Advertisement

Baru Empat Bulan, Angka DBD di Gunungkidul Melonjak Lebihi Total Kasus Tahun 2023

Andreas Yuda Pramono
Minggu, 05 Mei 2024 - 20:27 WIB
Arief Junianto
Baru Empat Bulan, Angka DBD di Gunungkidul Melonjak Lebihi Total Kasus Tahun 2023 Nyamuk / Ilustrasi Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul mencatat total kasus demam berdarah dengue (DBD) selama Januari–April 2024 mencapai 527 kasus dengan dua angka kematian. Angka tersebut melonjak dibandingkan total kasus DBD sepanjang 2023 yang hanya menyentuh angka 260 kasus dengan satu kematian.

Pada dua bulan pertama tahun ini ada total 220 kasus dengan dua dua kematian. Dua kematian tersebut adalah anak berumur 5 tahun dan 10 tahun. Sedangkan dua bulan kedua ada total 247 kasus. Hanya, angka kasus bulan April masih belum final, masih ada data yang akan dientri pada pekan pertama Mei 2024.

Advertisement

Adapun total kasus DBD pada 2022 ada 457 kasus dengan tiga kematian. Sedangkan, pada 2021 ada 189 kasus dengan tiga kematian.

Pada kesempatan sebelumnya, Dinkes mengaku khusus kasus DBD pada Januari dan Februari 2024, kapanewon yang menjadi wilayah dengan sebaran terbanyak ada di Wonosari dan Paliyan. Banyaknya kasus di dua wilayah itu berkorelasi dengan padatnya penduduk.

Kepala Dinkes Gunungkidul, Ismono mengatakan instansinya telah melakukan program intervensi seperti fogging focus dan edukasi pemberantasan sarang nyamuk (PSM). Masih ada enam lokasi yang akan disasar program fogging focus“Fogging focus ini pelaksanaannya kondisional mengacu pada lokasi yang tercatat mengalami peningkatan kasus,” kata Ismono, Sabtu (4/5).

Ismono belum menjawab sebab lonjakan kasus tersebut. Hanya saja, penurunan kasus DBD dari Maret ke April 2024, menurut dia disebabkan karena berkurangnya curah hujan di musim kemarau. Genangan air pun mengering dan tidak ada tempat untuk nyamuk aedes aegypti berkembang biak.

Adapun, ketersediaan abate atau obat pembunuh larva nyamuk di Dinkes Gunungkidul menipis. Tahun ini pun, Dinkes tidak melakukan pengadaan abate karena keterbatasan anggaran.

Disinggung perihal program nyamuk ber-wolbachia, Ismono mengaku nyamuk tersebut efektif mencegah munculnya penyakit yang disebabkan infeksi virus dengue di dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti.

Wolbachia merupakan sebuah bakteri yang memiliki kemampuan untuk menonaktifkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti.

Akhir bulan Maret 2024, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinkes Gunungkidul, Sidig Hery Sukoco mengaku penggunaan nyamuk ber-Wolbachia memang belum pernah diterapkan di Bumi Handayani. Salah satu kendalanya yaitu keterbatasan anggaran. “Kami belum ada bayangan ke arah penggunaan nyamuk Wolbachia juga. Anggaran pengendalian di sini saja masih ngos-ngosan,” kata Hery.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Menteri Keamanan AS Sebut Terorisme Kembali Muncul dan Jadi Ancaman

News
| Minggu, 19 Mei 2024, 01:17 WIB

Advertisement

alt

Hotel Mewah di Istanbul Turki Ternyata Bekas Penjara yang Dibangun Seabad Lalu

Wisata
| Sabtu, 18 Mei 2024, 20:27 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement