Advertisement
Gunungkidul Fokus Mengembangkan Kakao dan Kopi
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Gunungkidul bakal mengembangkan lebih jauh potensi tanaman kakao dan kopi dengan menggunakan sentuhan teknologi modern. Upaya pengembangan tersebut semakin terbuka setelah Pemkab Gunungkidul menjalin kerja sama dengan Institute Pertanian (Instiper) Stiper Yogyakarta.
Kepala DPP Gunungkidul, Rismiyadi mengatakan akan mengembangkan teknologi dalam budidaya tanaman kakao dan kopi. Arahnya lebih kepada upaya menghasilkan produk unggulan. Di Gunungkidul, tanaman kakao dibudidayakan lebih banyak di Kapanewon Patuk, Karangmojo, dan Ponjong. Sedangkan tanaman kopi ada di Kapanewon Ngawen dan Nglipar. Luas perkebunan kakao secara total mencapai 1.300 hektar dan kopi kurang lebih 100 hektare.
Advertisement
“Tanaman kopi untuk saat ini baru belajar berbuah. Pasarnya pun masih lokal,” kata Rismiyadi dihubungi, Kamis (21/3/2023).
Rismiyadi menambahkan Bupati Gunungkidul, Sunaryanta telah menandatangani nota kesepahaman atau MoU dengan Rektor Instiper Stiper Yogyakarta, Harsawardhana di Instiper Yogyakarta pada Kamis (21/3). Terangnya, MoU tersebut merupakan langkah awal kerja sama berikutnya. Secara umum Instiper Yogyakarta fokus pada tiga subsektor yaitu pertanian, perkebunan, dan kehutanan.
“Selanjutnya, sebelum ada tindak lanjut. Perangkat Daerah akan segera bertemu dengan pihak kampus untuk menandatangani perjanjian kerja sama,” katanya.
BACA JUGA: Mau Tak Mau, Cuaca Ekstrem Pengaruhi Pengerjaan Proyek Jembatan Pandansimo dan Kelok 23
Melalui MoU tersebut, dia berharap ada sinergi antara Pemkab dengan perguruan tinggi sehingga masing-masing pihak dapat memperoleh keuntungan yang sama.
“Saya berharap Instiper dapat menerapkan hasil pelaksanaan pendidikan dan pengajaran dalam mendukung pelaksanaan pembangunan Gunungkidu,” kata Sunaryanta.
Menurut dia, kerja sama tersebut dapat memberikan dampak yang positif dalam mengupayakan sektor pertanian di Bumi Handayani. Pensiunan TNI AD ini juga mengaku bahwa dalam satu tahun hanya ada 900 petani milenial yang semangat menekuni sektor pertanian. “Pertanian [di Gunungkidul] saat ini masih didominasi petani tradisional berumur 50 tahun ke atas,” katanya.
Rektor Institut Pertanian Stiper Yogyakarta, Harsawardhana menegaskan Instiper Stiper memiliki konsentrasi bidang pertanian, perkebunan dan kehutanan. Hal ini sesuai dengan harapan Pemkab terhadap pengembangan tiga bidang tersebut di Gunungkidul.
“MoU ini akan memperkuat Pemkab Gunungkidul dari sisi pertanian dan peningkatan ekonomi dan mengembangkan Instiper dalam sisi akademi,” kata Harsawardhana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Setahun Penyerbuan Palestina, Begini Kondisi Israel, Krisis Ekonomi dan Sanksi Membayangi
Advertisement
Advertisement
Berita Populer
- Memberantas Peredaran Minuman Keras, Polres Bantul Memaksimalkan Tim Khusus
- Rumah Baca Raden Mas Suryowinoto Dorong Literasi lewat Pelatihan Mahir Mendongeng
- Pemda DIY Minta Pemkab dan Pemkot Tegas pada ASN Pelanggar Netralitas di Pilkada 2024
- Pakar Energi Geothermal UGM Sarankan Peningkatan Data Eksplorasi Panas Bumi
- Abrasi Mengancam Pantai Selatan, BPBD DIY Minta Warga Bongkar Bangunan di Pinggir Pantai
Advertisement
Advertisement