Advertisement

Memasuki Musim Penghujan, Lahan Sawah Tadah Hujan di Imogiri Bantul Belum Tanam Padi

Stefani Yulindriani Ria S. R
Senin, 21 Oktober 2024 - 22:47 WIB
Abdul Hamied Razak
Memasuki Musim Penghujan, Lahan Sawah Tadah Hujan di Imogiri Bantul Belum Tanam Padi Wisatawan membajak sawah di Desa Wisata Candran, Bantul - Ist/Dinas Pariwisata Bantul

Advertisement

Harianjogja.com, BANTUL—Para petani lahan sawah tadah hujan Bantul belum mulai menanam padi meskipun dalam beberapa hari terakhir hujan turun di bumi Projotamansari.

Panewu Imogiri, Slamet Santosa menjelaskan meskipun wilayah Imogiri mulai diguyur hujan, namun kondisinya belum merata. Hal itu menjadi alasan para petani belum menanam padi. 

Advertisement

"Sudah hujan, tapi karena hujan belum stabil, petani belum berani membuat uritan," katanya, Senin (21/10/2024). 

BACA JUGA: Petani Milienial di Sleman Rajin Manfaatkan Teknolgi Modern, Pemkab Beri Apresiasi

Slamet mengaku saat ini petani lahan sawah tadah hujan di wilayahnya masih menanam cabai hijau yang biasa digunakan untuk lalapan. Tanaman tersebut menurutnya tidak memerlukan banyak air, sehingga saat ketersediaan air masih terbatas, tanaman tetap tumbuh. 

"Tanam cabai lalap, sambil menunggu musim hujan benar-benar tiba," ujarnya.

Dia menuturkan wilayah Bantul bagian selatan, termasuk Imogiri akan mulai hujan pada Oktober dasarian ketiga. Sehingga musim hujan yang ada belum merata. 

"Belum cukup basah tanahnya, sehingga bekum berani untuk mulai tanam padi," katanya. 

Dia memperkirakan lahan sawah tadah hujan di Imogiri mulai menanam padi sekitar satu hingga dua bulan ke depan. "Sambil melihat perkembangan cuaca dan intensitas curah hujan," sambungnya.

Menurut Slamet, lahan wadah tadah hujan di Imogiri ada sekitar 80 hektar. Luas lahan tersebut sepenuhnya mengandalkan pengairan dari air hujan dan sumur bor. Selama musim kemarau pengairan dari sumur bor dinilai masih belum mencukupi kebutuhan air untuk penanaman padi. 

Sementara Lurah Selopamioro, Sugeng menyampaikan hujan dengan intensitas ringan yang terjadi di wilayahnya pada Sabtu (19/10/2024) dengan durasi sekitar 30 menit belum cukup untuk mengairi lahan persawahan. 

"Air hujan belum mencukupi, [setelah hujan] panas dua hari [lahan sawah] kembali kering lagi," katanya.

Sugeng menuturkan selama musim kemarau, petani di wilayahnya menanam tanaman holtikultura di lahan sawah tadah hujan. 

"Musim kemarau [lahan sawah tadah hujan] ditanami tanaman cabai jagung, sayur mayur. Luas lahan sawah tadah hujan sekitar 80% dari 2.275 hektar," katanya. 

Selama musim kemarau, petani mengandalkan sumur bor untuk pengairannya. Menurut Sugeng, pengairan dengan sumur bor dinilai mampu memenuhi kebutuhan air petani lahan sawah tadah hujan selama musim kemarau. 

Meski begitu, menurut Sugeng, jumlah sumur bor masih terbatas. Dari 18 padukuhan yang ada, beberapa padukuhan hanya memiliki satu sumur bor. Menurutnya, jumlah tersebut masih kurang, karena sumur bor yang ada digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga juga selain untuk pengairan lahan pertanian.

Dia berharap setiap padukuhan dapat memiliki dua sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air di lahan persawahan. Dia berharap dari berbagai dinas untuk [mengadakan] kegiatan sumur bor dangkal maupun dalam untuk Selopamioro.

"Harapannya tidak hanya ke Pemkab [Bantul, pengadaan sumur bor] tetapi juga ke Pemda DIY, karena Selopamioro daerah bergunung, problem utama kita masalah air," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Advertisement

Harian Jogja

Video Terbaru

Berita Lainnya

Advertisement

Harian Jogja

Berita Terbaru

Advertisement

Advertisement

Harian Jogja

Advertisement

Berita Pilihan

Advertisement

alt

Kejagung Mendalami Kesaksian Sandra Dewi Terkait 88 Tas Mewah dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah Harvey Moeis

News
| Senin, 21 Oktober 2024, 22:27 WIB

Advertisement

alt

Menengok Lagi Kisah Ribuan Prajurit Terakota Penjaga Makam Raja di Xian China

Wisata
| Kamis, 17 Oktober 2024, 22:07 WIB

Advertisement

Advertisement

Advertisement