Advertisement
PERSOALAN LINGKUNGAN: DIY Kudu Kembangkan Ekonomi Hijau

Advertisement
BANTUL—Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY bekerja sama dengan DPRD DIY menggelar bedah buku bertajuk Konsep Ekonomi Hijau dalam Perspektif Keistimewaan DIY di Joglo Kamulyan, Donotirto, Kapanewon Kretek, Rabu (24/4/2024).
Selain bertujuan meningkatkan literasi, bedah buku karya Aslam Ridho dan Dwinanta Nugroho tersebut bertujuan memberikan pemahaman mengenai filosofi lokal dengan isu ekonomi global yang mendesak dipecahkan.
Advertisement
Anggota DPRD DIY sekaligus penulis buku Aslam Ridho mengungkapkan ekonomi hijau bukan sekadar konsep, melainkan sebuah panggilan untuk menjaga harmonisasi antara pertumbuhan ekonomi dan keberlangsungan lingkungan di DIY. Apalagi, DIY memiliki filosofi Hamemayu Hayuning Bawana yang mencerminkan integrasi unik antara nilai tradisional dan modernitas.
"Filosofi ini tidak hanya menjadi pijakan untuk pengembangan strategi pembangunan, tapi juga menjadi dasar implementasi nyata dalam berbagai sektor," kata Aslam.
Di bidang pertanian, Aslam mencontohkan tidak hanya faktor produktivitas, tapi keseimbangan ekologi dan keberlangsungan sumber daya alam harus diperhatikan. Prinsip ekologi harus diterapkan untuk memastikan pertanian tidak hanya memberikan hasil yang maksimal tapi juga harus memperhatikan kelestarian lingkungan.
"Nah konsep Hamemayu Hayuning Bawana juga harus diterjemahkan secara luas, tak hanya pemerintah daerah, tapi juga bersinergi dengan semua stakeholder. Konsep ini bagaimana semua stakeholder punya kewajiban melestarikan lingkungan," lanjut Aslam.
Aslam melihat kelestarian lingkungan penting dijaga. Jika tidak nantinya, nilai ekonomi dari kelestarian lingkungan ini akan terus berkurang. "Kita ingin pengurangan [kelestarian lingkungan] ini tidak signifikan. Maka butuh pemahaman bersama. Dengan apa? Dengan pelestarian lingkungan," kata Aslam.
Terkait dengan alih fungsi lahan, Aslam juga menilai butuh kesepahaman, jika alih fungsi lahan tidak akan mengancam kelestarian cadangan pangan. "Karena kita butuh lahan-lahan untuk cadangan pangan," kata dia.
Sementara praktisi sekaligus pembedah buku Afikar Rahman menilai buku ini mengungkapkan mengenai bagaimana konsep mengelola alam tanpa harus merusak. Dibutuhkan kesepahaman antara pemerintah, masyarakat dan sektor swasta agar pembangunan yang ada tidak merusak alam.
Buku ini, kata Afikar juga mengungkapkan bagaimana DIY mencoba menyerap permasalahan ekonomi dan lingkungan untuk dijadikan dasar membuat kebijakan. "Bukan tanpa tantangan, sebab mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat perlu dioptimalkan. Edukasi dan kesadaran lingkungan perlu dilakukan," katanya.
Dia menilai ada peluang besar untuk DIY terkait dengan konsep ekonomi hijau. DIY bisa menjadi laboratorium bagi inovasi dan teknologi hijau. Selain itu, DIY dapat memimpin dengan contoh dalam menerapkan kebijakan yang mendukung lingkungan. "DIY bisa menjadi model daerah lain dalam pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan," katanya. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement

Satgas Saber Pungli Dihapus, Manfaatkan Penegak Hukum untuk Menindak Pungutan Liar
Advertisement

Agenda Wisata di Jogja 19-31 Juli 2025, dari Pertamax Turbo Drag Fest 2025, Gamelan Festival, KAI Bandara Night Fun Run hingga Tour De Merapi
Advertisement
Berita Populer
- Nahas, Buruh Lepas asal Pajangan Meninggal Dunia saat Pasang Plafon di Kasihan Bantul
- Catat! Ada Ratusan Layang-Layang Hiasi Langit Pantai Parangkusumo pada JIKF 2025, 26-27 Juli 2025
- Ada Materi tentang Narkoba dalam MPLS untuk Pelajar di Sleman
- Mobil Nissan Tabrak Pejalan Kaki dan Empat Kendaraan di Jalan Parangtritis Km 24 Bantul, Dua Orang Patah Tulang
- Bus Sekolah Ramai Peminat, Dishub Berencana Tambah Dua Unit Layani Rute Baru
Advertisement
Advertisement