Roadshow Kesejarahan: Pentaskan Ketoprak Dumadine Selokan Mataram di Margodadi
Advertisement
SLEMAN—Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) menggelar acara Roadshow Kesejarahan di Margodadi, Seyegan, Sleman, pada Jumat (11/8/2024) malam.
Kegiatan dibungkus dengan pementasan ketoprak dengan mengambil cerita Dumadine Selokan Mataram, dan sarasehan dengan tema Mengungkap Kebijakan Sri Sultan Hamengku Buwono IX Mempertahankan Kemakmuran Jogjakarta.
Advertisement
Kepala Seksi Sejarah Kundha Kabudayan DIY, I Gede Adi Atmaja, menuturkan Roadshow Kesejarahan merupakan agenda rutin yang digelar Kundha Kabudayan DIY setiap tahunnya. Dalam setiap gelarannya akan disajikan sarasehan yang mengangkat beragam topik sejarah yang mungkin bersinggungan langsung dengan desa.
Narasumber dalam sarasehan biasanya dihadirkan dari perwakilan pemerintah kalurahan, akademisi hingga tokoh setempat yang tahu atau mengalami langsung sejarah tersebut. “Misi yang kami bawa dari kegiatan ini adalah yang pertama untuk mengenalkan sejarah agar lebih dekat dengan masyarakat,” kata Gede.
Pada 2024, Roadshow Kesejarahan digelar di Banyurejo, Tempel; Bangunkerto, Turi; Sendangmulyo, Minggir; Pendowoharjo, Sleman dan Margodadi, Seyegan.
Sebelum Roadshow Kesejarahan digelar, Kundha Kabudayan DIY terlebih dahulu melatih para perwakilan warga lewat program Training of Trainer (TOT) tentang peristiwa bersejarah di DIY. Adapun empat peristiwa bersejarah penting di DIY di antaranya Hari Penegakan Kedaulatan Negara yang jatuh pada 1 Maret 1949, lalu Hari Jadi DIY, selanjutnya peristiwa Jogja Kembali dan terakhir Hari Keistimewaan. Kegiatan ini punya misi internalisasi sejarah lewat media karya pertunjukan.
“Tujuannya itu adalah untuk menginternalisasi nilai-nilai kesejarahan, kejuangan, nasionalisme dan sebagainya itu agar masyarakat lebih dekat dengan sejarah,” ungkapnya.
Bentuk sosialisasi sejarah bisa berupa drama kolosal sejarah, ketoprak yang mengakat lakon sejarah maupun bentuk-bentuk seni pertunjukan lainnya. Di Margodadi, warga menampilkan pertunjukan ketoprak dengan cerita terbentuknya Selokan Mataram.
“Dengan kebijakan dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX yang mengadakan negosiasi dengan pihak Jepang pada waktu itu, agar rakyat tidak keluar [daerah] makanya dibuat Selokan Mataram. Di mana dasar pertimbangan itu dibuat untuk mengaliri sawah-sawah atau lahan pertanian yang ada,” uja dia.
Gede berharap internalisasi sejarah lewat bentuk seni pertunjukan, pesan sejarah yang disampaikan akan melekat. Baik dikenang memori para pemain ketoprak, penontonnya dan setiap elemen yang terlibat dalam pertunjukan dengan mengangkat cerita sejarah. “Jadi dengan masyarakat terlibat langsung dalam bermain peran yang dikemas dalam bentuk ketoprak dengan mengambil cerita Selokan Mataram, maknanya itu akan lebih mengingat terus, merasa terlibat langsung, merasakan penderitaan ataupun euforia pada zamannya,” ungkapnya.
Sumber Daya
Sarasehan kesejarahan di Kalurahan Margodadi, Seyegan menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya tokoh setempat dan Akademisi UGM, Julianto Ibrahim. Menurut Ibrahim, gagasan Selokan Mataram yang diusulkan Sri Sultan Hamengku Buwono IX untuk meningkatkan hasil sumber daya alam di DIY yang kala itu dijajah Jepang. Pasukan Jepang yang membidik hasil pertanian mulai dari beras, jagung maupun gaplek tertarik dengan ide ini.
“Jepang merasa punya kepentingan, oh iya karena dari pada yang dikumpulkan [hasil Bumi] dari Jogja tidak banyak maka perlu dibuat selokan, saluran air agar hasil bahan makanan yang dikumpulkan kepada Jepang bisa banyak,” tegasnya. Ide Selokan Mataram ini dinilai Jepang selaras dengan tujuan kependudukan mereka yang ingin mencari sumber daya untuk perang sebanyak-banyaknya. Hasil pertanian ini di bawa untuk bahan pangan serdadu Jepang. “Itu digunakan untuk makan serdadu-serdadu Jepang, dikirim ke serdadu Jepang,” ujarnya.
Lurah Margodadi, Djalmo Susilodiprodjo menuturkan keberadaan Selokan Mataram yang melintasi Kapanewon Seyegan juga melintas di daerah Margodadi. Tak terhitung lagi berapa lahan pertanian yang menerima manfaat aliran air dari Selokan Mataram. Tidak hanya saat ini, tapi jauh-jauh hari sejak dioperasikan, Selokan Mataram serasa menjadi bagian yang terpisahkan dari masyarakat, termasuk warga Margodadi.
Untuk mengenalkan dan mengingat sejarah keberadaan saluran air yang bermanfaat bagi masyarakat tersebut, Kalurahan Margodadi menggelar pertunjukan ketoprak. (***)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Berita Lainnya
Berita Pilihan
Advertisement
Temukan 1,3 Ha Tanah Milik Negara Berstatus Liar, Begini Komentar Menteri Nusron
Advertisement
Minat Berwisata Milenial dan Gen Z Agak Lain, Cenderung Suka Wilayah Terpencil
Advertisement
Berita Populer
- Jadwal Terbaru Kereta Api Prameks Jurusan Jogja-Kutoarjo Jumat 8 November 2024
- Jadwal Terbaru Kereta Bandara YIA dari Stasiun Tugu Jumat 8 November 2024, Harga Tiket Rp20 Ribu
- Jadwal dan Tarif Tiket Bus Damri Titik Nol Malioboro Jogja ke Pantai Baron Gunungkidul Jumat 8 November 2024
- Prakiraan Cuaca BMKG Jumat 8 November 2024: Jogja Hujan Petir
- Jadwal Terbaru SIM Keliling di Sleman Jumat 8 November 2024
Advertisement
Advertisement