Advertisement

15 Siswa SD di Jogja Jadi Korban Pelecehan Seksual Guru, Rifka Anisa: Gejala Kekerasan Seksual Sering Dinormalisasi

Alfi Annisa Karin
Selasa, 09 Januari 2024 - 13:27 WIB
Sunartono
15 Siswa SD di Jogja Jadi Korban Pelecehan Seksual Guru, Rifka Anisa: Gejala Kekerasan Seksual Sering Dinormalisasi Ilustrasi. - Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Rifka Anisa menjadi salah satu organisasi non-pemerintah yang berfokus pada masalah kekerasan terhadap perempuan. Rifka Anisa juga kerap turut mendampingi korban kekerasan seksual baik perempuan maupun anak. Hal itu disampaikan saat merespons adanya kasus pelecehan seksual terhadap 15 siswa SD swasta di Kota Jogja dengan terduga pelaku seorang guru. 

Salah satu Konselor Psikologi Rifka Anisa, Siti Darmawati menuturkan selama ini masih ada budaya rape culture di tengah masyarakat. Budaya ini memungkinkan adanya normalisasi pada gejala-gejala kekerasan seksual. Siti mengatakan, kasus yang ditangani Rifka Anisa selama ini kebanyakan bermula dari gejala kecil.

Advertisement

"Misalnya dari guyonan, cat calling, kemudian itu dinormalisasi. Itu akan meningkat. 'Oh ini tak goda-godain dia diam saja, bisa lah meningkat'. Sampai ada pelecehan secara verbal dan tidak ada apa-apa. Sampai kemudian terjadi, misalnya kekerasan seksual secara langsung. Kaya gitu bertahap," jelasnya saat dihubungi, Selasa (9/1/2024).

BACA JUGA : Guru Terduga Pelaku Pelecehan Seksual Terhadap 15 Siswa di Kota Jogja Dinonaktifkan

Siti mengatakan masyarakat juga masih sering menganggap wajar perbuatan ringan seperti guyonan yang mengarah ke kekerasan seksual. Ada juga anggapan bahwa diam itu berarti setuju. Sehingga, gejala ini akan meningkat dan memungkinkan terjadinya kekerasan yang lebih parah lagi.

"Masih ada anggapan lumrahlah cowok. Atau perempuan-perempuan yang ketika digoda diam saja, sehingga dilakukan kekerasan yang lebih parah lagi. Jadi, ada sikap-sikap yang cenderung tidak empati," jelasnya.

Dia mengatakan semua pihak perlu menyadari dan peduli terhadap gejala kekerasan seksual. Menurut Siti, sering kali korban enggan melapor lantaran merasa tak ada kepedulian dari orang-orang di sekitarnya. "Misalnya kita melihat ada pelecehan seksual dan tidak mau ikut-ikut, karena males, ribet, dan sebagainya jadi kesannya kita tidak peduli," imbuhnya.

BACA JUGA : Ada 15 Siswa SD di Jogja Diduga Alami Pelecehan Seksual, Begini Kata Dinas Pendidikan

Siti menuturkan sosialisasi sangat perlu dilakukan. Termasuk di lingkungan pendidikan. Ini untuk memberi pemahaman soal gejala, macam, hingga cara bersikap ketika menjadi korban kekerasan. Meskipun, Siti meyakini upaya ini telah gencar dilakukan di tengah masyarakat.

Namun, masih ada segelintir masyarakat yang belum memahami bahwa kekerasan seksual bisa menjadi kejahatan yang membahayakan."Perlu ada perhatian khusus terutama anak-anak," katanya.

Sebelumnya sebanyak 15 siswa SD swasta di Kota Jogja diduga menjadi korban kekerasan seksual. Pelaku disebut sebagai guru content creator berinisial NB yang berusia 22 tahun. Dugaan kekerasan seksual itu dilaporkan kepala sekolah SD tersebut kepada Polresta Jogja, Senin (8/1). Kepala sekolah ini juga orang tua dari salah satu korban.

Kuasa hukum pelapor, Elna Febi Astuti, menyebut kekerasan seksual terjadi antara rentang waktu Agustus hingga Oktober. Kejadian ini terungkap dari laporan siswa kelas VI kepada guru kelas. Saat itu, guru kelas lantas melapor kepada kepala sekolah. Aduan dari para siswa itu lalu dicatat. Sekolah kemudian melakukan penyelidikan internal untuk memastikan peristiwa kekerasan seksual yang dilaporkan itu. Guru yang diduga menjadi pelaku kekerasan seksual menggunakan pisau untuk melecehkan siswa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Jemaah Calon Haji Disarankan Bawa Obat-obatan

News
| Jum'at, 10 Mei 2024, 15:17 WIB

Advertisement

alt

Menilik Jembatan Lengkung Zhaozhou Tertua di Dunia

Wisata
| Jum'at, 10 Mei 2024, 10:57 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement