Advertisement

Mudik ke Bantul, Jangan Lupa Ada Peyek Tumpuk yang Cocok untuk Oleh-Oleh

Jumali
Senin, 08 April 2024 - 11:17 WIB
Maya Herawati
Mudik ke Bantul, Jangan Lupa Ada Peyek Tumpuk yang Cocok untuk Oleh-Oleh Mujinem saat mengatur peyek tumpuk hasil produksinya - Harian Jogja/Jumali

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Camilan peyek biasanya digoreng tipis berisi kacang tanah, kedelai, atau udang rebon.  Di Bantul, ada peyek yang memiliki bentuknya agak lain.  Peyek-peyek disajikan dengan ditumpuk ini disebut peyek tumpuk, yang kemudian dikenal sebagai makanan khas Bantul. Meski begitu peyek tidak keras sama sekali.

Pembuat peyek tumpuk asal Padukuhan Kedon, Kalurahan Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Mujinem, 63, mengungkapkan, meski memiliki wujud yang tebal, peyek yang diproduksinya tetap renyak dan tidak keras sama sekali. Sebab, memang butuh waktu berhari-hari untuk membuat camilan ini renyah dan tahan lama.

Advertisement

"Setidaknya butuh empat hari. Karena setelah digoreng, maka harus didiamkan selama dua hari, setelah itu baru digoreng lagi," ungkap Mujinem saat ditemui Sabtu (6/4/2024) lalu di tempat produksinya.

Jika tidak, Mujinem menambahkan, nantinya peyek tumpuk produksinya yang diberu label "Peyek Tumpuk Mbok Jinem" akan tidak tahan lama, dan kurang matang. Padahal, salah satu kelebihan dari peyek tumpuk adalah bisa bertahan hingga hampir setengah bulan. "Untuk itu, butuh proses yang cukup lama," kata Mujinem.

Untuk pembuatan peyek tumpuk, Mujinem yang bekerja bersama dengan sang suami, Pak Min, 67 memaparkan, saat proses penggorengannya membutuhkan teknik tersendiri. Sebab, kacang harus dibuat bertumpuk-tumpuk menyerupai bola.  Mujinem pun mengakui jika dirinya sendiri butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa membentuk peyek tumpuk menjadi bulatan.

BACA JUGA: Muhammadiyah Memprediksi Perayaan Lebaran Bersamaan dengan Versi Pemerintah

"Jadi saat adonan dituang, numpuknya pakai serok. Harus pas, jika terlalu matang akan kering dan tidak bisa merekat. Selain itu, jika tidak pas, ada kemungkinan di bagian tengah belum matang," kata perempuan yang memulai usahnya pada 1995 lalu.

Selain butuh teknik dan pengalaman khusus, Mujinem menuturkan, api yang digunakan untuk memproduksi peyek tumpuk juga harus besar dan stabil. Oleh karena itu, dirinya tidak menyarankan jika ingin membuat peyek tumpuk menggunakan kompor gas.

"Ya, harus pakai kayu bakar. Kalau pakai kompor gas kan kurang panas. Nanti setelah digoreng akan dikeringkan dua hari, baru digoreng lagi. Biar bisa berwarna putih," ungkap Mujinem.

Untuk sekali produksi 1 kuintal peyek, Mujinem biasanya membutuhkan bahan baku, yang terdiri dari tepung beras 27 Kg, tepung tapioka 2 Kg, telur 1 Kg dan minyak goreng satu jeriken kapasitas 19 kilogram. Selain itu, Mujinem juga membutuhkan bawang putih, kencur, 50 biji kelapa untuk dijadikan bahan santan. "Bawang putih dan kencur itu untuk dibuat bumbu," terang Mujinem.

 Mujinem menerangkan, dirinya bisanya meracik bumbu untuk pembuatan peyek tumpuk. Bawang putih dan kencur dihaluskan. Sedangkan adonan yang terdiri dari tepung beras, tepung tapioka dan telur akan dicampurkan ke dalam bumbu dan direndam menggunakan santan yang terbuat dari biji kelapa. Setelah satu jam direndam, kacang kemudian dimasukkan dalam adonan.

"Setelah itu digoreng. Minyak goreng harus memiliki kualitas yang bagus. Jika tidak, nanti peyek hasil gorengan tidak tahan lama. Jika menggunakan minyak goreng dengan kualitas yang bagus maka peyek bisa bertahan sampai 2 bulan," ucap Mujinem.

Untuk penjualan peyek tumpuk, Mujinem menyatakan sejauh ini masih di sekitar DIY. Sebab, dirinya masih sangat menggantungkan peran anaknya yang menjajakan dan menitipkan peyek tumpuk produksinya ke sejumlah toko oleh-oleh di sekitar DIY.

"Ada di Wates, Ambarketawang, dan sekitaran Jogja. Untuk yang sudah kenal sama saya maupun suami saya, mereka bisanya datang ke sini," kata Mujinem.

Karena dijual di sekitar DIY, Mujinem mengaku jika omzet penjualannya tidak menentu. Atas dasar tersebut, dirinya pun tidak memproduksi peyek tumpuk setiap hari. Produksi peyek tumpuk di tempat Mujinem hanya dilakukan saat mendekati hari besar, dan momen tertentu.

"Biasanya jelang Lebaran produksi dan nyetok. Itu didalam ada stok sebanyak 5 kuintal. Karena, saat lebaran peyek tumpuk ini cukup banyak yang beli sebagai oleh-oleh bagi mereka yang mudik ke Bantul," terang Mujinem.

 Untuk harga peyek tumpuk, Mujinem membanderolnya Rp25.000 per bungkus untuk konsumen yang membeli langsung ke tempat produksinya. Sedangkan di toko oleh-oleh biasanya peyek tumpuknya dibanderol Rp27.500 sampai Rp28.000 per bungkus.

 "Satu bungkus itu beratnya setengah kilogram. Isinya satu bungkus ada empat peyek tumpuk," kata Mujinem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

PKB dan PPP Kerja Sama Hadapi Pilkada Serentak 2024

News
| Selasa, 30 April 2024, 00:17 WIB

Advertisement

alt

Komitmen Bersama Menjaga dan Merawat Warisan Budaya Dunia

Wisata
| Kamis, 25 April 2024, 22:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement