Advertisement

Promo November

Pengaruh Manejemen Kesehatan dan Kesehatan Non Fisik Pada Kesehatan Ibu dan Anak

Catur Dwi Janati
Kamis, 26 Oktober 2023 - 21:27 WIB
Mediani Dyah Natalia
Pengaruh Manejemen Kesehatan dan Kesehatan Non Fisik Pada Kesehatan Ibu dan Anak Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo pada Rabu (25/10/2023) di FKKMK UGM.(Harian Jogja - Catur Dwi Janati)

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Manajemen kesehatan dan kesehatan nonfisik menjadi dua faktor penting yang dapat berdampak pada kesehatan ibu dan anak.

 "Masalah kesehatan sekarang itu sebetulnya lebih kepada health problem dari pada medical problem," kata Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo pada Rabu (25/10/2023) di FKKMK UGM. 

Advertisement

Dalam artian, alat dan teknologi yang dibutuhkan masyarakat telah menyebar sampai ke desa-desa. Namun, manajemannya masih membutuhkan perbaikan. "Oleh karena itu health problem itu masalah pada menajeman," tuturnya. 

"Harapannya para klinisi itu jangan tidak peduli pada manajemen," kata pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum KAGAMA Kedokteran UGM tersebut. 

Baca Juga: Hilangkan Stigma Masalah Kesehatan Mental lewat Gerakan Lintas Agama

Selain manajemen kesehatan, Hasto juga menyinggung perhatian aspek kesehatan nonfisik. Menurutnya aspek kesehatan nonfisik ini penting. 

"Seperti sekarang ini mental emotional disorder itu tinggi masalahnya. Jadi banyak orang stres, orang depresi, ODGJ itu banyak sekali. Itu peran kesehatan penting sekali, jadi saya berharap itu mendapat perhatian," tegasnya. 

Aspek manajeman kesehatan dan kesehatan nonfisik lanjut Hasto sangat erat hubungannya dengan kesehatan anak dan ibu hamil. Misalnya, mental emotional disorder akan berdampak parenting atau gaya asuh anak. 

Baca Juga: KESEHATAN IBU DAN ANAK : Pelayanan Kesehatan Primer Perlu Ditingkatkan

Kegagalan parenting saat balita maupun dalam kandungan kata Hasto dapat mengakibatkan stres tinggi. Apalagi jumlah remaja yang mengalami ganguan mental menurut Hasto cukup tinggi yakni mencapai 9,8 per 100. 

"Jadi jarak anak yang terlalu dekat, birth to birth interval, pregnancy to pregnancy interval itu membuat mental emotional disorder itu meningkat," kata dia. 

Baca Juga: Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Nawakamal Latih Masyarakat Dampingi ODGJ & ODDP

Karenanya, pembangunan maupun revolusi mental bagi Hasto sangat penting dilakukan. Dokter menjadi salah satu inti dalam pembangunan tersebut. 

Lebih-lebih, Hasto berpandangan jika peningkatan mental emotional disorder berada satu garis merah dengan tingkat perceraian. Ketika mental emotional disorder meningkat, hubungan toksik meningkat, napza meningkat maka perceraian akan meningkat. 

"Sebagai contoh pada 2021 yang cerai bisa 581.000, orang nikah itu setahun cuma 1,9 juta. Itu perhatian serius, sehingga banyak broken home," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Seniman Keluhkan Mahalnya Sewa Panggung Seni, Fadhli Zon Bilang Begini

News
| Kamis, 21 November 2024, 18:27 WIB

Advertisement

alt

Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism

Wisata
| Selasa, 19 November 2024, 08:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement