Advertisement
100 Generasi Z Disiapkan Jadi Motor Penggerak Toleransi
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Sebanyak 100 pemuda muslim berusia 17-24 tahun (generasi z) disiapkan untuk menjadi motor penggerak toleransi dan perdamaian di Indonesia. Mereka dilatih secara intens untuk berperilaku damai dan berpikir kritis terhadap suatu persoalan. Para pemuda ini telah diseleksi melalui program nasional Salaam Summit yang merupakan serangkaian kelas offline dan online terkait toleransi di Jogja.
Sebanyak 24 tokoh nasional dan internasional tercatat menjadi pengisi kelas Salaam Summit, di antaranya Lukman Hakim Saifuddin yang juga Menteri Agama RI 2014-2019, General Secretary of the Muslim Council of Elders (MCE) H. E. Judge Mohamed Abdelsalam, Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Alissa Wahid, Direktur Peace Generation Indonesia Irfan Amalee, Country Director Search for Common Ground (SFCG) Indonesia Bahrul Wijaksana, Pendiri Institut Mosintuwu Lian Gogali, Managing Director Indika Foundation Ayu Kartika Dewi, hingga Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Siti Rofiah.
Advertisement
BACA JUGA : Sinergi Kemenag dan Pemprov Jateng Wujudkan Kerukunan dan Toleransi Umat Beragama
“Program Salaam Summit ini sangat strategis karena menyasar anak muda usia 17 sampai 24 tahun. Ini sangat kita butuhkan karena keberagaman mengikat kita semua di tengah perbedaan. Karena pemuda ini kelas akan memimpin bangsa yang majemuk dan plural ini,” kata Lukman Hakim Saifuddin, Menteri Agama RI 2014-2019 di Jogja, Jumat (27/10/2023).
Program Director Indika Foundation, Muhammad Abie Zaidannas Suhud menambahkan para pemuda ini disiapkan untuk menjadi motor penggerak toleransi. Oleh karena itu dalam membekali mereka, ia menggandeng sejumlah pemikir Islam agar mampu menarasikan moderasi beragama dan mendorong perdamaian. 100 pemuda ini berasal dari berbagai daerah di Indonesia diajak melalui kelas daring dan luring agar memiliki kemampuan berpikir kritis terhadap sesuatu.
“Lima peserta terbaik dalam Salaam Summit akan mendapatkan dana hibah untuk melaksanakan aksi keberlanjutan yang bermanfaat bagi masyarakat. Harapannya semua menjadi motor utama dalam membina kedamaian di Indonesia. Maka kami mendorong nilai-nilai perdamaian untuk semua anggota masyarakat, tanpa memandang latar belakang agama, suku, atau etnis,” katanya.
Aktivis Muda NU Kalis Mardiasih sepakat kegiatan penanaman toleransi menyasar anak muda ini sangat strategis. Menurutnya para peserta harus ditanamkan berpikir kritis jika dihadapkan pada suatu persoalan. Karena melalui pemikiran kritis itu kemudian pemuda diharapkan melakukan konfirmasi terhadap suatu persoalan yang berkembang.
“Karena saat ini banyak anak muda yang hanya melakukan share informasi yang belum jelas dan diragukan validitasnya. Maka kritis ini sangat penting. Sehingga mereka bisa moderat, memiliki sikap ukhuwah antar umat manusia,” ujarnya.
BACA JUGA : Kota Toleran, Wujud Kota Magelang Sebagai Rumah Besar Bersama
Rangkaian Kelas Offline Salaam Summit akan diakhiri dengan kunjungan peserta ke dua lokasi kelompok keagamaan berbeda. Terdiri atas lokasi Penghayat Kepercayaan Sapta Darma dan Seminari Kolese St. Ignatius Jogja. Melalui kunjungan ini, peserta akan mendapatkan pengalaman dialog antariman dan antarbudaya yang dapat memperkaya wawasannya terkait keberagaman di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Menteri ATR/BPN Copot 6 Pejabat yang Terlibat Kasus Pagar Laut Tangerang, Ini Daftarnya
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Penanganan Jebolnya Groundsill Sungai Progo Butuh Koordinasi Pemkab Bantul dan Kulonprogo
- Kian Moncer, Invesatasi Gunungkidul Tembus Rp825 Miliar di 2024
- Meriahkan Tahun Baru Imlek, Barongsai Beraksi di Stasiun Tugu
- Jadwal Terbaru Damri dari Malioboro ke Pantai Parangtritis dan Candi Borobudur, Hanya Berlaku Sampai 31 Januari 2025
- Belasan Sekolah Rusak di Gunungkidul Akan Diperbaiki Tahun Ini, Total Anggaran Rp1,5 Miliar
Advertisement
Advertisement