Satriya Runner Fun Run Awali Gebyar Keistimewaan
Advertisement
JOGJA—Undang-Undang Keistimewaan (UUK) DIY tepat berumur 12 tahun pada 31 Agustus 2024.
Sejumlah manfaat sudah dirasakan warga Bumi Mataram sejak beleid itu disahkan pada 2012 lalu. Manfaat yang dirasakan masyarakat melalui berbagai mekanisme pembangunan dan pemberdayaan.
Advertisement
Sebagai perayaan sekaligus peringatan atas peristiwa penting tersebut, Pemda DIY menggelae sejumlah kegiatan. Salah satunya adalah Satriya Runner Fun Run.
Satriya Runner merupakan komunitas lari yang beranggotakan aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemda DIY yang sudah terbentuk setahun ini.
Agenda Satriya Runner Fun Run yang dilangsungkan pada Jumat (30/8/2024) pagi itu mengambil start di kompleks Kepatihan Pemda DIY. Sejak pukul 06.00 WIB para peserta sudah bersiap dan dilepas langsung oleh Sekda DIY Beny Suharsono.
Paniradya Pati Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho, mengatakan Satriya Runner Fun Run itu merupakan salah satu rangkaian puncak Gebyar Keistimewaan yang merupakan perayaan 12 tahun disahkannya UUK. "Acara puncak kami awali dengan agenda Satriya Runner Fun Run," jelasnya.
Aris menerangkan Satriya Runner Fun Run dibagi menjadi dua rute yakni 3,5 km dan 5 km. Peserta mulai dari kompleks Kepatihan Pemda DIY dan finish di Lapangan Minggiran, Suryodiningratan, Mantrijeron. "Jadi mereka para peserta kami fasilitasi untuk memeriahkan acara 12 tahun disahkannya UUK," jelas Aris.
Ketua Satriya Runner Community, Danang Samsu, menyebut pihaknya ikut serta memeriahkan disahkannya UUK dengan agenda lari. Menurutnya kegiatan itu dipilih lantaran event lari sedang tren dan banyak digelar di berbagai daerah termasuk Jogja.
"Ini kan karena aktivitas lari sedang marak makanya kami ikut serta merayakan 12 tahun UUK dengan olahraga lari," jelasnya.
Danang menyatakan antusiasme peserta cukup signifikan pada kegiatan ini, sehingga pihaknya harus membatasi jumlah peserta lantaran belum mampu mengorganisir. Selain para ASN di lingkungan Pemda DIY, acara itu juga diikuti oleh sejumlah kepala organisasi perangkat daerah (OPD). "Semoga tahun depan digelar lagi,” kata dia.
Gebyar Keistimewan juga menampilkan sarpras keistimewaan seperti Jogja Herritage Track dan Mobil Film dari Dinas Kebudayaan DIY; jetski, alat penyelamatan, dan alat selam dari Satpol PP DIY; kendaraan tangki air minum dari Kalurahan Sidokarto dan Girikerto; kendaraan food truck dari Kalurahan Parangtritis; perahu kano dan alat keselamatan dari Kalurahan Srigading; traktor mandiri pangan dari Kalurahan Guwosari; serta perahu kasko dari Dinas Kelautan dan Perikanan Bantul.
UMKM
Sementara itu, di Lapangan Minggiran, Suryodningratan, Mantrijeron, Kota Jogja juga diisi dengan puluhan stan UMKM.
Acara yang dikemas dalam tajuk Gebyar Keistimewaan itu digelar dua hari 30-31 Agustus 2024.
Puluhan stan UMKM yang hadir itu berasal dari perwakilan kabupaten/kota se DIY. Sebagian besar merupakan UMKM jenis kuliner mulai dari bakso, jenang gempol, olahan pisang, jajanan pasar dan karya daur ulang sampah yang disulap menjadi berbagai macam aneka barang ekonomis.
Paniradya Pati Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho, mengatakan UMKM yang dilibatkan itu merupakan binaan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY dengan program desa prima. Selain pembinaan, sektor pemasaran dianggapnya juga penting sehingga mereka dilibatkan dalam acara ini. "Selain di acara ini, di tempat lain juga ada Sibakul Fest, rangkaian sama tapi itu desa preneur, tetap berjalan selama 30 hari peringatan UUK," jelasnya, Jumat.
Aris menerangkan pemberdayaan UMKM penting dilakukan karena mereka merupakan tulang punggung perekonomian. Para pelaku UMKM itu dibina dengan dana keistimewaan dan ditampilkan dalam agenda Gebyar Keistimewaan agar masyarakat tahu untuk apa saja dana itu digunakan. "Jadi selama 30 hari sejak 12 Agustus-12 September ada ratusan acara yang digelar termasuk dua hari peringatan puncak ini yang bertujuan agar masyarakat tahu dan paham untuk apa saja danais dipergunakan," kata Aris.
Salah satu desa prima yang hadir dan menampilkan produk UMKM-nya adalah dari Bumijo, Jetis, Kota Jogja. Kelompok itu membawa beragam produk hasil olahan sampah organik dan anorganik.
Ketua Bank Sampah Bumiijo, Siti Rojanah, mengapresiasi acara Gebyar Keistimewaan. Menurutnya dengan acara ini produk daur ulang sampah dari tempatnya bisa dikenal lebih luas lagi.
"Selama ini kan produk kami masih sebatas Kota Jogja saja maka dengan hadir di acara ini bisa semakin dikenal luas oleh masyarakat," jelasnya.
Adapun ragam produk yang ditampilkan oleh kelompoknya adalah bross, eco enzim, piring, tudung saji, bunga hias dll yang semuanya hasil daur ulang dari sampah plastik dan sampah organik. "Harga jualnya mulai dari Rp20.000 sampai Rp150.000," katanya.
Desa Prima
Tak hanya itu, di lokasi yang sama juga ditampilkan sederet potensi kalurahan, terutama Desa Prima. Setidaknya ada puluhan stan desa prima yang merupakan binaan dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY.
Selain itu, ragam pentas kesenian tradisional dan modern juga ikut hadir di acara itu guna menghibur masyarakat dan pengunjung.
Stan desa prima yang tampil merupakan perwakilan dari kabupaten kota se DIY. Sebagian besar dari mereka membawa hasil bumi dan juga produk unggulan asal daerah masing-masing mulai dari jajanan rakyat maupun makanan kekinian.
Sementara untuk pentas kesenian ada pentas jathilan, kethoprak dan berbagai band musik yang memeriahkan acara pada hari kedua mulai dari Metropolis Band, Burger Time dan Fanny Soegi.
Paniradya Pati Kaistimewan DIY, Aris Eko Nugroho, mengatakan salah satu kalurahan yang telah sukses mengelola potensi daerahnya ada di Kalurahan Putat, Patuk, Gunungkidul. Masyarakat di sana membuat bolu kelapa yang kini telah beromzet Rp200 juta per bulan. "Kemarin kami sajikan juga ke tim Fordasi yang datang ke Jogja bahkan dari Papua dan Jakarta pesan ribuan karena harga terjangkau dan murah," jelasnya, Jumat.
Menurut Aris, kalurahan dan kesenian ditampilkan dalam agenda Gebyar Keistimewaan ini karena dua sektor itu merupakan bagian dari Keistimewaan DIY. Kalurahan diharapkan bisa mandiri ke depan dan kesenian jadi salah satu tulang punggung perekonomian masyarakat.
Kepala DP3AP2 DIY, Erlina Hidayati Sumardi, menyebut desa prima merupakan kelompok masyarakat di desa dan kalurahan yang fokus pemberdayaannya menyasar perempuan rentan. Ini dilakukan agar mereka bangkit dari sisi ekonomi guna meningkatkan kualitas hidup perempuan. "Sebagian besar produk rumahan dan sebagian besar lainnya juga sudah masuk ke Sibakul dan sudah dipasarkan tidak hanya DIY tapi juga luar DIY," ujarnya.
Erlina menambahkan sekarang sudah ada sebanyak 157 desa prima di seluruh DIY. Pihaknya memfasilitasi tidak hanya pada produk rumah saja tetapi juga mengembangkan usaha mereka ke skala industri. "Peralatannya kami bantu, dapur produksi bersama, juga showroom dan diharapkan kelompok itu semakin banyak yang menuju industri," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kena OTT KPK, Gubernur Bengkulu Dibawa ke Jakarta untuk Pemeriksaan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Lestarikan Warisan Budaya Tak Benda, Kementerian Kebudayaan Gelar Indonesia ICH Festival di Jogja
- Kampanye Pilkada Kulonprogo Rampung, Logistik Siap Dikirim
- Begini Komitmen Paslon Pilkada Jogja untuk Mewujudkan Birokrasi Bersih Tanpa Korupsi
- 50 Kepala Dukuh Perempuan Kulonprogo Ikut Pendidikan Politik
- Ini Dia 3 Karya Budaya Indonesia yang Diusulkan Masuk Menjadi WBTb ke UNESCO
Advertisement
Advertisement