Advertisement

Puncak Musim Kemarau, Warga Diminta untuk Tidak Boros Air

David Kurniawan
Minggu, 18 Agustus 2024 - 19:07 WIB
Maya Herawati
Puncak Musim Kemarau, Warga Diminta untuk Tidak Boros Air Kekeringan / Ilustrasi StockCake

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Warga di Sleman diminta untuk tidak boros menggunaan air saat puncak musim kemarau. Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo mengajak masyarakat untuk bijak menggunakan air sebagai upaya menjaga ketersediaan stok air yang dimiliki.

“Air harus dimanfaatkan dengan bijak. Jangan boros karena debit air saat kemarau berkurang,” katanya, Minggu (18/8/2024).

Advertisement

Ia menjelaskan, prilaku hemat air bisa dilakukan dengan memanfaatkan dengan secukupnya seperti tidak membuka keran air secara terus menerus. “Harapannya dengan lebih berhemat, maka pasokan bisa tetap tercukupi,” katanya.

Menurut dia, dengan berhemat atau tidak membuang air secara sembarangan akan ikut berperan menjaga ketersediaan.

Terlebih lagi, sambung dia, sumber air di Lereng Merapi yang selama ini menjadi pemasok utama juga terganggu dikarenakan adanya erupsi.

“Memang sumbernya tertutup abu vulkanik dari erupsi Merapi. Jadi, debitnya banyak berkurang,” katanya.

Meski demikian, Kustini mengakui tetap berupaya untuk terus memfasilitasi kebutuhan air di Masyarakat.

Sebagai contoh di sisi timur sudah dibangun instlasi pengolahan air di Kalurahan Tirtomartani.

Menurut dia, instalasi ini bisa memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga di Kapanewon Kalasan, Berbah dan Prambanan. “Airnya bagus dan bersih serta bisa disalurkan ke lebih dari 5.000 keluarga di tiga kapanewon,” katanya.

BACA JUGA: Fenomena Supermoon Biru Terjadi Besok Senin 19 Agustus 2024

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Sleman, Bambang Kuntoro mengatakan, terus berkoordinasi dengan BMKG DIY berkaitan dengan perkembangan cuaca. Diketahui saat ini sudah memasuki puncak musim kemarau sejak akhir Juli lalu.

“Untuk detailnya bisa menghubungi BMKG, tapi diperkirakan puncak kemarau terjadi hingga akhir Agustus ini,” kata Bambang.

Dia menjelaskan, puncak musim kemarau bisa dilihat dari kondisi cuaca yang terlihat lebih cerah. Di sisi lain, juga tidak ada hujan dalam kurun waktu lebih dari satu bulan.

Adapun dampak dari puncak kemarau, Bambang mengakui bisa terlihat dari debit air yang mengalami penurunan. Meski demikian, hingga saat sekarang ia memastikan kondisinya masih aman dan terkendali.

Hal ini terlihat belum adanya permintaan bantuan air bersih dari masyarakat.

“Masih aman, tapi kami tetap berjaga-jaga apabila ada warga yang membutuhkan,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Ribuan Mahasiswa Unhan Ditetapkan Jadi Komcad Matra Darat

News
| Kamis, 19 September 2024, 04:57 WIB

Advertisement

alt

Mie Kangkung Belacan Jadi Primadona Wisata Kuliner Medan

Wisata
| Selasa, 17 September 2024, 22:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement