Advertisement
Waspada! Ini 9 Kemantren Rawan Banjir dan Longsor di Kota Jogja
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—BPBD Kota Jogja mencatat setidaknya ada sembilan kemantren yang tercatat sebagai kawasan berpotensi mengalami pergeseran tanah.
Setidaknya, fenomena alam ini berpotensi mengakibatkan sejumlah bencana alam pada puncak musim hujan yang diperkirakan terjadi pada Februari 2024 mendatang.
Advertisement
Ketua Tim Kerja Data Informasi Komunikasi Kebencanaan BPBD Kota Jogja, Darmanto menyebut peta prakiraan gerakan tanah itu dilaporkan oleh Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan ditujukan kepada sejumlah instansi kebencanaan di seluruh DIY.
Adapun, sembilan kemantren itu di antaranya Danurejan, Gondokusuman, Gondomanan, dan Jetis. Ada juga Kemantren Kotagede, Mergangsan, Pakualaman, Tegalrejo, hingga Umbulharjo.
"Laporan itu disusun berdasarkan hasil tumpang susun [overlay] antara peta zona kerentanan gerakan tanah dengan peta prakiraan curah hujan bulanan yang diperoleh dari BMKG," ujarnya, Rabu (29/11).
Darmanto mengatakan, pada puncak musim hujan Februari ini, sembilan kemantren yang masuk ke dalam laporan Badan Geologi itu secara umum berada di area bantaran sungai.
Di antaranya di Sungai Winongo, Code, atau Gajahwong. Sungai Code, lanjutnya, terus dilakukan pemantauan. Ini lantaran berkaitan dengan hulu di Sungai Boyong di lereng Merapi. "Kalau di sana hujan deras pasti di muara ada potensi luapan air dan kemungkinan pergeseran tanah berupa longsor ada," ujar dia.
Kesembilan kemantren itu juga rawan banjir saat musim hujan. Area rawan banjir di antaranya terjadi di Gondokusuman, meliputi Kotabaru, Terban, dan Baciro. Selain itu juga di Umbulharjo, tepatnya di Warungboto, Pandeyan, Sorosutan, dan Giwangan.
Sementara titik rawan longsor ada 12 titik. Tersebar di sejumlah kelurahan, misalnya di Tegalpanggung, Gowongan, Terban, dan Bener. "Titik rawan longsor juga ada di Tegalrejo, Pakuncen, Wirobrajan, Notoprajan, serta Patangpuluhan. Baik titik rawan banjir atau longsor itu tergolong klasifikasi yang tinggi atau merah," kata Darmanto.
BACA JUGA: Cegah Banjir, Bupati Gunungkidul Terbitkan Edaran Bersih-bersih Sungai dan Luweng
Dia menuturkan, BMKG Stasiun Klimatologi Jogja memperkirakan puncak musim akan terjadi pada Februari dan berakhir pada April-Mei.
Pada Februari dasarian II, intensitas curah hujan diperkirakan mencapai 100 mm per dasarian di seluruh wilayah DIY.
Kondisi ini membutuhkan kewaspadaan yang ekstra. BPBD juga memaksimalkan pembangunan dan pemeliharaan sejumlah talut yang sempat tertunda akibat refocusing anggaran untuk pandemi Covid-19. "Juga berkoordinasi dengan Balai Besar Sungai dan DPUPKP Jogja untuk pemetaan awal. Mana yang butuh pemeliharaan dan mana yang butuh pembangunan," ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
- Ribuan Orang di Pasar Jongke Berebut Foto dan Bingkisan Presiden Jokowi
- Gibran Minta Teguh Prakosa Berjejaring dengan Pemerintah Pusat dan Pengusaha
- Tepergok Curi Ponsel Marbot Masjib, Pemuda Karangmalang Sragen Ditangkap Warga
- Kemenag Serahkan SK Izin Operasional YBM BRILiaN Sebagai LAZ Skala Nasional
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Taman Balekambang Solo Resmi Dibuka Kamis 25 Juli 2024, Segini Tarif Masuk dan Jam Operasionalnya
Advertisement
Berita Populer
- Dinkes Buka Layanan Pemeriksaan Kesehatan Gratis Selama Bantul Creative Expo 2024 di Pasar Seni Gabusan
- Anggaran Terbatas Jadi Kendala Pembentukan Kalurahan Tangguh Bencana di Bantul Tahun Ini
- Sejarah Terulang, Pembangunan Talud dan Pagar Makam di Kampung Mrican Menjadi Sasaran TMMD
- Coklit Rampung 100 Persen, KPU DIY Segera Menyusun DPS Pilkada 2024
- Terlibat Mafia Tanah Kas Desa, Lurah Caturtunggal Agus Santoso Segera Dipecat
Advertisement
Advertisement