Advertisement

Simposium Pesantren, Penguatan Peran Pesantren sebagai Penghidupan Masyarakat

Catur Dwi Janati
Selasa, 08 Oktober 2024 - 21:47 WIB
Arief Junianto
Simposium Pesantren, Penguatan Peran Pesantren sebagai Penghidupan Masyarakat Suasana Simposium Pesantren 2024 di UGM pada Selasa (8/10/2024). - Harian Jogja/Catur Dwi Janati

Advertisement

Harianjogja.com, SLEMAN—Kementerian Agama (Kemenag) bersama Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM) menggelar Simposium Pesantren 2024: Strategi Penguatan Pesantren Sebagai Pilar Masa Depan Indonesia. Simposium ini berusaha memetakan isu strategis pesantren yang menjadi sentrum penghidupan masyarakat.

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf menyinggung aspek keberlangsungan yang sejalan dengan pendirian jami’iyyah Nahdatul Ulama. Pasalnya gagasan terkait dengan keberlanjutan sosial diperkenalkan oleh para ulama sejak zaman dahulu.

Advertisement

"Gagasan tentang kelangsungan telah lama dipertimbangkan oleh para ulama, karena [mereka] memiliki cita-cita jangka panjang dengan model dan kendaraan perjuangan yang sustainable," kata Yahya dalam Simposium Pesantren di UGM, Selasa (8/10/2024).

Keberlanjutan pesantren lanjut Yahya harus diupayakan karena adanya perubahan struktur masyarakat.

Tantangan yang membutuhkan pendekatan relevan ini kemudian mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan masyarakat sehingga bisa mencapai kondisi sosial, ekonomi, budaya yang lebih baik.

"Karena kita tidak mungkin hanya berpikir pada satu ruang terbatas saja di dalam masyarakat itu, tanpa mempertimbangkan konteks keseluruhan. Oleh karena itu, muncul inovasi-inovasi community development untuk membangun kapasitas pembangunan ekonomi pesantren yang mandiri," ujar dia.

Di sisi lain, Yahya juga membahas soal pesantren yang disebut menjadi pilar masa depan. Menurut Yahya perlu dipetakan pada pilar bagian mana pesantren itu berada. "Kalau dibilang pesantren jadi pilar masa depan, itu pilar bagian mana. Soalnya rumah kan pilarnya macam-macam," tandasnya. 

Penempatan posisi pesantren sebagai pilar ini lanjut Yahya harus didasarkan pada realitas yang faktual. Bukan pada hal-hal mitos atau stereotipe. "Jangan didasarkan pada stereotipe, jangan didasarkan mitos, tetapi harus sungguh-sungguh didasarkan pada realitas faktual yang berkembang," kata dia. 

Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, Prof. Wening Udasmoro menilai pendidikan pesantren tidak dapat dipisahkan dari sejarah pendidikan Islam. Pesantren lanjut Wening juga menjadi pilar penting dalam pendidikan, sosial dan budaya di Indonesia. 

Dalam UU No.18/2019 tentang Pesantren yang menegaskan peran strategis pesantren dalam tiga bidang utama yaitu pendidikan, dakwah dan pemberdayaan masyarakat.

Dengan kondisi tersebut, Simposium Pesantren berupaya memetakan isu strategis yang perlu dikerjakan dalam proses penguatan pesantren menjadi pusat penghidupan masyarakat. Baik dari sisi keilmuan maupun pemberdayaan. 

"Sangat diperlukan adanya rancangan kebijakan yang lebih rinci dan implementatif mengenai bagaimana pesantren bisa tumbuh yang kemudian melahirkan insan yang siap berperan di masyarakat secara nasional hingga global.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kisah Heroik 2 Lansia Cegat KA Dharmawangsa Ekspres Demi Hindarkan Kecelakaan, Kibarkan Kaus Merah

News
| Selasa, 08 Oktober 2024, 23:37 WIB

Advertisement

alt

Staycation di Hotel Masih Ngetren, Simak Tipsnya

Wisata
| Kamis, 03 Oktober 2024, 21:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement