DLH Gunungkidul Bangun Kawasan Konservasi Karst di Purwosari, Ini Tujuannya
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Gunungkidul membangun kawasan konservasi di Padukuhan Ploso, Kalurahan Giritirto, Kapanewon Purwosari.
Kawasan yang dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 5 hektare ini diharapkan dapat menjadi ruang untuk mendiseminasi dan mengedukasi masyarakat mengenai Kawasan Bentang Alam Karst (KBAK).
Advertisement
Kepala DLH Gunungkidul, Antonius Hary Sukmono mengatakan pengadaan lahan telah dilakukan sejak tahun lalu. Pada 2023, lahan milik warga seluas sekitar 3,4 hektare (ha) dibeli dengan Rp3 miliar. Pada 2024, DLH membeli lagi lahan 1,6 ha dengan Rp2,1 miliar. Anggaran pengadaan ini berasal dari dana keistimewaan.
BACA JUGA: Ekspor Rumput Laut Gunungkidul ke Jepang dan Hongkong Tinggi, Pasokan Masih Minim
Selain pengadaan lahan, DLH menyiapkan dana sebesar Rp4,4 miliar untuk pembangunan kawasan konservasi, termasuk pengadaan satwa dan kajian detail engineering design (DED). Saat ini, pembangunan pagar dengan anggaran Rp1,1 miliar kawasan tersebut masuk tahap lelang.
“Satwa yang akan kami masukkan ke kawasan konservasi ini nanti utamanya seperti reptile dan aves. Primata dan mamalia bisa juga kalau nanti memungkinkan. Hal paling penting dari itu adalah dapat memberi edukasi,” kata Hary dihubungi, Senin, (30/9).
Hary menambahkan unsur satwa akan membentuk satu kesatuan kawasan konservasi di KBAK. Melalui itu, masyarakat dapat melihat langsung ekosistem perbukitan karst, termasuk fungsi hidrologi yang dimilikinya.
Arah pengembangan kawasan konservasi ini nanti mirip taman satwa. Masyarakat akan terlibat dalam pemanfaatannya, sehingga ada nilai ekonomi yang didapat.
DLH juga terus berkoordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DIY agar pembangunan kawasan koservasi tepat sasaran tanpa menerobos aturan. “DED belum selesai. Kebijakan pembangunan kawasan konservasi ini bijakan dari Gubernur DIY, khususnya untuk KBAK,” katanya.
DLH mengaku tidak akan mengubah struktur alam dengan mempertahankan kontur atau landscape. Pohon-pohon yang besar pun tidak akan ditebang. Hal ini menindaklanjuti penetapan KBAK di mana Kapanewon Purwosari masuk di dalamnya.
Panewu Purwosari, Baryono mengatakan pembangunan kawasan konservasi lebih tepat dilakukan, karena dapat menjadi sarana untuk melestarikan bentang alam karst.
Menurut dia, kawasan konservasi dapat melibatkan masyarakat dalam pemanfaatan dan pengembangannya. Termasuk dapat menjadi destinasi wisata minat khusus.
“Kalau dibangun privat tourism begitu, hanya sedikit masyarakat yang terlibat. Dari sisi pelestarian, saya lebih memilih pembanguna kawasan konservasi itu,” kata Baryono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Ribuan Eks-Jamaah Islamiyah Kembali ke NKRI, Kapolri Apresiasi BNPT
Advertisement
Mulai 1 Januari 2025 Semua Jalur Pendakian Gunung Rinjani Ditutup
Advertisement
Berita Populer
- Grand Max Terguling di Bantul, Satu Orang Meninggal Dunia
- Aptisi DIY Ungkap Tantangan Sejumlah PTS di 2025
- Ratusan Perempuan Ikuti Olahraga Lari, Keliling Tempat Wisata di Jogja
- Gereja HKTY Ganjuran Bantul Gelar Empat Kali Misa Natal, Ini Jadwalnya
- KAI Tambah 1.400 Perjalanan Saat Libur Natal dan Tahun Baru
Advertisement
Advertisement