Advertisement

Tekan Kasus DBD, Nyamuk Ber-Wolbachia Bakal Dilepaskan di 5 Kota

Catur Dwi Janati
Kamis, 18 Juli 2024 - 21:27 WIB
Arief Junianto
Tekan Kasus DBD, Nyamuk Ber-Wolbachia Bakal Dilepaskan di 5 Kota Nyamuk / Ilustrasi Freepik

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Direktur Pusat Kedokteran Tropis UGM, Riris Andono Ahmad mengungkapkan penerapan nyambuk ber-Wolbachia akan dilakukan di lima kota di Indonesia. 

Kementerian Kesehatan lanjut Riris tengah melakukan uji piloting terkait dengan program ini. Pasalnya bila penyebaran nyamuk ber-Wolbachia ingin diadopsi secara menyeluruh ke dalam program pengendalian DBD di Indonesia,bperlu ada pengalaman untuk mengimplementasikan di wilayah dalam kerangka program. 

Advertisement

"Kalau kami kan kerangkanya penelitian. Sehingga Kementerian Kesehatan mengujicoba di lima kota tersebut," ungkap Riris pada Kamis (18/7/2024).

Adapun lima kota yang bakal menerapkan teknologi nyamuk ber-Wolbachia ini mencakup Semarang, Kota Bandung, Jakarta Barat, Bontang dan Kupang. Pemilihan lokasi ini ditentukan oleh Kemenkes mengacu pada kota-kota dengan endemisitas tinggi DBD. "Jadi tiga di Jawa tiga di luar Jawa," terangnya. 

Tahapan penerapan teknologi nyamuk ber-Wolbachia di masing-masing kota di atas pun berbeda-beda. Di Semarang pelepasan nyamuk ber-Wolbachia baru selesai dilakukan di empat kecamatan. Untuk Bandung, pelepasan nyamuk ber-Wolbachia baru dilakukan di satu Kalurahan dan akan disusul di tiga kalurahan lagi. 

Sementara di Bontang pelepasan nyamuk ber-Wolbachia baru dirilis di tiga Kecamatan. Untuk Kupang saat ini baru melepas nyamuk ber-Wolbachia di satu Kecamatan dan akan ditambah dua kecamatan lainnya. "Di Jakarta Barat belum mulai dilakukan, jadi bisa kita lihat statusnya beda-beda," tandasnya. 

Untuk melihat efektivitas pelepasan nyamuk ber-Wolbachia tim masih harus menunggu pelepasan dan perkembangan nyamuk ber-Wolbachia tuntas. Pelepasan nyamuk ber-Wolbachia akan dihentikan ketika frekuensi Wolbachia mencapai 60%.

Sementara untuk bisa menunjukkan dampak penurunan DBD, jumlah populasi nyamuk ber-Wolbachia harus mencapai angka 90-95% dibanding dengan nyamuk lokal. 

Kemungkinan efektivitas pelepasan nyamuk ber-Wolbachia di lima kota di atas baru terlihat di akhir tahun 2025. Pasalnya butuh waktu sekitar enam bulan untuk pelepasan nyamuk dan waktu tunggu enam bulan berikutnya bagi nyamuk berkembang biak hingga populasinya mencapai 90-95% dibandingkan dengan populasi nyamuk lokal. "Tetapi kalau kita bercermin dari apa yang ada di Sleman dan Bantul itu kan sangat signifikan [efektivitasnya]," ungkapnya. 

Di sisi lain, hingga saat ini Riris mengakui belum ada pembicaraan terkait perluasan program nyamuk ber-Wolbachia di wilayah DIY lainnya. Saat ini teknologi nyamuk ber-Wolbachia telah dikembangkan di Kota Jogja, Sleman dan Bantul. Ketiga wilayah tersebut dinilai memiliki tingkat endemisitas yang tinggi pada kasus DBD.

"Secara epidemiologi Kartamantul itu menjadi satu wilayah ekologis untuk demam berdarah. Sementara untuk wilayah Gunungkidul sama Kulonprogo terpisah populasinya," terangnya. 

Kulonprogo misalnya, kata Riris wilayah endemi DBD di Kulonprogo hanya di lingkup kecil di Wates kota. Tetapi di wilayah lain yang relatif pedesaan angka kasus DBD belum tinggi. Karenanya pelepasan nyamuk ber-Wolbachia kala itu belum dilakukan di Kulonprogo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Didukung Koalisi Besar, RK-Suswono targetkan Menang Satu Putaran di Pilgub Jakarta

News
| Senin, 16 September 2024, 22:17 WIB

Advertisement

alt

Kota Jogja Masih Jadi Magnet Wisatawan

Wisata
| Minggu, 08 September 2024, 11:17 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement