Advertisement

Diskusi Sunyi Digelar di TMP Kusumanegara Jogja Tanpa Suara, Gunakan Bahasa Isyarat & Headset

Sunartono
Jum'at, 09 Februari 2024 - 11:37 WIB
Sunartono
Diskusi Sunyi Digelar di TMP Kusumanegara Jogja Tanpa Suara, Gunakan Bahasa Isyarat & Headset Peserta dari penyandang disabilitas mengenakan headset dalam diskusi Sunyi, Memuliakan Garuda Tanpa Banyak Bicara yang digelar di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusumanegara, Kamis (8/2/2024) sore. - Istimewa.

Advertisement

Harianjogja.com, JOGJA—Sejumlah seniman dan aktivis di Jogja menggelar diskusi dengan cara yang unik bertajuk Diskusi Sunyi, Memuliakan Garuda Tanpa Banyak Bicara yang digelar di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusumanegara, Kamis (8/2/2024) sore. Dalam diskusi ini di lokasi tanpa ada suara karena semua peserta menggunakan headset di telinga serta bahasa isyarat.

Mengingat para peserta adalah dari penyandang disabilitas kelompok tuna rungu dan tuna netra dengan jumlah ratusan. Panitia menyediakan headset yang bisa dipakai untuk tuna netra, sedangkan tuna rungu dilayani dengan bahasa isyarat. Meski ada penampilan band memainkan musik namun di lokasi sama sekali tidak terdengar suara alias sunyi. Peserta hanya dapat mendengarkannya lewat headset serta melihat bahasa isyarat.

Advertisement

BACA JUGA : Tegaskan Komitmen untuk Disabilitas, Prabowo: Kami yang Sponsori UU Disabilitas di DPR

Diskusi ini digawangi oleh seniman dan aktivis Jogja Eko Bebek dengan latarbelakang kegelisahan terhadap Garuda Pancasila yang saat ini sering dikesampingkan.

Diskusi ini menghadirkan penyanyi Nugie dan tokoh publik Tengku Zanzabella secara daring serta Nanang Garuda
yang juga pendiri Rumah Garuda. Nugie mengapresiasi langkah seniman dan aktivis di Jogja yang secara sukarela berani menyuarakan terkait Garuda Pancasila dengan cara yang unik dan menarik.

"Kami mengapresiasi teman-teman di Jogja yang peduli deng Garuda Pancasila, saya melihat garuda ini terpampang di setiap institusi tetapi saya melihat tidak pernah dibahas. Justru saya menemukan teman-teman di Jogja ini yang secara konsisten untuk meneguhkan pemahaman Garuda Pancasila," katanya.

Eko Bebek mengatakan diskusi itu diawali dari kegelisahan dalam mengkomunikasikan lambang negara lewat burung Garuda. Selama ini penyandang disabilitas tuna netra, tuna rungu dan tuna wicara jarang diberi hak tetapi banyak diberi kewajiban oleh negara. Hal ini menjadi salah satu alasan menghadirkan para penyandang disabilitas.

"Acara ini menggunakan silent system. Penonton harus membawa headset berkabel agar bisa berkomuinkasi dengan peserta
diskusi. Kenapa harus silent? Karena peserta Diskusi Sunyi ini bisu tuli. Sekalian memberi warna lain di tahun politik yang berisik dengan Pemilu ini," katanya.

BACA JUGA : ICDR Wadah Pembahasan Isu Disabilitas Dunia

Adapun ia sengaja menggelar di TMP Kusumanegara, selain ada energi para pahlawan di sana, sekaligus sebagai kritik terhadap berbagai pihak yang sulit diajak berkomunikasi terkait Garuda Pancasila. "Selama saya berkomunikasi dengan berbagai pihak instansi tidak pernah direspons, saya lebih baik berkomunikasi dengan beliau yang sudah meninggal tetapi bisa memberikan energi positif, di sini ada Panglima Soedirman dan lain-lain," katanya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

LPS Gandeng DepositoBPR by Komunal Gelar Edukasi Finansial Untuk Karyawannya

News
| Sabtu, 04 Mei 2024, 04:17 WIB

Advertisement

alt

Jadwal Agenda Wisata Jogja Sepanjang Bulan Mei 2024, Ada Pameran Buku Hingga Event Lari

Wisata
| Rabu, 01 Mei 2024, 17:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement