Advertisement
Tak Melulu di Malioboro, Dispar DIY Sebut Desa Wisata Kini Jadi Favorit Wisatawan
![Tak Melulu di Malioboro, Dispar DIY Sebut Desa Wisata Kini Jadi Favorit Wisatawan](https://img.harianjogja.com/posts/2023/12/03/1156990/batik-wajah.jpg)
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA—Pelaksana Harian Dinas Pariwisata (Dispar) DIY Kurniawan menyebut adanya perubahan tren wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Spot wisata tak lagi terfokus pada sumbu filosofi seperti di Tugu, Malioboro, dan Kraton Yogyakarta. Wisata dengan konsep live indiesche hingga beberapa spot desa wisata kini juga semakin diminati. Ini lantaran banyaknya wisatawan yang ingin merasakan berbagai pengalaman baru.
“Sekarang sudah mulai seperti itu, terutama wisatawan Nusantara dari kota-kota besar seperti Jakarta, Semarang, dan sebagainya. Ada kerinduan mereka menikmati suasana kehidupan yang tidak pernah dijumpai, experience baru. Segmennya banyak yang keluarga, belum dalam rombongan dalam jumlah banyak,” kata Kurniawan, Minggu (3/12/2023)
Advertisement
Dia mengaku sering dimintai rekomendasi desa-desa wisata yang patut untuk dikunjungi di DIY. Salah satu desa wisata yang siap menerima kunjungan wisatawan sewaktu-waktu adalah Desa Wisata Wukirsari. Di sana, pengunjung bisa merasakan pengalaman membuat karya batik. Ada juga desa wisata yang menawarkan pengalaman membuat berbagai kerajinan lainnya.
Meski permintaan kunjungan tinggi, tapi Kurniawan menyebut masih sedikit jumlah desa wisata yang siap dikunjungi oleh wisatawan sewaktu-waktu.
“Memang kita belum banyak (desa wisata) terus terang. Jadi, harus disiapkan dulu, baru nanti dikunjungi. Kita ingin ada yang siap setiap saat. Seperti hotel itu ada dadakan, home stay nya siap dan sebagainya,” imbuhnya.
BACA JUGA: Wukirsari Masuk 75 Desa Wisata Terbaik Nasional, Ini Kelebihannya
BACA JUGA: Melirik Kampung Giriloyo, Pusat Masyarakat Mataram Membuat Batik
Kurniawan menuturkan pengembangan desa wisata akan terus digencarkan. Selain untuk memenuhi permintaan kunjungan wisatawa, keberadaan desa wisata juga bisa mengurai kemacetan di pusat kota.
“Di kota sudah crowded, macet, carrying capacity-nya terbatas. Ini salah satu strategi untuk mengurangi ketimpangan wilayah, jadi tidak terpusat di kota saja. Moga-moga kemudian Sleman, Bantul itu nular ke Kulonprogo dan Kulonprogo, kan ketimpagannya bisa kita kurangi,” ungkapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2024/07/26/1182733/museum_pacitan_pendidik.jpg)
Pendidik di Pacitan Antusias Kolaborasi dengan Museum Song Terus
Advertisement
![alt](https://img.harianjogja.com/posts/2024/07/24/1182437/taman-ablekambang.jpg)
Taman Balekambang Solo Resmi Dibuka Kamis 25 Juli 2024, Segini Tarif Masuk dan Jam Operasionalnya
Advertisement
Berita Populer
- Momen Pembersihan Lahir Batin, Disbud Kulonprogo Gelar Jamasan 14 Pusaka
- Vaksinasi Polio di Sleman Sudah Terlaksana di Awal Tahun
- Top 7 News Harian Jogja Online, Jumat 26 Juli, Update Jalan Tol Jogja, Kasus Mafia TKD hingga Festival Layang-layang 2024
- Bawaslu Kulonprogo Ajak IKIP PGRI Wates Jadi Pengawas Partisipatif Pilkada 2024
- Mahasiswi Prodi Keperawatan Anestesiologi Unisa Jogja Meninggal Dalam Kecelakaan
Advertisement
Advertisement