Resmikan Gereja Katolik Santo Paulus Pringgolayan, Sultan Berpesan Soal Keharmonisan dalam Keberagaman
Advertisement
Harianjogja.com, JOGJA - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meresmikan Gereja Katolik Santo Paulus Pringgolayan Kotagede, pada Sabtu (24/8/2024). Sultan berpesan agar rumah ibadah itu menjadi tempat dimana cinta kasih bertumbuh, iman semakin diperdalam, dan persaudaraan antar umat seiman diperkuat.
Sultan menyampaikan, gereja lebih dari sekedar kokohnya bangun fisik, melainkan manifestasi nyata dari iman yang hidup, harapan yang tidak tergoyahkan, serta komitmen bersama yang tulus, untuk mewujudkan suatu harapan bagi komunitas dan lingkungannya.
Advertisement
"Gereja harus menjadi lentera, yang sinarnya menerangi setip relung kehidupan, menjadi pusat kehidupan rohani yang mendalam, dan kehidupan sosial yang penuh makna," jelasnya.
Pada Peresmian Gereja tersebut, Sultan mengajak kepada seluruh jemaat gereja untuk senantiasa melanjutkan ibadah dengan penuh syukur dan merawat iman yang telah dianugerahkan. Terus menjaga keimanan yang mengalir pada setiap langkah hidup, yang menjadi berkat bagi diri sendiri, komunitas dan masyarakat.
Selain itu Sultan juga mengimbau kepada Paroki Santo Paulus Pringgolayan, terutama para Pengurus Gereja untuk melanjutkan karya dan pelayanan mulia. Juga senantiasa menjaga dan memelihara komunikasi yang baik dengan masyarakat sekitar, serta senantiasa peka terhadap dinamika sosial yang ada.
BACA JUGA: Prabowo Tegaskan Jokowi Tak Pernah Titip-titip Soal RUU Pilkada
Peresmian Gereja Katolik Santo Paulus Pringgolayan ditandai dengan dibukanya secara langsung pintu utama gerja oleh Sultan. Pada acara tersebut, Sri Sultan bersama para tamu undangan VIP berkesempatan menilik secara langsung bangunan dan isi gereja yang baru diresmikan.
Romo Paroki Santo Paulus Pringgolayan, Rm. Agustinus Ariawan, Pr menyebut, sejarah dan latar belakang pendirian gereja itu pertama kali berdiri pada 25 Januari 1986. Kala itu masih menginduk pada Paroki Bintaran. berdiri di tanah seluas 959 meter persegi dengan jumlah umat 1584 jiwa. Kemudian berangsur-angsur, lahan yang dimiliki menjadi semakin luas, baik karena pembelian tanah maupun hibah.
Pada 15 Agustus 2011 status Gereja menjadi Paroki Administrasi. Seiring peningkatan status, penambahan luas tanah terus terjadi hingga kini menjadi sekitar sembilan ribu meter persegi. Dan pada tahun 2018, secara administrasi gereja tersebut telah lepas dari Paroki Bintaran sebagai induknya.
"Saat ini, jumlah umat mencapai 3313 jiwa dengan 31 lingkungan. Namun kondisi bangunan gereja yang memprihatinkan, kondisi atap yang rusak parah, sering terjadi kebocoran dan tanah halaman yang becek karena genangan air hujan melatarbelakangi munculnya gagasan pembangunan gereja yang baru, guna memenuhi kebutuhan pribadi dan pelayanan ibadah," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Ini Dia 3 Karya Budaya Indonesia yang Diusulkan Masuk Menjadi WBTb ke UNESCO
- Ini Kegiatan Kampanye Terakhir Ketiga Calon Wali Kota Jogja Jelang Masa Tenang
- Pasangan Agung-Ambar Tutup Kampanye dengan Pesta Rakyat
- Konstruksi Tol Jogja-Bawen Seksi 1 Ruas Jogja-SS Banyurejo Capai 70,28 Persen, Ditargetkan Rampung 2026
- Lewat Film, KPU DIY Ajak Masyarakat untuk Tidak Golput di Pilada 2024
Advertisement
Advertisement