Advertisement

Skema Budi Daya Kambing Perah di Turi Sleman Bisa Diterapkan di Daerah Lain

Catur Dwi Janati
Minggu, 30 Juni 2024 - 16:57 WIB
Abdul Hamied Razak
Skema Budi Daya Kambing Perah di Turi Sleman Bisa Diterapkan di Daerah Lain Menteri Pertanian Amran Sulaiman melakukan kunjungan di unit budi daya dan pengolahan kambing perah di Girikerto, Turi pada Sabtu (29/6/2024). - Harian Jogja // Catur Dwi Janati 

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Menteri Pertanian, Amran Sulaiman mengungkapkan kambing perah kini merupakan ternak perah alternatif yang cocok untuk dikembangkan dan diterima secara luas di masyarakat. 

Kambing perah sebagai penghasil susu juga memiliki keunggulan kandungan gizi lengkap yang mampu meningkatkan kesehatan dan kecerdasan masyarakat. "Usaha ternak kambing perah disukai peternak karena relatif mudah dan cepat menghasilkan," kata Amran dalam kunjungannya ke unit budi daya susu kambing Bhumi Nararya Farm di Girikerto, Turi pada Sabtu (29/6/2024).

Advertisement

BACA JUGA: Kunjungi Sleman, Mentan Dorong Pengembangan Produksi Susu Nasional

Pasca kunjungannya ini, Amran akan mengundang para aktor di balik pengembangan sapi perah dan kambing perah semacam ini berdialog. Dalam rapat itu, nantinya Amran ingin membahas insentif seperti apa yang bisa diberikan kepada para penggerak di sektor sapi perah dan kambing perah di Indonesia.

"Kita bahas bersama insentif apa yang dibutuhkan dari negara, nanti kami undang. Kalau ini kita kembangkan ini bisa mengurangi impor dari negara lain," tegasnya. 

Pemenuhan kebutuhan sapi dan kambing lewat impor ke Indonesia diungkapkan Amran nilainya sampai Rp37 triliun. Padahal bila produksinya dapat dicukupi dari dalam negeri, aliran uang triliunan rupiah itu akan berputar ke para peternak Indonesia.

"Kita impor sekarang nilainya Rp37 triliun, kita bisa bayangkan kalau kita penuhi sendiri. Ini uang bisa berkutat dan tidak dibelanjakan ke luar negeri, ini sama dengan menyejahterakan petani-petani (peternak) negara lain," ungkapnya. 

Skema pengembangan kambing perah yang diimplementasikan di Bhumi Nararya Farm, Turi disebut Amran berpotensi menopang kebutuhan susu nasional. Bila satu unit pengolahan kambing perah di Turi bisa mengelola 700 ekor dengan produksi 13.500 per bulan, maka yang perlu dilakukan yakni mencetak unit-unit seperti ini di seluruh Indonesia.

BACA JUGA: Kementerian Pertanian Sebut Tingkat Produksi Susu Nasional Masih Jauh dari Kebutuhan

Dengan demikian produksi yang dihasilkan bisa mencukupi angka kebutuhan. "Kita cetak, kita kloning," tegasnya. "Duplikasi ini di wilayah lainnya. Ini upaya kita menekan impor susu agar kita bisa swasembada," lanjutnya. 

Berdasarkan data BPS, populasi kambing di Indonesia saat ini sebanyak 18,5 juta ekor dengan komposisi kambing pedaging sebanyak 15,2 juta ekor dan kambing perah sebanyak 3,3 juta ekor. Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi provinsi dengan populasi kambing terbesar. Keduanya menyumbang sekitar 20% dari total populasi kambing di Indonesia. Sementara dari 80% komponen makanan bergizi, Indonesia hanya butuh tambahan susu yang masih ditopang dari luar negeri.

Di sisi lain Amran melihat masalah pangan merupakan persoalan strategis. Tidak ada pangan maka tidak ada begara kata Amran. "Kalau pangan bermasalah, negara bermasalah," tegasnya.

Co-Founder Bhumi Nararya Farm, Didik menjelaskan prinsip unit usaha yang ia bangun merupakan breeding center. Indukan betina yang melahirkan nantinya akan diperah susunya. Semenjak anakannya dapat dijual atau diproyeksikan jadi indukan kelak. Setali tiga uang, produk yang dihasilkan dalam usaha ini bisa berupa anakan kambing dan susu kambing. 

Menurut Didik, industri susu kambing mampu menjangkau secara luas dalam pemberdayaan masyarakat, termasuk bagi para peternak-peternak di daerah. Di unit usaha milik Didik, peternak kambing sekitar turut menyetorkan susu kambingnya. Skema ini membuat peternak kambing tidak bingung harus kemana menjual susu yang dihasilkan dari kambing perahannya. 

Susu kambing yang terkumpul nantinya akan dikelola menjadi sejumlah produk. Mulai dari susu cair, susu bubuk hingga keju. "Jadi kami membikin suatu ekosistem, karena karakter peternakan kambing perah itu agak sulit kalau dia berdiri sendiri. Kalau sendiri manfaatnya hanya diambil sendiri, kami melihat semakin banyak peternak yang diberdayakan maka multi efeknya menjadi semakin besar," tegasnya.

"Kami harapkan industri susu kambing bisa berkembang, bisa sesuai harapan kita," imbuh Didik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Said Aqil Nilai Pemberian Izin Usaha Tambang Bisa Jadi Bentuk Balas Budi Negara kepada Ormas

News
| Selasa, 02 Juli 2024, 14:17 WIB

Advertisement

alt

Harga Tiket Masuk Museum Benteng Vredeburg dan Jam Buka

Wisata
| Sabtu, 29 Juni 2024, 16:37 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement