Simposium Khatulistiwa 2024 Ditutup, Yayasan Biennale Yogyakarta Serukan Merawat Solidaritas di Tengah Krisis
Advertisement
BANTUL–Rangkaian Simposium Khatulistiwa 2024 yang digelar Yayasan Biennale Yogyakarta bertajuk Mupakara: Kerja Perawatan sebagai Praktik Solidaritas di Gedung Ajiyasa Lantai 2, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ISI Yogyakarta ditutup Jumat (4/10/2024).
Yayasan Biennale Yogyakarta mengajak masyarakat untuk menghidupkan kerja perawatan dan solidaritas kultural.
Advertisement
Tim Perumus Simposium Khatulistiwa 2024, Hartmantyo Pradigto Utomo menyampaikan tajuk Simposium Khatulistiwa tahun ini digagas dari pemikiran mengenai upaya yang dilakukan masyarakat untuk merawat solidaritas di tengah kondisi krisis seperti krisis ekonomi, dan ekologi.
Dari situ, menurutnya, kerja perawatan telah hadir untuk menumbuhkan solidaritas antar masyarakat secara berkelanjutan.
“Kerja-kerja perawatan yang kami maksud tidak terbatas pada model kerja profesional, berupah, atau sosial. Akan tetapi, juga dipahami sebagai bentuk perhatian, pelibatan, perbincangan, pembagian sumber daya, kehadiran, keintiman, afeksi dan sebagainya,” katanya.
Dia menilai kerja perawatan penting untuk dibahas. Hal itu lantaran, saat ini ada persoalan mengenai kerusakan lingkungan dan ketimpangan ekonomi.
Dia menilai persoalan tersebut merupakan dampak atas kepemilikan sumber daya alam (SDA) terbatas pada sekelompok elite, kebijakan negara yang tidak adil, dan kekerasan pengetahuan sejak masa penjajahan.
“Akibatnya, sebagian besar dari kita harus mengalami kerentanan fisik, sosial, dan psikologis karena berbagai risiko yang harus ditanggung secara individual maupun kolektif,” tuturnya.
Sedangkan Tim Perumus Simposium Khatulistiwa 2024, Amos Ursia menyampaikan sesuai tajuk Simposium Khatulistiwa 2024 yaitu Mupakara memiliki makna merawat dan menjaga. Menurutnya, Mupakara dapat menjadi metode untuk pembacaan alternatif terhadap kerja perawatan melalui pengetahuan kultural.
BACA JUGA: Memanas, Israel Utara Dihujani Roket Lebanon
Upaya Bersolidaritas
Dia pun mengajak masyarakat untuk terus mempraktikkan kerja perawatan dalam kesehariannya di berbagai kondisi. “Tak sekadar perawatan dalam makna normatif, tapi sebuah upaya bersolidaritas dan saling bergandengan tangan untuk berbagi hidup,” ujarnya.
Sementara Peneliti Tim Peneliti Program Asana Bina Seni Petrus Fidelis Ngo memaparkan mengenai kebijakan pusat yang berdampak pada masyarakat di daerah dalam sesi Residensi Seni dan Perjumpaan Lintas Budaya.
Dia menuturkan dalam penelitiannya, beberapa seniman menemukan masyarakat daerah rentan menjadi korban terhadap kebijakan Pemerintah Pusat.
“Di simposium Mupakara, Yayasan Biennale Yogyakarta memanggil masyarakat untuk solider terhadap kondisi masyarakat di sekitar, yang berdampak terhadap kebijakan pemerintah pusat, mengajak untuk membela masyarakat yang terpinggirkan secara bersama-sama,” katanya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Kena OTT KPK, Gubernur Bengkulu Dibawa ke Jakarta untuk Pemeriksaan
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- 3 Alasan Relawan Bolone Mase Mendukung Penuh Kustini - Sukamto di Pilkada Sleman
- KPU Bantul Petakan TPS Rawan Bencana Hidrometeorologi, Ini Lokasinya
- Lestarikan Warisan Budaya Tak Benda, Kementerian Kebudayaan Gelar Indonesia ICH Festival di Jogja
- Kampanye Pilkada Kulonprogo Rampung, Logistik Siap Dikirim
- Begini Komitmen Paslon Pilkada Jogja untuk Mewujudkan Birokrasi Bersih Tanpa Korupsi
Advertisement
Advertisement