ditemui di Bulak Srikayangan, Kamis (19/10/2023).
Hasil survei menunjukkan bahwa hanya sedikit responden perempuan yang terlibat di sektor pertanian bawang merah yang tergabung dalam kelompok tani dan selama ini penyuluhan keselamatan kerja lebih banyak menyasar petani laki-laki.
Dia menjelaskan investasi terbesar petani bawang merah ada pada benih. Dari besarnya investasi tersebut, petani cenderung menggunakan pestisida untuk menjaga benih agar pertumbuhan tanaman terjaga dan siap dipanen.
Hanya saja, kadang penggunaan pestisida dilakukan secara berlebihan. Padahal dampak yang akan ditimbulkan bukan hanya terhadap lingkungan dan konsumen namun juga diri sendiri.
“Seperti penggunaan nozzle [semprotan] itu seharusnya enam bulan sekali diganti. Kalau diganti setelah rusak, penyemprotan pestisida akan menjadi tidak efisien. Selain itu potensi paparan pestisida terhadap diri sendiri juga besar,” katanya.
Menurut dia, penggunaan pestisida di sektor pertanian tetap diperlukan. Meski begitu perlu adanya kontrol atau sikap bijak dalam menggunakannya. “Petani perempuan sangat rentan terpapar pestisida, karena seringkali bekerja di lahan yang baru disemprot dengan pestisida”, katanya.
Di lingkungan rumah pun kesadaran akan perlakuan terhadap pestisida dirasa kurang. Rini mengaku masih ada petani yang meletakkan pestisida pada tempat yang tidak aman, dan mudah terjangkau anak-anak.
“Kami berharap Bimtek ini dapat meningkatkan kesadaran bahwa tindakan-tindakan tadi berbahaya,” katanya.
Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian Kapanewon Sentolo, Hendro Santoso, mengatakan bahwa Bimtek yang diberikan BRIN sangat bermanfaat utamanya bagi petani perempuan bawang merah di Sentolo.
BACA JUGA: Mafia Tanah Kas Desa Robinson Divonis, Pengacara: Tidak Memenuhi Nilai Keadilan
“Saya bisa memahami, di Srikayangan ini kalau sudah ngomongon bawang mulai dari bapak, ibu, anak, sampai pemuda turun ke bawang merah. KWT [kelompok wanita tani] di sini juga hanya ada dua dengan total 60 orang, beda dengan KT [kelompok tani] bapak-bapak yang lebih banyak,” kata Hendro.
Hendro menambahkan dengan adanya ilmu yang diberikan melalui Bimtek maka ke depan dapat diterapkan utamanya untuk petani perempuan. Pasalnya budaya dalam memperlakukan pestisida telah mengakar sejak bertahun-tahun lalu.
“Masih ada yang menganggap nyemprot atau turun ke lahan tanpa masker itu biasa saja. Mereka bertanya-tanya, risikonya di bagian mana,” katanya.
Staf Seksi Promosi Kesehatan dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, Triwibowo SKM, sebagai salah satu narasumber mengatakan bahwa pestisida memiliki dampak buruk terhadap kesehatan.
“[Dampak pestisida] itu kan akumulasi ya. Ada yang sifatnya toxic atau akut bisa mual, muntah, pupil, mata mengecil, keracunan. Tapi kalau yang akumulatif itu akan kronis. Kalau dampak untuk ibu hamil bisa keguguran. Kalau lahir pun akan terancam BBLR [bayi berat lahir rendah] yang efeknya terjadi tengkes,” kata Triwibowo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Dirut Garuda Larang Karyawan Gunakan Jatah Tiket Gratis saat Libur Nataru
Advertisement

Jelang Natal Saatnya Wisata Ziarah ke Goa Maria Tritis di Gunungkidul, Ini Rute dan Sejarahnya
Advertisement
Berita Populer
- Ade Armando Bicara Politik Dinasti, Wakil Ketua DPRD DIY: Memalukan
- Beredar Undangan Menggeruduk Kantor PSI DIY, Minta Tangkap Ade Armando
- Hingga Hari Ini Bawaslu DIY Temukan 5 Kampanye Terselubung Tanpa Pemberitahuan
- Cara Mudah Beli Tiket KA Bandara YIA Kulonprogo
- Jadwal KA Bandara YIA Kulonprogo-Stasiun Tugu Jogja, Senin 4 Desember 2023
Advertisement
Advertisement