Hindari Terjadinya Ambles di JJLS Saptosari Setelah Penemuan Gua, Pakar: Perlu Ada Kajian Sistem Perguaan
Advertisement
Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL—Pemerintah Daerah (Pemda) dan pelaksana proyek pembangunan Jalur Jalan Lintas Selatan (JJLS) perlu melakukan kajian ihwal kemunculan gua di Kalurahan Planjan, Saptosari, Gunungkidul. Apabila pembangunan diteruskan di sekitar gua tersebut, maka ada potensi JJLS akan ambles.
Ketua Umum Masyarakat Speleologi Indonesia, Petrasa Wacana mengaku belum datang ke lokasi penemuan gua tersebut. Hanya, munculnya gua tersebut merupakan tanda agar ada kajian mengenai sistem-sistem perguaan.
Advertisement
Petrasan menerangkan hasl pemetaan atau kajian sistem perguaan ini akan memiliki andil besar dalam hal keamanan pengguna jalan dengan mengandaikan keberadaan gua lain di bawah struktur jalan, goa vertical.
Ada pontesi munculnya gua lain di Kapanewon Saptosari atau sekitar JJLS yang saling terhubung.
“Di masa yang akan datang, kalau JJLS selesai dibangun, ada pontesi jadi amblesan. Ada banyak kasus di mana ada gua dikupas dan didatarkan malah collapse. Makanya perlu dikaji kemenerusannya. Sistem sebaran dan arah lorong perlu diteliti,” kata Petrasa dihubungi, Kamis, (17/10).
BACA JUGA: Heboh Penemuan Gua di Lokasi Proyek JJLS Planjan Gunungkidul
Petrasa mencontohkan dengan kebijakan Gubernur DIY di mana pembangunan Tol Jogja – Solo perlu menghindarkan cagar budaya. Hal ini dilakukan agar cagar budaya tetap lestari dan dapat menjadi destinasi wisata.
“Bagi saya sebagai Speleolog, kawasan Saptosari memang layak dikatakan sebagai bentang alam karst. Sebab itu, perlu dikaji lagi sistem perguaan di sana. Baru nanti dilihat desain jalannya” katanya.
Lebih jauh, Petrasa mengaku penutupan sementara gua tersebut merupakan tindakan tepat. Orang tidak dapat masuk begitu saja. Seseorang perlu memiliki basic pengalaman untuk menelusuri gua.
Pembentukan 1 cm stalaktit pun memerlukan waktu puluhan hingga ratusan tahun. Proses pembentukan yang lama ini perlu dipahami agar tidak ada pengrusakan terhadap stalaktit. Stalaktit tersebut juga harus tetap berada di tempatnya. Apabila dibawa keluar, maka akan terjadi oksidasi yang memengaruhi warna atau kilau stalaktit menjadi buram.
“Kalau dilihat dari stalaktit, sepertinya pembentukan stalaktit ini stalaktit aktif. Proses karsifikasi masih berjalan,” ucapnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Gunungkidul, Antonius Hary Sukmono mengatakan dia telah berkoordinasi dengan pelaksana jalan, Kepala DPUP-ESDM DIY, Kepala Dishub DIY, dan Plh. Kepala DLHK DIY.
“Dalam Instruksi Gubernur DIY, ada instruksi terhadap Kepala Disbud, DPUP-ESDM DIY untuk melakukan pengkajian pengawasan pelaksanaan pembangunan di JJLS, khususnya di kawasan karst Gunungsewu Gunungkidul,” kata Hary.
Hary menegaskan perlu ada kajian lagi mengenai keberadaan gua atau sistem perguaan. Hal ini perlu dilakukan agar menghindarkan amblesan jalan dan perusakan kawasan karst.
“Saya juga sudah koordinasi dengan Plh DLHK DIY terkait dokumen amdal yang sudah disusun terhadap kegiatan pembangunan tersebut. Aktivitas pembangunan JJLS di di titik tersebut berhenti dan geser ke titik lain,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Berani ke Italia, Benjamin Netanyahu dan Yoav Gallant Bisa Ditangkap
Advertisement
Ini Lima Desa Wisata Paling Mudah Diakses Wisatawan Menurut UN Tourism
Advertisement
Berita Populer
- Kronologi Truk Box Tabrak Motor di Jalan Turi-Tempel yang Tewaskan Satu Orang
- Stok Darah dan Jadwal Donor Darah di Wilayah DIY Hari Ini, Kamis 21 November 2024
- Pilkada Bantul: TPS Rawan Gangguan Saat Pemungutan Suara Mulai Dipetakan
- BPBD Bantul Sebut 2.000 KK Tinggal di Kawasan Rawan Bencana Longsor
- Dua Bus Listrik Trans Jogja Senilai Rp7,4 Miliar Segera Mengaspal
Advertisement
Advertisement